Beberapa Hal yang Perlu Diketahui Tentang Vaksinasi Covid-19 di Indonesia


Setahun sudah pandemi Corona melanda. Dan belum ada tanda-tanda virus Covid-19 menghilang dari peredaran. Kasus Covid-19 masih saja banyak terjadi. Rangkaian penelitian mengenai virus Corona Covid-19 masih terus dilakukan di berbagai belahan dunia guna menemukan solusi atas permasalahan global ini. Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk infeksi virus Covid-19. Sementara itu, beberapa jenis vaksin Covid-19 sudah berhasil diproduksi secara massif dan digunakan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kenapa vaksinasi Covid-19 perlu dilakukan

Vaksinasi merupakan solusi etis atas masalah wabah Covid-19 untuk mencapai herd immunity (kekebalan komunitas) seperti yang dinyatakan oleh Ketua Dewan Pakar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Menaldi Rasmin. Vaksinasi dilakukan sebagai upaya pencegahan bagi orang yang belum terinfeksi atau untuk mencegah gejala yang lebih berat bagi mereka yang sudah terinfeksi. Dengan begitu masif dan cepatnya penyebaran virus Covid-19, kita mengharapkan tercapainya herd immunity melalui upaya vaksinasi yang diberlakukan pemerintah saat ini.

Untuk mencapai herd immunity, pemerintah menargetkan 181,5 juta jiwa penduduk Indonesia mendapatkan vaksinasi. Hal ini dinyatakan oleh Juru Bicara Vaksin Covid-19, Siti Nadia Tarmizi. Tercapainya herd immunity tergantung pada eficacy/efektivitas vaksin (WHO menargetkan 50%) dan jumlah sasaran vaksinasi minimal 90-95%. Vaksinasi di Indonesia ditargetkan selesai dalam 15 bulan, dari bulan Januari 2021 - April 2022. Sebanyak 420 juta dosis vaksin disiapkan untuk target tersebut. Program vaksinasi di Indonesia dilakukan secara bertahap dengan urutan yang ditetapkan berdasarkan skala prioritas.

Jenis-jenis vaksin yang digunakan di Indonesia

Terdapat 7 jenis vaksin yang digunakan dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020. 7 vaksin tersebut yaitu vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac.

Perbedaan vaksinasi program pemerintah & vaksinasi mandiri (Gotong Royong)

Vaksinasi

Selain vaksinasi program yang dilakukan oleh pemerintah, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia juga dilakukan melalui jalur vaksinasi mandiri. Peraturan mengenai hal ini telah resmi diterbitkan oleh pemerintah melalui Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Permenkes Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19 yang mulai ditetapkan pada 24 Februari 2021. Vaksinasi mandiri ini disebut sebagai Vaksinasi Gotong Royong.

Berbeda dengan vaksinasi program pemerintah, Vaksinasi Gotong Royong ditujukan bagi karyawan/karyawati/buruh dan keluarganya yang pendanaannya ditanggung oleh perusahan. Jadi seluruh penerima vaksin gotong-royong tidak akan dipungut bayaran alias gratis. Vaksinasi mandiri dipastikan tidak akan menggangu jalannya vaksinasi program pemerintah. Vaksin yang digunakan pun berbeda. Vaksinasi Gotong Royong tidak akan menggunakan vaksin Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Novavax yang digunakan dalam vaksinasi program pemerintah.

Reminder seputar Covid-19

Hal yang perlu diingat, meski vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah dimulai, tidak bijak untuk menganggap vaksin sebagai solusi mutlak atas masalah pandemi ini. Hal ini diingatkan oleh Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19. Perubahan perilaku tetap menjadi yang utama dalam menyikapi pandemi Corona ini. Mematuhi protokol kesehatan tetap harus dijalankan dengan menerapkan 3M: Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak fisik.

Virus Covid-19 memang baru ditemukan dan masih butuh banyak kajian dari para ahli untuk dapat dipahami lebih dalam. Di tengah berbagai ketidakpastian dan keresahan masyarakat, banyak informasi simpang siur termasuk hoax yang sempat beredar. Jangan-jangan masih ada saja yang menganggap virus Corona sebenarnya tidak ada? Demikian halnya seputar vaksin Covid-19 ini. Mungkin masih ada yang khawatir dengan keamanannya dan berbagai pertanyaan lainnya. Itu sih wajar. Makanya kita perlu mencari tahu informasi yang benar. Di situlah gunanya literasi, termasuk literasi digital, karena saat ini kita banyak mengandalkan teknologi digital dalam mencari informasi.

Jika memerlukan informasi mengenai berbagai hal terkait Covid-19, pastikan itu bukan informasi yang didapat dari sumber yang tidak jelas dan berpotensi hoax. Sebaiknya cari informasi dari sumber yang valid seperti WHO, jurnal ilmiah, Kemenkes, Satgas Covid-19, serta artikel-artikel kesehatan tentang Covid-19 yang ditulis oleh dokter/ahli yang kredibel, misalnya seperti yang terdapat di website/aplikasi Halodoc.

Pasti sudah pada tahu, kan, Halodoc merupakan platform yang memudahkan kita dalam mengakses berbagai informasi dan layanan kesehatan. Kapanpun dan dimanapun kita bisa mengakses informasi dan layanan kesehatan dengan mudah. Mulai dari mendapatkan berbagai tips dan info kesehatan via artikel yang tersedia, info rumah sakit dan dokter, hingga untuk komunikasi langsung dengan dokter (via chat, voice/video call), beli obat dan kebutuhan medis lainnya. Jadi jika memerlukan informasi tentang Rumah Sakit rujukan bagi pasien Covid-19, misalnya, kita juga bisa memperolehnya via Halodoc. Atau kalau kena gejala Covid-19, kita bisa segera menghubungi dokter via Halodoc.


By the way, kalau aku sih dalam menyikapi informasi cenderung meninjaunya dari segi ilmiah atau tidak. Terlebih fenomena virus Covid-19 ini memang menarik. Mungkin karena latar belakang pendidikanku dari bidang sains, fenomena ini mengingatkanku akan masa-masa dulu belajar di kampus, terutama saat tingkat akhir. Tugas akhirku di kampus dulu diwarnai dengan penelitian di laboratorium biokimia, bidang yang aku sukai. Topik skripsiku berkaitan dengan DNA, salah satu metode yang kugunakan di lab yaitu teknologi PCR untuk mereplikasi DNA dan sequencing untuk membaca urutan basa DNA. 

So, fenomena virus Covid-19 ini yang masih baru dan mengandung misteri, menarik dari segi ilmiah untuk dikaji. Yah, berhubung aku udah lama gak belajar atau bekerja di bidang biokimia lagi, aku cuma bisa menyimak perkembangannya saja. Kadang dapat update juga dari teman yang memang mengkaji ini lewat diskusi yang sesekali muncul di WAG alumni jurusan angkatanku. *Eh, jadi curhat. Nostalgia sama bidang keilmuan yg disukai ini tuh, hehe.

Segitu dulu beberapa informasi dasar yang perlu diketahui masyarakat mengenai vaksinasi Covid-19 yang diberlakukan di Indonesia, setidaknya sampai update berita terbaru awal Maret ini. Mari kita pantau dan dukung bersama pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia ini. Tetep kudu ingat, vaksinasi itu hanya secondary pervention alias pencegahan sekunder. Yang no.1 tetep disiplin patuhi protokol kesehatan.
Semoga pandemi ini cepat teratasi ya... 

|Baca juga: 

Komentar

  1. senagai rakyat biasa tanpa status kerja dengan urgensi, jadwal vaksin saya masih belakangan pastinya :)

    BalasHapus
  2. "Vaksin bukan slusi mutlak atas pandemi ini" saya setuju dengan ungkapan ini mbak. Meskipun program vaksin sudah berjalan, tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kantor kami, mulai program vaksin hari ini, tanggal 16 Maret 2021. Meskipun saya sendiri belum termasuk yang menerima di gelombang pertama ini

    BalasHapus
  3. Aku msh menunggu kantor suami melakukan vaksin utk staff dan keluarganya. Baru sampai tahap data sih. Tapi setidaknya kami udah ga sabar menunggu untuk bisa divaksin :)

    BalasHapus
  4. Orangtuaku masih anti banget ama vaksin ini. Udah berkali-kali aku jelasin utk vaksin, masih tetap tdk mau. Mgkn perangkat desa harus mau sosialisasi lebih gencar lagi sih biar smua warganya mau vaksin. Yang penting lagi, vaksin ini bkn mencegah dari virus ya. Emang benar, protokol pemerintah (3M atau yang kini 5M) harus tetap diprioritaskan.

    BalasHapus
  5. Aku pengen banget segera bisa vaksin secepatnya, biar si corona bisa menghilang dari bumi ini. But, terima kasih yaa informasinya, sedikit banyak memberikan pengetahuan soal vaksin covid-19 ini.

    BalasHapus
  6. Sekarang kan udah ada vaksin gitu ya mba, tp kenapa masih ada pembatasan mudik yah? Atau mungkin ada kebijakan lain ya. Setidaknya kehadiran vaksin ini bisa meredakan kecemasan

    BalasHapus
  7. Nggak jelas si coron ini kapan minggat sih ya?? Malah makin ngamuk aja, membelah diri selnya menjadi beberapa varian, malah ada yang lebih ganas.

    Kite doain bae, biar si coron ini cepat pergi, dan semuanya kembali normal seperti sedia kala. Aaamiiin......

    Betul, nomor wahid tetap jaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungan dengan menerapkan prokes yang ketat

    BalasHapus
  8. Awalnya saya kurang setuju dengan adanya vaksinasi untuk melawan virus Corona. Akan tetapi melihat sikap dan fenomena yang dilakukan oleh masyarakat, tentunya saya jadi setuju dengan adanya vaksinasi.

    Semoga kita mendapat giliran vaksinasi dan terhindar dari Covid-19.

    BalasHapus
  9. Huaaa udah pengin banget Vaksin, yang baru vaksin di keluargaku cuma ayah. Setuju sih poin vaksin ini bukan berarti kita jadi bebas bahkan kendor jaga jaraknya, tetep masih bisa kena makanya tetep jaga prokes itu yang utama

    BalasHapus
  10. vaksinasi Covid emang jadi buah bibir sih sekarang, banyak informasi berkembang dan cenderung salah. untung halodoc bisa kasi banyak info bener .

    BalasHapus
  11. iya nih, kalau ada keluhan dan ragu mau tanya ke siapa, bisa langsung tanya ke halodoc. dijamin privasi aman, juga dijamin solusi yang diberikan menenangkan

    BalasHapus
  12. Vaksin itu salah satu caranya. Nah biar pandemi cepet kelar ya gak bisa kalau hanya mengandalkan itu, harus dilengkapi juga dengan prokesnya

    BalasHapus
  13. Saya setuju sekali, Mbak. Vaksin itu bukan solusi mutlak mengatasi covid. Jadi jangan merasa sudah divaksin, terus tidak menerapkan protokol kesehatan yang sekarang sudah jadi 5M. Karena vaksin itu sebagai pendukung pencegahan.

    BalasHapus
  14. Setuju, Mba. Saya juga memilih untuk bijak dan cek dulu dalam menyikapi soal vaksinasi covid ini bahkan semua hal. Protokol kesehatan tetap yang nomor satu ya.

    BalasHapus
  15. Alhamdulillah kami udah vaksin. Dikoordinir jadi lebih tertib ya...
    Di beberapa tempat juga dikoordinir melalui DikNas untuk guru/ dosen. Ada juga oleh Dis Par untuk pekerja seni & kreatif.

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah udah divaksin. Walau bukan jaminan gabisa kena covid19, seenggaknya sudah berusaha melakukan yang bisa dilakukan. Btw, soal vaksinasi ini kayanya edukasi ke masyarakat harus lebih masif kali ya, soalnya masih banyak yang anti vaksin :(

    BalasHapus
  17. Aku sampai sekarang belum dapat giliran vaksin. Cuma katanya kan penderita asma kayak aku nggak boleh divaksin ya? Coba deh tanya-tanya dokter di Halodoc. Sebaiknya orang kayak aku ini gimana untuk bisa tetap divaksin COVID-19.

    BalasHapus
  18. Sudah banyak yang kebagian vaksin ya masyarakat dengan berbagai vaksin yang ada sekarang. Betul banget walaupunsudah ada vaksin tetap harus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat

    BalasHapus
  19. Serumah baru suami yang udah divaksin karena doi kerja di rumah sakit, jadi masuk list pertama yang dapat vaksin. Kalau aku sih nggak anti vaksin, tapi kalau suruh milih, mau milih belakangan aja. Soalnya takut jarum hihi. Asli dari zaman sekolah kalau ada imunisasi, pasti aku sembunyi dulu, biar dapat giliran belakangan :D :D

    BalasHapus
  20. Setuju, Mbak. Meski sudah vaksin tetap harus menjalankan prokes. Vaksin nggak membuat kita kebal 100% hanya membantu mencegah dan mengurangi tingkat keparahan kalau kena virus. Semoga secepatnya makin banyak yang dapat vaksin ya.

    BalasHapus
  21. meski udah ada vaksin, daan nantinya semua WAJIB vaksin tapi kita gak boleh lengah dan tetap bisa menjalankan semua kebiasaan baik selama ini, yang awalnya 3M sekarang meningkat jadi 5M.

    BalasHapus
  22. Artha Nugraha Jonar5 Mei 2021 pukul 15.42

    Saya sampai sekarang masih belum dapat vaksin nih. Sudah didaftarkan sih, cuma belum dapat giliran mungkin. Tapi semoga dengan vaksin ini bisa menekan angka penyebaran Covid

    BalasHapus
  23. Iya nih, lihat temen-temen yang orang kantoran udah banyak yang divaksin atas biaya perusahaan.. Freelancer sepertiku ... hm...kayaknya sabar nunggu giliran aja deh, sambil tetap nerapin prokes :)

    BalasHapus
  24. Vaksin bukan solusi mutlak, kita mesti tetap waspada ya apalagi sekarang virus terus bermutasi menjadi lebih sulit ditangin

    BalasHapus
  25. Aamiin, semoga pandemi ini bisa segera berlalu ya, Mbak. Dan semoga bagi yang sudah divaksin tetap berhati-hati dengan selalu menerapkan protokol kesehatan.

    BalasHapus
  26. Kalau pekerja seperti blogger, kira2 kapan bisa di vaksin ya?
    Kalau pekerja media sudah ada yg di vaksin beberapa waktu lalu.
    Semoga semua bisa merasakan mendapat vaksin.
    Dan kita juga tetap gaka protokol kesehatan tentunya.

    BalasHapus
  27. Semoga vaksinasi berjalan lancar dan merata ya, terutama buat lansia yang rentan kena covid-19 meskipun vaksin bukan obat. Tetap taati prokes yang dianjurkan agar terbentuk herd immunity ya Kak. Kita dukung dengan optimisme dan doa, insyaallah semua bisa!

    BalasHapus
  28. Iya betul, virus ini sesuatu yang baru buat dunia kesehatan. Denger2 dari pengalaman orang aja, dokter2 di Jerman pun masih mengkaji soal perkembangan virus ini.
    Vaksin bisa jadi solusi untuk menciptakan herd immunity, sehingga virus ini bisa musnah.

    Oh ya btw kalau halodoc sih aku udah sering pake aplikasinya.

    BalasHapus
  29. Ini langsung kuforward ke keluarga besar
    Supaya ga bermunculan hoax lagi
    Dan selalu terjaga diri dan keluarga dari virus jahannam ini

    BalasHapus
  30. Yuk dukung vaksin Indonesia supaya kehidupan segera pulih.

    Ya walau tidak semua mendapatknnya, setidaknya vaksin sudah disesuaikan untuk yang perlu diprioritaskan

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Mencapai Impian dalam Mengelola Keuangan Secara Efektif dan Efisien

Puisi Sapardi, Acep Zamzam, & Bulu Kuduk [Wishful Wednesday #2]