Kulineran Unik di Tera Walk Station, Cafe Bernuansa Gerbong Kereta Jadoel

Love is the constant passenger
in my train of thoughts
And I am heading towards your station.

Deru kereta melaju kencang. Bel berdentang.
Suara-suara ini begitu dekat terdengar, meredam percakapan yang berlangsung di sekeliling meja tempat aku duduk menghabiskan suasana malam yang berbeda dari biasanya. Selang beberapa waktu suara-suara itu hadir menyapa telinga. Jika kau menebak bahwa aku sedang berada di stasiun KA, tebakanmu salah. Tapi memang suasana tempatnya mirip dengan stasiun kereta.  Kala itu aku tengah duduk menikmati uniknya suasana cafe di pinggir rel kereta api.

Tera Walk Station
Tunggu dulu. Cafe, di pinggir rel KA?
Ya. Bising tentunya. Sekilas mungkin agak aneh, apa yang bisa dinikmati dari sebuah tempat yang begitu berisik, ini malah dipilih sebagai tempat membuka cafe? Tunggu sampai kausimak ceritaku berkunjung ke cafe ini. Banyak cerita menarik dari cafe berkonsep unik yang terletak di Jl. Merdeka No. 2 Bandung itu. Tera Walk Station namanya. Lokasinya menempel dengan Hotel Grand Panghegar di bagian yang bersebelahan dengan perlintasan rel KA, memanjang ke arah Jl. Tera.

Ceritanya tempat Tera Walk Station (TWS) itu dulunya bagian dari Hotel Panghegar yang terbengkalai. Spot itu tak terpakai karena lokasinya yang berisik dekat rel KA tidak sesuai untuk dijadikan fasilitas hotel yang notabene menawarkan kenyamanan tamu. Owner Hotel Panghegar, Bpk  Hilwan Soleh kemudian berinisiatif untuk memanfaatkan lahan tersebut agar produktif dengan menyerahkannya kepada kedua anaknya agar dikelola. Sebagai sebuah cafe, tempatnya memang kurang strategis. Namun justru di situlah kreativitas memainkan peranan. Agar cafenya tetap menarik minat pengunjung, dibuat konsep sedemikian rupa sehingga kekurangan lokasinya itu malah dijadikan daya tarik unik yang berbeda dari cafe-cafe lain. Dibuatlah konsep cafe bernuansa serba KA. Lalu-lalang kereta yang lewat di sebelah justru menjadi bagian yang melengkapi konsep tersebut.

Display lokomotif KA jadul di TWS
Konsep itu diwujudkan dengan dukungan desain interior yang digarap dengan matang. Tempat ini serupa gerbong kereta api jaman dahulu. Bangunannya berbentuk koridor panjang dengan kursi-kursi yang tertata dalam barisan di kiri dan kanan. Space di tengah di antaranya dibiarkan kosong bagi lalu-lalang yang lewat. Tidak hanya bentuk bangunannya yang mirip gerbong KA, tempat duduknya juga model kursi kereta jadul, berupa kursi panjang yang ditata saling berhadapan menghadap meja. Jadi kalau mau beranjak perlu permisi lewat ke teman duduknya. Model tempat duduk ini khas kereta kelas ekonomi jaman baheula. Interior cafenya didekorasi dengan aneka pernak-pernik klasik all about train. Ada pajangan gambar-gambar dan poster kereta jaman dulu, display miniatur berbagai model lokomotif lama, buku-buku referensi sejarah KA, sampai dekorasi papan petunjuk jurusan KA yang menggantung layaknya di stasiun KA betulan. 


Yang unik lagi, tiap kali ada kereta lewat, ada petugas khusus yang membunyikan lonceng berkali-kali. Ini sengaja, “idenya karena deru kereta lewat itu berisik, kenapa tak dibikin tambah berisik aja sekalian?” Begitu kata Pak Hilwan. Jadi ini semacam ritual khusus tiap kali kereta lewat. Bebunyian ini akan menyapa telinga: bunyi sirine dari perlintasan rel KA sebagai tanda kereta akan lewat, lalu suara deru kereta lewat plus bunyi lonceng yang dibunyikan oleh petugas TWS. Rame banget ya :D. Mantap berisiknya!


Konsep serba KA semakin lengkap dengan desain buku menu TWS yang juga bernuansa KA. Cover depannya bergambar KA jadul, cover belakangnya diisi tulisan quotes menarik bermetaforkan kereta. Di buku menu itu ada disisipkan pula sedikit informasi sejarah KA. Menu makanannya yang beragam, mencakup kuliner lokal dan dari berbagai negara, dikategorikan dalam buku menunya berdasarkan nama-nama stasiun representatif tempat asal kulinernya. Misalnya kategori St. Kertapati (berisi list menu kuliner asal Palembang), St. Bandung,  Gare du Nord, Grand Central, dan Kanazawa. Menu makanan yang menjadi andalan TWS sendiri masuk kategori khusus Tera Walk Station.


Meski menyediakan menu kuliner beragam, yang menjadi andalan di TWS itu kulineran dari Palembang. Dipilih Palembang selain karena pemiliknya berdarah Sunda-Palembang, juga biar beda. Kalau masakan Sunda kan sudah ada di restoran Hotel Panghegar. Resto Chinese food juga sudah ada di sekitar situ. Jadi ada alasan etika juga di baliknya. Menu andalan di sini antara lain iga bakar, sup pindangan, ayam, dan ikan patin. Untuk minuman andalannya menu kopi yang diracik dari kopi lokal nusantara, antara lain kopi Aceh, Papua, Toraja, Java, dan Bali. Selain menu kopi, sajian minuman yang tersedia di sini ada aneka menu tea, milk, chocolate, fruit juice, mojito, & healthy drinks.

Iga Bakar Tera
Aku jatuh cinta pada rasa iga bakarnya. Enak banget... Dagingnya empuk dan lembut, berbumbu Chinese BBQ sauce terasa lezat. Menyantapnya serasa memanjakan lidah. Benar-benar recommended. Kebiasaanku tak menyantap bagian gajihnya tak berlaku disini :D. 
Sup ikan patinnya juga patut dicoba. Disajikan hangat, rasa kuahnya kombinasi asam-pedas-gurih. Yummy...

Sup Pindang Patin
Menu makanan lainnya juga layak dieksplorasi. Soal rasa, makanan di TWS itu jempolan menurutku. Gak mengherankan, karena juru masaknya chef hotel Panghegar. 
Aku sempat mencicip sedikit Chicken Cordon Bleu, rasanya misterius menurutku. Ada rasa yang unik yang membuatku bertanya-tanya apa itu. Sewaktu mencontek penjelasan di buku menunya, ini penjelasannya:  deep fried floured chicken leg served with kadagree rice turkey style & gayo coffee sauce. Oh my, pake gayo coffee sauce? Pantesan unik sekali.
Chicken Cordon Bleu
Ikan dori berbalut keju dengan kentang goreng
Sate Maranggi & Pempek LenggangGgoreng
Peuyeum Caramel & Pisang Kipas
Baked Alaska (desert), consists of ice cream & coconut turine topped with brown meringue.
Drinks at TWS
Ada satu lagi yang spesial. Pengunjung TWS dapat menikmati bersantap di cafe bernuansa unik ini sambil ditemani live music performance tiap Rabu, Jumat, dan Sabtu pukul 20.00-23.00. Di hari Rabu musiknya by request, lebih ke pop. Di hari Jum’at musiknya jazz, di hari Sabtu musik rock. Menurut Kang Albert (Marcom Manager TWS, merangkap sebagai drummer band yang biasa mengisi live music di TWS), setiap sebulan sekali ada Ardan ngejam juga, kerja sama dengan radio Ardan. 


Malam itu Jum’at, 2 Oktober. Aku  menikmati suasana cafe yang lain daripada yang lain ini ditemani sajian lezat dan live music jazz. Kunjungan pertamaku ke Tera Walk Station malam itu meninggalkan kesan dan banyak cerita :).
***

“Life is Locomotion. If you’re not moving, you’re not living.”
“Life is the train and not the station”.
“Even if you’re on the right track, you’ll get run over if you just sit there.”
“Sometimes the wrong train will get you to the right station.”
***

*Info:
Tera Walk Station Cafe & Resto
Jl. Merdeka No. 2 Bandung
Opening hour: 09.00 – 23.00
Price range: foods (20K-128K), drinks(8.5K-28.5K)
IG & Twitter: @tw_station


| Baca juga: Kuliner Unik Tomyam Kelapa Bandung

Komentar

  1. Kereeennn teh Euis! :D Jadi pengen nongkrong di sana lagi yuk hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, makasih :D. Iya, tempatnya asyik, gak cukup sekali kesana :D.

      Hapus
  2. Jd pnasaran ama madakan palembang, pingin mengulik ciri khasnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini baru pertama kalinya juga aku nyicip sup pindangan patin. Seger :).

      Hapus
  3. hmmm... maknyus ceritanya. bikin ngiler. yuk ah ke sanah lagih atuh. ajak aku yaaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, hayu atuh Teh, kita ngopi sambil nongkrong pinggir rel kereta api :D.

      Hapus
  4. Wah Bandung, bisa dibookmark dulu deh :)

    BalasHapus
  5. gak cuma interior dan suasana aja yang mirip kereta, buku menunya pun keren dengan gambar kereta! Kereen! Kalo ke bandung wajib kesini nih!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangga dicatet... Hehe... Aku acungin jempol buat desain interiornya, selain makanannya :D.

      Hapus
  6. Bandung itu memang juaranya deh nyiptain cafe2 unik begini :D... TOP...

    BalasHapus
  7. Bandung nbah terus deretan kuliner uniknya ya, Mbak. Ngga kebayang pas dibunyikan lonceng yg bertepatan dg sirine kereta. Tutup telingaaa. :D

    BalasHapus
  8. ada-ada aja ya idenya :D tempatnya unik, makannya enak enak~ siapapun pasti mau mampir ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, iya nih keatif aja. Emang menarik jadinya untuk dimampiri :).

      Hapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Novel Milea: Suara dari Dilan

The Lorax Film: Kisah Kota Plastik Tanpa Pohon

Berguru kepada Emak-emak KEB