Nostalgia Era 80-an & 90-an di Launching Buku Dilan 2 Karya Pidi Baiq
Lihat-lihat di timeline Twitter, Penerbit Mizan beberapa kali woro-woro tentang launching buku Dilan 2 karya Pidi Baiq di Jakarta yang dijadwalkan pada 2 Agustus ini. Kalau di Bandung acara launchingnya sudah dilakukan pada 10 Juli 2015 lalu semasih bulan Ramadhan. Aku yang senang sama event seputar perbukuan antusias hadir pada acara yang dilangsungkan di Rumah The Panas Dalam di Jl. Ambon no. 8 itu.
Saat menuju lokasi acara, sore itu aku sedang gundah. Pasalnya, hari itu aku mengalami musibah hilang dompet :'(. Berbekal kantong kosong dan mengandalkan pinjam, pikiranku tak karuan. Setiba di lokasi acara, banyak sudah para fans muda Dilan berkumpul di area depan panggung. Wah, popularitas novel Dilan karya Pidi Baiq ini memang tinggi. Sebelumnya sempat kudengar bahwa kehadiran novel Dilan 2 ini sudah ditunggu-tunggu oleh penggemarnya. Dan acara yang "katanya" launching novel itu kenyataannya benar-benar berbeda dari yang biasanya aku datangi. Aku tahu sedikit kalau Pidi Baiq yang akrab disapa Ayah Surayah itu nyentrik dan kocak. Tapi ternyata tingkat eksentriknya itu melampaui dugaanku.
Saat menuju lokasi acara, sore itu aku sedang gundah. Pasalnya, hari itu aku mengalami musibah hilang dompet :'(. Berbekal kantong kosong dan mengandalkan pinjam, pikiranku tak karuan. Setiba di lokasi acara, banyak sudah para fans muda Dilan berkumpul di area depan panggung. Wah, popularitas novel Dilan karya Pidi Baiq ini memang tinggi. Sebelumnya sempat kudengar bahwa kehadiran novel Dilan 2 ini sudah ditunggu-tunggu oleh penggemarnya. Dan acara yang "katanya" launching novel itu kenyataannya benar-benar berbeda dari yang biasanya aku datangi. Aku tahu sedikit kalau Pidi Baiq yang akrab disapa Ayah Surayah itu nyentrik dan kocak. Tapi ternyata tingkat eksentriknya itu melampaui dugaanku.
Dilihat dari settingan acaranya sih tampak seperti talkshow buku selayaknya biasanya. Selain ada poster novel dan banner tokoh Dilan dan Milea, dekorasi panggung dilengkapi dengan pajangan foto-foto unik pembaca yang sedang membaca novel Dilan. Setelah dibuka oleh MC, Kang Benny Ramdhani selaku editor in chief memberikan beberapa patah kata sambutan. Katanya Surayah tak suka menghiraukan kalau ditodong naskah kapan beres, lebih ampuh kalau penggemarnya yang nanyain di twitter. Bukan main antusiasme penggemar novel Dilan dalam menantikan hadirnya Dilan 2 ini, sampai-sampai dalam waktu singkat sejak kemunculannya harus restock di beberapa toko buku. Dilan sangat jauh berbeda dengan karya-karya Surayah terdahulu. Novel yang berupa kisah roman SMA tahun 90-an ini sukses menawan segmen pembaca dari kalangan anak-anak muda, pun membangkitkan nostalgia para generasi "lama".
Acara berlanjut dengan ngobrol-ngobrol santai tentang nostalgia jadul bersama Kang Koyak mewakili generasi 80-an dan Kang Ian Project P yang mewakili generasi 90-an, serta Surayah Pidi Baiq yang nimbrung dengan asyiknya. Jadilah sore itu ngabuburit sambil bernostalgia bersama cerita-cerita menarik tahun 80-an dan 90-an. Ada nyeritain wajah Bandung dahulu yang jauh berbeda, masih lebih jelita, asri, bebas macet, dan seterusnya. Belum soal masyarakat & pemudanya yang juga jauh berbeda. Generasi dahulu yang senang bergabung dalam geng motor, tapi tentunya geng motor versi jadul memiliki cerita yang berbeda pula dengan jaman sekarang. Dulu para pemudanya gentleman, kalau ada terlibat perseteruan diselesaikan satu lawan satu, nggak main keroyokan atau tawuran gak jelas. Dan yang panjang-lebar lagi dibahas tentang gaya pacaran jadul (cuma ketemu di sekolah, ngisi TTS bareng, waktu apel cuma malam minggu & terbatas jamnya, belum ada hp & gadget kayak sekarang yang bisa komunikasi tiap saat, dan seterusnya, yang justru karena keterbatasan itu malah menyisakan ruang untuk rindu *cielah). Keterbatasan yang dihadapi pemuda jaman dahulu itu justru membuat mereka lebih kreatif, dan sisi baiknya juga membentuk karakter mereka yang tahan uji.
Obrolan ngalor-ngidul masa-masa jadul itu berlangsung asyik dan dibumbui canda tawa. Para "senior" yang berbicara itu dengan senang hati bercerita sebanyak-banyaknya kepada para fans Dilan yang hadir yang rata-rata generasi muda yang tak sempat mengalami keseruan tahun 80-an dan 90-an. Obrolannya lebih banyak disampaikan dengan enak pakai Bahasa Sunda, apalagi Surayah, sampai-sampai ada beberapa kali roaming yang harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, hehe. Menyimak ini semua sejenak menghilangkan cemas & sedihku yang baru hilang dompet hari itu.
Nah, terus tentang Dilan 2 bagaimana? Akhirnya dibahas juga. Ternyata bukan cuma sampai Dilan 2, dapat bocoran bakal ada buku ketiganya. Jika pada buku pertama Dilan dikisahkan dengan sudut pandang Milea, pada buku kedua ini biarkan Dilan yang berbicara. Penyusunan novel Dilan yang kisahnya berdasarkan pengalaman nyata itu melibatkan wawancara langsung dengan orang yang menjadi tokoh Milea. Walhasil, konflik percintaan yang melanda Dilan-Milea ini bisa jadi berbeda ceritanya menurut sudut pandang masing-masing. Jelang akhir acara ada koreksi naskah berjamaah, sedikit koreksi di beberapa halaman buku Dilan 2 yang ternyata bukan kesalahan EYD, tapi fakta seperti nama teman, hari, dan tahun yang salah sebut.
Menurut Surayah, novel Dilan ini ditulis sebagai novel teenlit. Gara-garanya Surayah sempat baca buku teenlit yang ada sekarang, menurutnya "nggak banget" deh. Dilan, meski berupa teenlit, ditulis dengan gaya bercerita sederhana, ceritanyapun bersahaja sebagaimana kondisi masa SMA 90-an itu, berusaha menyampaikan pesan kearifan kepada generasi muda lewat karakter dan pengalaman konflik psikologis tokoh-tokohnya. Menurut testimoni salah satu pembaca, Dilan 2 sangat menyentuh terutama buat kamu yang sedang harus move on. Dan salah satu pertanyaan lazim, adakah rencana Dilan untuk difilmkan? Sayangnya Surayah berkata tidak, karena alasan idealisme.
Obrolan ngalor-ngidul masa-masa jadul itu berlangsung asyik dan dibumbui canda tawa. Para "senior" yang berbicara itu dengan senang hati bercerita sebanyak-banyaknya kepada para fans Dilan yang hadir yang rata-rata generasi muda yang tak sempat mengalami keseruan tahun 80-an dan 90-an. Obrolannya lebih banyak disampaikan dengan enak pakai Bahasa Sunda, apalagi Surayah, sampai-sampai ada beberapa kali roaming yang harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, hehe. Menyimak ini semua sejenak menghilangkan cemas & sedihku yang baru hilang dompet hari itu.
Nah, terus tentang Dilan 2 bagaimana? Akhirnya dibahas juga. Ternyata bukan cuma sampai Dilan 2, dapat bocoran bakal ada buku ketiganya. Jika pada buku pertama Dilan dikisahkan dengan sudut pandang Milea, pada buku kedua ini biarkan Dilan yang berbicara. Penyusunan novel Dilan yang kisahnya berdasarkan pengalaman nyata itu melibatkan wawancara langsung dengan orang yang menjadi tokoh Milea. Walhasil, konflik percintaan yang melanda Dilan-Milea ini bisa jadi berbeda ceritanya menurut sudut pandang masing-masing. Jelang akhir acara ada koreksi naskah berjamaah, sedikit koreksi di beberapa halaman buku Dilan 2 yang ternyata bukan kesalahan EYD, tapi fakta seperti nama teman, hari, dan tahun yang salah sebut.
Menurut Surayah, novel Dilan ini ditulis sebagai novel teenlit. Gara-garanya Surayah sempat baca buku teenlit yang ada sekarang, menurutnya "nggak banget" deh. Dilan, meski berupa teenlit, ditulis dengan gaya bercerita sederhana, ceritanyapun bersahaja sebagaimana kondisi masa SMA 90-an itu, berusaha menyampaikan pesan kearifan kepada generasi muda lewat karakter dan pengalaman konflik psikologis tokoh-tokohnya. Menurut testimoni salah satu pembaca, Dilan 2 sangat menyentuh terutama buat kamu yang sedang harus move on. Dan salah satu pertanyaan lazim, adakah rencana Dilan untuk difilmkan? Sayangnya Surayah berkata tidak, karena alasan idealisme.
![]() |
credit pic: Teh Susanti Hara |
Aku senang dapat buku dan kaos Dilan 2 dari Penerbit Mizan. Sayangnya waktu itu tak sempat sekalian minta tanda tangan saat book signing, karena Surayah segera saja keburu dikerubuti fansnya begitu acara berakhir. Sehabis acara, sebelum pulang aku menyempatkan buka puasa di Rumah The Panas Dalam yang saat itu ramai pisan.
ABG era milenium ngga diijutkan diskusi, ya. Itu lho, yg tiap hari apel ke rumah pacal. :D
BalasHapusAsyiik bgtt dapat kaos!
Hehe, mereka jadi audiens ajah. Karena obrolannya satu arah, jadi mereka yg didongengin gitu.
Hapusyup ^^
Hahh, makk ilang dompet nya di acar ini? Semoga cepat ketemu ya makk.. Tapi lucky you dapet kaos nya ^_^
BalasHapusIkutan 1st giveaway aku yuukk makk, caranya mudah
Http://beautyasti1.blogspot.com
Nggak di acara ini ilangnya kok, sebelumnya. Kalo ga ketemu semoga diganti sama yg lebih baik aja :)).
HapusSuka kaosnya :^^
waah, buku favorit saya nih, baru baca yang pertamanya aja, keren abis kang pidi baiq..
BalasHapusWah, aku malah belum baca buku pertamanya juga :D. Monggo dilanjut Dilan 2.
Hapuswaduh mudah-mudahan dompetnya ditemukan orang yang tepat,.!!
BalasHapusdan orang itu adalah...
Hapuskeren emang nih buku
BalasHapusSayangnya aku belum baca...
HapusSi Ayah seperti tau akan isi hati cewek. Maka tak heran jika buku hasil karyanya bikin hati meleleh... Haha ayah ayah..
BalasHapus