Nostalgia Momen Peringatan KAA ke-60

Cikapundung Timur yang ramai saat periode peringatan 60th KAA (24 April 2015)

Momen peringatan KAA sudah resmi berakhir, saatnya move on dan beranjak bebenah menunaikan PR-PR lain. Postingan fb Pak Walikota kemarin itu mengingatkanku betapa setengah bulanan gegap gempita momen peringatan Konferensi Asia-Afrika ke-60 telah berlalu. Sekian banyak yang sudah terjadi di Kota Bandung, baik itu momen penting peringatan KAA-nya sendiri, beragam event yang meramaikannya, jalanan sekitar Asia-Afrika dan Braga yang makin cantik, plus tak ketinggalan aneka insiden perusakan fasilitas & monumen yang seharusnya dijaga oleh seluruh warga. Kuikuti kilasan liputan dan beritanya yang ramai lalu-lalang di sosmed. Lalu aku jadi greget sendiri. Bagiku pribadi, tidak mudah untuk begitu saja move on dari event yang menandai banyak hal itu. Sebab begitu banyak cerita yang dapat digali dari event kemarin. Dan apa yang sudah kutulis di antara banyak cerita itu? Tidak ada, sejauh ini, sayangnya. Dan apa yang menahanku untuk tidak menulis apapun dan mewartakannya lewat blog, biar kutanyakan itu pada diriku sendiri :P.

Momen peringatan KAA ke-60 memang sudah berlalu. Namun jejak-jejaknya masih tertinggal lekat, tak saja pada bangunan bersejarah, monumen & infrastruktur yang baru dibangun atau direnovasi, tetapi juga pada memori. Masih lekat diingatanku bagaimana antusiasnya warga Bandung & luar Bandung turut berpartisipasi menjadi relawan. Ribuan relawan turun tangan membantu kelancaran segudang event yang digelar, baik dari pihak Museum KAA yang tiap tahun rutin menyelenggarakan "peringatan KAA", maupun dari Disbudpar yang menyelenggarakan "perayaan peringatan KAA". Banyak sekali event yang menarik untuk dikunjungi sejak 18 April hingga akhir bulan lalu. Paradoksnya, saking banyaknya jadi bingung (plus terbentur kesibukan sendiri), ujung-ujungnya malah banyak yang kulewatkan. Meski demikian, ada foto-foto terkait event KAA yang sempat terekam di memori kameraku, yang sebetulnya sayang kalau tak kugunakan untuk posting apa-apa. Jadi, daripada mubazir, kugunakan sebagian untuk merefresh cerita momen yang tertunda itu :D.

Di antara event yang digelar oleh Museum KAA, sebetulnya aku ingin sekali merasakan mengikuti BHSG (Bandung Historical Study Games). BHSG berupa games outdoor per kelompok yang melibatkan penjelajahan dari satu tempat ke tempat bersejarah lain di Bandung, dirancang sedemikian rupa sehingga peserta sekaligus dapat belajar sejarah sambil menyelesaikan permainan. Jika tak jadi peserta, ingin jadi panitia. Begitulah, inginnya kalau diterima jadi relawan #BandungSpirit SMKAA ditempatkan di divisi BHSG, eh ternyata malah dapatnya di festival fotografi (mana awam fotografi pula). Ya sudah, semoga tahun depan kesampaian nyicip ikutan BHSG...

Meski tak sempat ikutan berselfie ria seperti para pengunjung yang lewat kawasan Braga, sepanjang periode peringatan KAA aku cukup sering lewat bolak-balik jalanan Braga. Terutama karena lewat situlah aksesku menuju Gedung YPK dan Museum KAA selama aku mengikuti pertemuan relawan & event Asian African Photo Festival 2015. Sayangnya aku tak bisa full berpartisipasi di setiap pertemuannya. Selain kendala waktu, komunikasi juga menjadi kendala. Ketika seluruh komunikasi dilakukan via Line, disitulah derita gak punya smartphone mengemuka :p.

Banyak pula event menarik perayaan peringatan KAA gelaran Disbudpar yang ternyata tak sempat kuikuti. Seperti Solidarity Day (Tribute to Soekarno & Mandela), Bandung 1955 (photo exhibition), Asian African Meet & Greet (mall to mall performance), dan Angklung for The World, misalnya.
Parade Asia-Afrika, 25 April 2015
Asian African Parade cuma kuikuti sesempatnya (dan selewatnya, hanya parade dari Museum KAA yang lewat jam 11-an), berhubung waktunya bersamaan dengan kegiatanku sebagai relawan di Asian African Photo Festival yang bertempat di dalam gedung YPK. Gerimis yang turun di kala itu tak menyurutkan semangat para pemburu foto dan warga yang menyaksikan parade di sekeliling jalan.
Parade Asia-Afrika: semarak kostum tradisional
Iring-iringan sepeda ontel di Parade Asia-Afrika
Warna-warni kostum fashion unik di Parade Asia-Afrika
Festival of Nations yang ramai di siang hingga sore juga luput dengan alasan yang sama, hanya sempat menengok acara di malam harinya, sekedar melihat-lihat keramaian Jl. Dago dan sisa-sisa booth yang masih buka, numpang makan, dan menyaksikan lautan manusia yang asyik nongkrong di depan stage konser penutup gelaran Kulturasun. Itupun tadinya aku cuma mau lewat sepulang capek-capek seharian di Braga. Gara-gara ketemu teman malah jadi nyangkut disini.
Bus Bandros ngeksis & Kulturasun, selepas Festival of Nations di Jl. Dago, 26 April 2015

Game seputar wawasan tindakan korupsi yang menarik ramai pengunjung di booth KPK
Lautan manusia di Jl. Dago saat malam konser penutup Kulturasun
Masih banyak yang ingin kuceritakan. Semoga sempat untuk posting lagi cerita tertunda lainnya.

Komentar

  1. Seruuuuuuu...
    Jd kaa ini nggak hanya sekedar menjamu tamu negara y mak..tp jg hiburan bwt warga bandung..seruuuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak... Banyak banget side event yg turut meramaikan. Yang kusebut di postingan ini hanya beberapa di antaranya :D

      Hapus
  2. ini di Bandung berasa banget gegap gempita KAA, ya. Asik ^_^

    BalasHapus
  3. acaranya meriah sekali ya mbak..asik banget nih warga Bandung :)

    BalasHapus
  4. Kayaknya seru bgt tempat nya, btw thanks buat infonya mbak ^^
    Download film terbaru

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Mencapai Impian dalam Mengelola Keuangan Secara Efektif dan Efisien

Puisi Sapardi, Acep Zamzam, & Bulu Kuduk [Wishful Wednesday #2]