Siluet Pagi di Balik Punggungmu

credit: Ali Haider

Malam ini aku merindukan siluet pagi. Di balik punggungmu yang terbungkuk menekuri cangkir-cangkir kopi. Kau sibuk menakar gula. Agar pahit masa lalu terlupa, melarut kedalam pekat yang sempat mengaduk-aduk segala emosi yang terendap. Ketika itu kita, tak melihat satu sama lain. Buta oleh hitam kegelapan yang melingkupi semesta kecil kita. Kita mengaduk jiwa dalam nestapa yang menjeritkan segenap rasa. Namun hanya denting sendok-cangkir yang bersuara. Pada akhirnya, hanya buih yang mengemuka. Separuh kita yang tersisa tenggelam tanpa nama. Air mata kita mengering dan mengerak terendap di dasar bersama ampas waktu bernama kenangan. Aku hanya berharap sebelum kauhidang cecangkir kopi itu, terlebih dahulu aromanya mengusik rasa kantukku. Dengan begitu aku mungkin akan lebih siap dengan takaran rasa manapun yang menyeduh hari-hari kita. Sebelum  kuteguk kopi terakhirmu yang kauseduh untukku. Sebelum kutandaskan larutan kenangan kita. Sebelum yang tertinggal hanya ampas, kala jejak kita diempas waktu.

Malam ini aku merindukan siluet pagi. Dibalik punggungmu yang tampak dari pintu dapur. Ada kau di situ. Dan cangkir-cangkir di atas rak. Bekas kita ngopi bersama sudah tak ada lagi.


- Setelah nonton Filosofi Kopi, 16 April 2015

Komentar

  1. Ecie Mak, habis nonton Filosofi Kopi langsung terinspirasi :D
    Aku cuma pernah baca bukunya, belom nonton filmnya. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, menonton cerita kopi begitu, mengingatkan akan kenangan sendiri, hehe

      Hapus
  2. dari nonton filosofi kopi aja bisa menghasilkan karya sebagus ini mbak,hehe salut deh inspirasinya keren :)

    BalasHapus
  3. Wow, habis nonton filosofi kopi bisa memunculkan rangkaian kata seindah ini.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka gimana ya... Biasanya sih sehabis baca buku puitis suka ketularan jadinya :D

      Hapus
  4. Sangat manis kata-katanya terangkai.. Saya nggak pandai menyemat kata, tapi tentang kopi;
    Aku ragu gula ialah yang membuat kopi nikmat, pada pendapatku kopilah yang membuat air gula lebih nikmat.. :D Sembarangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun setuju, bahwa gula bukan pembuat kopi menjadi nikmat. Kenikmatan kopi terletak pada jati diri kopi itu sendiri. Dan tentu peraciknya turut pula menentukan rasa. Pun gula, yang hanya sebagai pemanis, jika lidah kita terlampau tak sanggup menanggung nikmat kepahitannya sendiri.

      Hehe :D

      Hapus
    2. keren mbanya.. keren..
      kata - katanya bikin imajinasiku langsung bekerja :D

      Hapus
    3. Terima kasih....
      Heu... Bersyukur kalau kemudian imajinasi tersebut tertuang kembali ke dalam tulisan. Ibarat beternak ide, kata-kata menganak kalimat dan paragraf :D

      Hapus
  5. Film keluarga kah Mak..? Pengen nonton jadinya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada tentang hubungan keluarga, pertemanan, dsb... Namun yg spesial adalah kopi menjadi sentral yg menghubungkan kisah para tokohnya :). Worthy to watch, I guess.

      Hapus
  6. Kata-katanya bagus banget kalau ga dibaca sampe tamat pasti kiranya buka nyeritain kopi hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, begitu ya... Tentang kopi & hal2 lain :D

      Hapus
  7. aku termasuk penggila kopi hitam Mak.... pengen nonton pilmnya juga... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga jadi suka ngopi hitam... *Tapi masih lebih suka pakai creamer sih. Ayo nonton Mak... :)

      Hapus
  8. kopi memang selalu membawa suasana yang menyenangkan

    BalasHapus
  9. secangkir kopi yang begitu menginspirasi :).love it ..

    BalasHapus
  10. menonton cerita kopi, jadi teringat sama kenangan..hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Mencapai Impian dalam Mengelola Keuangan Secara Efektif dan Efisien

Puisi Sapardi, Acep Zamzam, & Bulu Kuduk [Wishful Wednesday #2]