Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Siluet Pagi di Balik Punggungmu

Gambar
credit: Ali Haider Malam ini aku merindukan siluet pagi. Di balik punggungmu yang terbungkuk menekuri cangkir-cangkir kopi. Kau sibuk menakar gula. Agar pahit masa lalu terlupa, melarut kedalam pekat yang sempat mengaduk-aduk segala emosi yang terendap. Ketika itu kita, tak melihat satu sama lain. Buta oleh hitam kegelapan yang melingkupi semesta kecil kita. Kita mengaduk jiwa dalam nestapa yang menjeritkan segenap rasa. Namun hanya denting sendok-cangkir yang bersuara. Pada akhirnya, hanya buih yang mengemuka. Separuh kita yang tersisa tenggelam tanpa nama. Air mata kita mengering dan mengerak terendap di dasar bersama ampas waktu bernama kenangan. Aku hanya berharap sebelum kauhidang cecangkir kopi itu, terlebih dahulu aromanya mengusik rasa kantukku. Dengan begitu aku mungkin akan lebih siap dengan takaran rasa manapun yang menyeduh hari-hari kita. Sebelum  kuteguk kopi terakhirmu yang kauseduh untukku. Sebelum kutandaskan larutan kenangan kita. Sebelum yang tertinggal hanya

Sneaker Idaman & Kejutan Shopious

Gambar
Alas Kakiku... Bicara tentang alas kaki, apapun jenisnya, apapun selera gayanya, tentu kita sepakat pada satu hal: harus nyaman dipakai. Bagiku sendiri, itu yang paling penting. Maklum, aku punya banyak pengalaman buruk dengan lecet gara-gara sepatu/sandal baru. Aku bukanlah orang yang rajin beli sepatu-sandal. Kadang suka juga sih, gara-gara window shopping jadi malah kambuh shopaholic-nya, hehe. Tapi dibandingkan dengan godaan membeli buku, aku biasanya lebih bisa menahan diri dari beli pakaian dan aksesorisnya. Seringnya tergoda dengan sepatu/sandal murah tanpa peduli kualitas membuatku kecewa dengan alas kaki yang kubeli. Tapi untuk beli yang mahal juga aku sering sayang dompet... :P. Suatu hari aku pernah menggerutu begini, “duh, beli yang mahal di mall juga sama saja, cepat rusak”. Tanteku menimpali, “pantes aja cepat rusak, lha   kamu pakai kemana-mana, pake ngangkot, jalan kaki, mau panas atau hujan, becek juga... Kalau pakenya ala orang tajir yang gonta-gant

3 Children Books Idaman [Wishful Wednesday 16]

Gambar
Minggu-minggu kemarin bolong-bolong terus nih posting Wishful Wednesday. Padahal dari kemarin book wishlistku berderet-deret. So, minggu ini aku niatkan untuk nyicil lagi ngabsen buku-buku yang sedang aku idamkan. Aku punya banyak buku incaran yang termasuk genre Children book dan Young Adult. Yang paling kuincar terutama buku-buku yang memang terkenal dan kerap jadi favorit para pembaca, namun aku sendiri belum punya (dan baca). Mana kebanyakan buku-buku tersebut sudah susah dicari pula, berhubung sudah lama boomingnya. Di situ kadang aku merasa sedih, hiks... 3 buku yang akan kuabsen ini juga stoknya kosong di beberapa toko buku online. Tapi syukurlah, ada harapan di stok gudang penerbit. The Miraculous Journey of Edward Tulane , karya Kate DiCamillo credit: goodreads Versi terjemahan Indonesianya diterbitkan oleh KPG berjudul Perjalanan Ajaib Edward Tulane. Semakin menggebu menginginkan buku ini setelah baca review teman pembaca dan komentar yang rata-rata menyanjung buku

Bedah Buku "Ketika Ibu Melupakanku"

Gambar
Bagaimana rasanya dilupakan oleh ibu sendiri? Tak terbayangkan. Lagipula, ibu yang melupakan anaknya, memangnya ada? Pertanyaan macam itu mungkin hinggap di benak kita. Namun, pengalaman tak terbayangkan itu benar-benar dialami oleh Mbak DY Suharya. Hari-hari di rumah diwarnai dengan pertengkaran demi pertengkaran. Menghadapi perilaku sang ibu sehari-hari yang tak masuk akal, membuat emosi, dan kerap membuat frustasi, menjadikan rumah kehilangan kehangatannya. Depresi dengan semua itu, Mbak DY memutuskan meninggalkan rumah, "melarikan diri", kuliah & bekerja di luar negeri . Saat itu Mbak DY tidak tahu... Sang ibu terkena gejala penyakit Demensia Alzheimer. Pengalaman menyakitkan itu membawa hikmah yang begitu besar dalam kehidupan Mbak DY. Rasa sesal akan kesalahpahaman tehadap sang ibu, janganlah orang lain turut merasakannya. Mbak DY yang kini lebih memahami kondisi sang ibu, aktif di komunitas peduli Alzheimer. Sebagai persembahan untuk sang ibu, pengalaman hidup

Indihome: Akses Internet Super Kencang Plus-plus di Rumah

Gambar
Sekarang ini, terasa sekali kebutuhan akan akses internet sudah tak bisa dipisahkan dari keseharian, kapanpun dan dimanapun. Berkaca pada pemakaian kuota internet bulananku sendiri, akhir-akhir ini kuota internet yang biasa kubeli Rp.50ribu sering habis duluan sebelum nyampe sebulan. Hadeuh, maklum biasanya di kosan aku mengandalkan modem untuk akses internet. Padahal penggunaan akses internet utamaku biasanya untuk sekadar mencari informasi, akses email, bersosmed, ngeblog, tak lupa dengan acara blogwalking jika sempat. Itu membuatku wanti-wanti untuk tidak sering-sering membuka youtube atau streaming video lainnya. Padahal saat ini untuk hiburan berupa tontonan pun sudah lama aku tak mengandalkan TV. Begitulah latar belakang mengapa aku yang sebenarnya suka banget nonton film, segala drama Korea/Jepang, juga penonton setia reality show Running Man menjadi bernasib tidak up to date , hiks... *Penting ya? :D. Bisa ditebak, untuk bisa menonton semua itu aku cuma bisa menunggu belas

Ada Surga di Rumahmu

Gambar
  "Seorang ibu mampu mengorbankan segalanya demi 10 anaknya, tetapi 10 orang anak belum tentu mampu mengorbankan segalanya demi seorang ibu." Film Ada Surga di Rumahmu Tersebutlah seorang anak bernama Ramadhan dari Palembang. Di masa kecilnya, ia kerap melakukan kebandelan dan berkelahi kala emosi. Suatu hari di perjalanan berangkat mengaji ke mushola ia berulah, sehingga ayahnya (Abuya) menghukum Ramadhan untuk maju mengisi pengajian di depan teman-temannya. Ternyata Ramadhan memiliki bakat bercerita yang bagus. Dalam ceramahnya ia bercerita kisah fenomenal Uwais Al-Qarni, seorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Orang tua Ramadhan kemudian memutuskan untuk memasukkan Ramadhan ke pesantren untuk dididik oleh Ustadz Attar, berharap kelak ia menjadi pendakwah yang baik. Disini ia bertemu dengan dua orang santri yang kelak menjadi sahabat dekatnya hingga dewasa. Beranjak dewasa, Ramadhan mengabdi sebagai ustadz muda sederhana di pesantren yang sama dan mengajar be