Merenungi Pola Makan


Buku Food Combining yang bikin penasaran (credit: Widyanti Y)
Beberapa waktu yang lalu aku mendapatkan kunjungan dari tante bersama puterinya yang baru berusia 8 bulan. Terakhir kali aku main menjenguk bayinya, itu sudah lebih dari 6 bulan lalu. Surprise sekali melihatnya sudah tumbuh makin montok dengan pipinya yang tembem dan matanya yang sipit itu. Dalam kunjungan setengah hari itu, aku menyaksikan aksi tanteku menyuapinya dengan bekal MPASI dan berkecimpung dengan perlengkapan perang khas ibu-ibu yang bawa bayi. Sambil menyuapi, tanteku bercerita sekilas tentang menu MPASI yang dibawanya dalam perbekalan itu. Aku kurang ingat detailnya, yang jelas menu MPASI keponakanku itu berupa menu Food Combining (FC) yang diterapkan tanteku untuk bayinya merujuk panduan WHO. Yang kuingat dari menunya saat itu ada berupa cacahan halus buah dan ikan salmon. Menyimak penjelasan tanteku, aku jadi terlibat pertanyaan polos seputar menu FC untuk bayi tersebut. Maklum, pengetahuanku tentang hal ini masih sangat dangkal. Hanya, mendengar kata "Food Combining", aku langsung teringat seorang blogger, Mbak Widyanti Yuliandari, yang sering posting mengenai ini. Bukunya mengenai Food Combining yang baru terbit dan lagi ngehits seringkali mejeng di wall fb teman-teman bloggerku. Mau tak mau itu menggoda kepenasarananku, ingin rasanya menengok isi buku itu.

Ijinkan aku mengaku kedangkalan pengetahuanku mengenai MPASI untuk bayi. Aku baru tahu tentang menu FC yang direkomendasikan WHO tersebut. Maklum, meski tema ini sering berseliweran dibagikan oleh emak-emak blogger di sosmed, aku terbilang jarang membacanya. Untuk itu, mendengar penjelasan tanteku tentang FC untuk MPASI bayinya, aku menerimanya sebagai informasi baru. Kalau dahulu kan makanan bayi itu identiknya sama bubur bayi, hehe. Apalagi begitu tahu ada porsi untuk menu buah, aku mendadak jadi flashback saat-saat diriku sendiri masih bayi *yaelah, emang inget...? :D. Dahulu (menurut cerita nenekku sepertinya), saat bayi aku suka disuapi "kerokan" mangga arumanis. Maklumlah, saat itu rumahku kaya akan buah mangga. Mungkin itu sebabnya sekarang aku jadi semacam "jurig buah", suka banget sama beragam buah-buahan. Padahal dahulu di kampungku yang biasa diberikan kepada bayi yaitu nasi tim dan "kerokan" pisang rebus. Dulu kan kesannya makanan bayi tuh malah yang serba karbohidrat gitu, jadi fakta bahwa aku diasup oleh buah cukup mengherankanku. Saat kutanyakan ini kepada tante, ternyata langkah memasukkan menu buah untuk bayi sudah benar toh ya *happy ^^.
Favoritku ^_^
Nah, jadi, apa hubungannya ya dengan pola makan? Sebenarnya, itu sebagai intermezo bahwa pola makanku selama ini, sungguh kalah dibanding pola makan keponakanku yang berusia 8 bulan itu. Kalau ponakanku saja sudah bisa menerapkan Food Combining, aku masih jauh... Selama ini aku tidak menerapkan pola makan sehat khusus entah itu Food Combining atau yang lainnya. Dan kalau flashback lagi masa-masa selama jadi anak kos, tebak sajalah pola makannya kayak gimana. Baru sekarang saja aku sudah mulai aware dan ada sedikit perhatian untuk insyaf dan belajar pola makan lebih sehat. Padahal nenekku sudah membesarkanku dengan membiasakan sarapan pagi di rumah. Selazimnya di desa, sarapan paginya pun pakai makanan berat seperti nasi lengko. Sedikit ringannya barangkali serabi dan goreng dage *duh, jadi nostalgia. Dalam penerapan FC, ini kurang tepat ya. Mestinya mengawali konsumsi pagi hari tidak dengan makanan berat. Ketika merantau mencari ilmu di pesantren, kebiasaan makan teratur masih terjaga, sebab waktu makan sudah terjadwal. Baru kemudian ketika kuliah dan ngekos, berantakanlah riwayat pola makan teratur itu.

Sewaktu kuliah, aku punya memori yang susah dilupakan akibat ketakdisiplinanku dalam pola makan. Kadang-kadang (sering ding), lupa makan dan lapar pun gak dirasa. Suatu kali dalam keadaan seperti itu aku justru melakukan pekerjaan fisik seperti mencuci baju seember (cuci manual ya). Ketika menjemur pakaian di jemuran, aku merasakan dunia di sekelilingku berputar, pandanganku menggelap, dan aku merasa puyeng dan lemas. Tak sampai pingsan, tapi hampir pingsan. Parah deh. Yang lebih tak terlupakan adalah, aku pernah tahu-tahu pingsan sewaktu membeli makan di warung, nunggu dibungkus. Gejalanya hampir sama, mungkin waktu itu aku keterlaluan menunda beli makan sampai titik nutrisi penghabisan. Parah ya. Dan itu kejadian sangat memalukan. Aku seorang yang alhamdulillah dikaruniai kesehatan tubuh yang tak bermasalah, aku menganggap tubuhku kuat dan tak sakit-sakitan, ketika tiba-tiba aku pingsan tanpa alasan malunya tuh disini... Hehe. Gara-gara itu, apakah aku kapok menunda-nunda makan? Tidak. Aku masih berpola makan tak teratur, namun sejak saat itu tertempel baik-baik warning  di benakku: "dilarang mencuci baju sebelum makan", hehe...

Ketika skripsi, gejala lupa makan itu kembali mengemuka. Jelas sekali berat badanku turun, terlihat dari postur tubuhku yang "mengurus", eh makin kurus maksudnya. Tapi itu masih Alhamdulillah aku tak terkena penyakit langganan mahasiswa berupa thypus, syukurlah. Setelah lulus dan bekerja, entah kenapa aku tambah kurus saja. Tapi itu tak berarti aku makan sedikit ya, hehe... Apalagi kalau ada momen prasmanan, duh, boro-boro menerapkan Food Combining yang segala porsinya ditakar hati-hati, nakarnya malah pakai insting saja (*don't try this at home). Tapi suatu hari aku kena batunya. Gara-gara banyak ragam sajian gratis serba ingin dicoba, aku comot semua. Yang tak sempat tericip malah nasi, karena keburu kenyang. Esok harinya, perutku mual-mual dan mengalami gangguan pencernaan.

Meskipun untuk menerapkan pola makan sekelas Food Combining belum sampai, namun bukannya tak mungkin aku belajar juga sedikit-sedikit ilmunya. Setidaknya untuk awalan, mempelajari terlebih dahulu mana kombinasi makanan yang tidak cocok disatukan dalam satu menu. Sisanya bisa dipelajari pelan-pelan *berharap punya bukunya :). Dari sini mungkin aku bisa menemukan penjelasan anjuran ulama terdahulu mengenai pola makan yang sempat kudapati saat mengaji di pesantren dahulu.
Food Combining Chart (credit: livingforce.ca)
Aku yakin kita semua sudah mengerti pentingnya pola makan yang sehat. Banyak penyakit berawal dari pola hidup tak sehat, di antaranya dari pola makan sembarangan. Namun permasalahannya ada pada kesadaran & disiplin. Pertanyaannya, apakah akan terus-terusan tak peduli dengan kesehatan diri sendiri, takluk pada nafsu makan? Sekarang ini aku sudah mulai banyak memikirkan hal ini. Setidaknya untuk ukuran anak kos, aku sudah ada warning untuk tidak lagi abai akan sesuatu yang jelas berbahaya. Misalnya mengkonsumsi jajanan pakai kemasan styrofoam. Aku juga mendapatkan suntikan advice dari teman-teman yang menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Karena pola makan sehat juga termasuk dalam agenda gaya hidup selaras alam. Upayaku yang lain untuk memperbaiki pola makan agar lebih sehat adalah rajin mengkonsumsi sayur dan buah (seringnya jus). Alhamdulillah aku bukan orang yang susah makan sayur-buah. Apalagi buah, justru aneh bagiku kalau ada orang tak suka buah. Keanekaragaman, kekayaan rasa, kesegaran, dan manfaat yang ditawarkannya kerap membuatku berpikir inilah anugerah Tuhan yang paling indah. *Jurig buah teaa, hehe.

http://www.widyantiyuliandari.com/2015/02/04/pengumuman-giveaway-syukuran-buku-food-combining/

Komentar

  1. iya mbak sama aku juga dapat suntikan nih gegara suami kemarin kena kolesterol wkwkwkw..jadinya kita makan2an yg sehat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Support dari orang di sekitar memang sangat penting ya. Yah, semoga makin banyak orang berpola makan sehat tanpa menunggu kena penyakit dulu :)

      Hapus
  2. Iya, kalo ada yang nyemangati jadi lebih konsisten ya, mba. Apalagi kalo dibarengi sama olahraga, jadi lebih enteng di badan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Nah ini masih PR, masih jarang olah raga teratur sih...

      Hapus
  3. waduh kesindir aku...tutup muka pakai tangan:). disiplin nerapin pola makan sehat itu yang susah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ehehe, ini menyindir diri sendiri juga, Mak. Aku juga masih perlu banyak bebenah nih... *Maklum, pemakan segala :)

      Hapus
  4. stelah membaca tulisan ini semoga bisa menerapkan pla makan yg sehat... kayakx sudah.. layak dicoba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin... Hehe, jangan sampai kena batunya kayak yg kualami itu ya :D

      Hapus
  5. Tanpa disadari, saat kuliah, karena keterbatasan anggaran, saya ternyata sudah menjalankan FC, sebagian. Ha..ha...makan seringnya sama lauk nabati plus nasinya setengah porsi aja dengan banyak sayuran, biar sedep :)

    Terimakasih Mak, udah ikutan memeriahkan GA perdana ini. SAlam hangat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hemat ala mahasiswa ternyata bisa sekalian nerapin pola makan sehat juga ya... Hihi...
      Sama2, Mak... Salam kembali :)

      Hapus
  6. mantap, sangat bermanfat sekali untuk saya

    BalasHapus
  7. saya masih belom konsisten kalau urusan pola makan :)

    BalasHapus
  8. Hehe, baru denger ada jurig buah mak :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. mhahaha... Daripada bisi ketuker sama laler buah :D

      Hapus
  9. waaaah keren informasinya lengkap mak :D
    cocok untuk aku nih yang pola makannya kurang teratur hehe
    semoga bisa menerapkan pola makan sehat :D
    Anak cerdas

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mencapai Impian dalam Mengelola Keuangan Secara Efektif dan Efisien

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

25 Coffee & Kitchen, Cafe Asyik di Arcamanik, Bandung Timur