Madre: ibu Kehidupan

Madre: Kumpulan CeritaMadre: Kumpulan Cerita by Dee

My rating: 4 of 5 stars


Membaca Madre meninggalkan kesan yang mirip seperti membaca Filosofi Kopi dulu buatku. Madre, seperti Filosofi Kopi di mataku adalah karya-karya Dee yang menebar pesona tersendiri. Sama-sama filosofis, juga berbau kuliner, meski menurutku Madre ini setingkat lebih filosofis dibanding Filosofi Kopi. Dan kesan yang mirip lainnya adalah, keduanya sama-sama berupa kumpulan prosa karya Dee dari rentang beberapa tahun, dan dari beberapa karya itu hanya kisah berjudul Madre dan Filosofi Kopi sendiri yang tampak kemilau di antara yang lain. Aku jadi berandai-andai kalau Dee suatu hari nulis buku yang isinya berupa kumpulan cerpen yang mengambil tema benda-benda yang tampak sederhana namun digali sisi filosofisnya selayaknya biang roti dalam Madre ini.

Sinopsis (dikutip dari Goodreads):
“Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari?
Darah saya mendadak seperempatTionghoa,
Nenek saya seorang penjual roti, dan dia,
Bersama kakek yang tidak saya kenal,
Mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu: Madre.”

Terdiri dari 13 prosa dan karya fiksi, Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhkan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.

Lewat sentilan dan sentuhan khas seorang Dee, Madre merupakan etalase bagi kematangannya sebagai salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia.


Kisah yang disajikan tentang Madre ini sungguh istimewa. Berasal dari bahasa Spanyol yang berarti "ibu". Madre adalah ibu bagi bergenerasi-generasi roti yang dihasilkan oleh Tan de Bakker yang legendaris. Ibu yang memberi makan, yang jadi agen kehidupan. Madre adalah asal-usul roti Tan de Bakker, sebagaimana ia juga adalah cerita asal-usul tokoh Tansen yang menerangkan garis silsilah keluarganya yang sesungguhnya. Di lihat dari segi mana pun, Madre ini istimewa sebagai pusat yang mengendalikan cerita. Ini mengingatkanku pada sebuah talkshow yang diadakan FLP Bandung tempo hari mengenai "sastra kuliner". Dalam suatu sesi, Madre ini dibahas sedemikian menarik dari segi filosofis yang menyiratkan simbol yang bisa multitafsir, padat berisi. Madre juga adalah simbol kebinekaan yang tunggal ika. Pemersatu dari yang berbeda-beda. Jika membaca kisahnya, kita akan segera merasakannya. Pada akhirnya, Madre adalah juga ibu yang membawa Tansen, yang si pengelana bebas, pulang. 

Adapun prosa-prosa lain yang terdapat di buku ini, aku cenderung melihat benang merah dari keseluruhannya, yakni "ibu" dan "cinta". Dengan demikian, tepatlah kiranya bahwa Madre mengemban peranan sebagai judul cover buku ini, yang sekaligus meng-cover benang merah beberapa prosa lainnya itu.

View all my reviews
*Sinopsis edisi cover film: Madre: A Coffee Table Book
Madre: A Coffee Table Book
Kunci itu mengantar Tansen menjumpai sebuah bangunan kuno tak terawat. Tan de Bakery.
Tan de bakery bukan sekadar bangunan kuno tanpa arti. Di dalamnya, sejarah hidup Tansen berawal. Dari sosok nenek yang tak pernah dikenalnya, hingga sebongkah adonan berusia puluhan tahun.
Hidup selalu menawarkan banyak kejutan.
Madre: A Coffee Table Book bukan sekadar novel. Di dalamnya bertabur keindahan visual. Membacanya secara utuh berarti juga memanjakan rasa dan mata.


TENTANG PENULIS
Dewi Dee Lestari lahir di Bandung pada 1976. Tak hanya menghibur khalayak Indonesia lewat suara emasnya, dia juga piawai menulis. Beberapa novelnya mendapat banyak pujian, antara lain Supernova dan Perahu Kertas. Kini, salah satu karyanya, Madre, kembali hadir dengan sentuhan visual yang mampu merebut hati para pembacanya. 

Komentar

  1. pengin baca, berapa bintang ini mak? aku mau nyari dulu ah. moga ada temen yang punya :D *inget lagi diet buku hihi*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu ada di atas, 4 of 5 stars. Hanya karena alasan subjektif, kan... Sangat suka buku ini. Yang paling kinclong sih cerpen Madre-nya aja, menurutku. Yg lainnya gak terlalu (sama kyk Filosofi Kopi).

      Hapus
  2. Jadi pengen baca bukunya secara langsung saya kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo dibaca. Kalau tak punya, bisa cari di perpustakaan :)

      Hapus
  3. aku punya yang cover atas, bukan cover film. Sepertinya mulai jatuh cinta sama tulisan Dee gara-gara baca madre :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, aku juga punyanya yang cover atas. *Gak terlalu suka cover novel versi film :(. Kalau aku, pertama kali baca karya Dee yg Supernova: KPBJ, sewaktu kuliah. Udah agak lupa2 ceritanya... Pengen punya & baca lagi jadinya :D

      Hapus
  4. Udah pernah baca ini nih. Emang judul cerpen Madre yg paling berkesan, lainnya puisi2 ga begitu ngerti hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... Kenapa ya, kok gak semuanya berkesan ya... Mungkin yg lainnya belum terlalu matang tulisannya. Tapi aku suka juga prosa yang berisi dialog janin itu :))

      Hapus
  5. pengen baca juga nih, sepertinya bagus banget..sambil nyeruput kopi kita busa menikmatinya membaca seharian :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyiknya baca kumpulan cerpen itu ya seperti itu, Mbak. Bisa kayak camilan bacanya... Cepet tamat :D. Bagus nggaknya sih biar masing2 menilai. Baca saja dulu :)

      Hapus
  6. mba, kalau yang madre coffee table itu isinya novel madre kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Tuh di sinopsisnya ada. Cuma aku belum tahu isinya seperti apa. Kayaknya sih plus ada gambar2nya, mungkin. "Madre: A Coffee Table Book bukan sekadar novel. Di dalamnya bertabur keindahan visual. Membacanya secara utuh berarti juga memanjakan rasa dan mata." Gitu katanya...

      Hapus
  7. Saya masih punya satu, itupun buku lama mbak. yang Perahu Kertas :D. berupa prosa2 ya mbak. dari reviewnya bikin penasaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini juga bukan buku baru, kok. Kalau Perahu Kertas sih agak beraroma sinetron/teenlit, hehe... Meskipun aku suka juga, tapi secara kepenulisan kurasa itu bukan karya Dee yg istimewa (dibanding Supernova, misalnya).

      Hapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Sajak Melankolis

Review Sunscreen N'PURE Cica Beat the Sun