Launching Buku #Tetot Pak Ridwan Kamil

Tetot... Tetoot.. Tetooottt... Apa yang terlintas ketika mendengar kata 'Tetot'? Kalau aku, langsung teringat suara mamang-mamang penjual balon atau es kemong lewat... Hehe... Terus, inget juga bunyi bel di kuis-kuis kalau peserta salah menjawab pertanyaan. Tapi akhir-akhir ini "tetot" menjadi ikon yang lain lagi, terutama ketika si tetot-nya memakai tagar. Hashtag #Tetot menjadi booming ketika ini dipakai oleh Pak Ridwan Kamil di sosmednya, terutama pas awal-awal beliau menjabat Walikota Bandung. Masih ingat twitwar yang heboh di jagad online gegara twit-twit provokatif F**h*t Ab**s mencemooh langkah-langkah yang digagas Ridwan Kamil (RK) dengan program Bandung Juaranya? Ahaha... Aku sampai geleng-geleng kepala, entah karena konyolnya keripik pedas yang konon berbumbu sotoy itu, entah karena ajib & kocaknya balasan twit Pak RK yang menyanggahnya dengan hashtag #Tetot bernomor, sampai mesin #Tetot pun rusak. Wkwkwk...
salah satu twit capture #tetot (sumber: link artikel)
Ada-ada saja. Menyimak sosmednya Si Bapak no.1 di Bandung ini memang menarik. Saban hari selalu disapanya warga Bandung, lengkap dengan imbauan menyukseskan program harian Bandung Juara. Info-info plus foto terkait program-program pembangunan Bandung pun senantiasa ramai oleh ribuan like & komen di fb. Twitternya lebih ajaib lagi. Di luar twit-twit seriusan, ada macam-macam saja laporan & pertanyaan warga Bandung via twitter, yang, kadang-kadang *eh sering ding, lucu bila itu ditujukan kepada Pak Wali. Biasanya balasan twit Pak Wali lebih ajaib lagi, kocak. Sekarang sih, sesudah lebih setahun menjabat, sudah maklum & kenal gaya Pak RK di sosmed. Memang begitulah orangnya di dunia nyata juga, senang bercanda. Tipikal pejabat yang serius tapi santai.

Fenomena sosmed Pak RK nampaknya banyak menyita perhatian media. Tak terkecuali penerbit buku. Kemarin aku jalan-jalan menyambangi Pesta Buku Bandung yang bertempat di Braga seperti biasanya. Ada kabar kalau acara talkshow di hari pertama pameran buku ini ada tentang sosial media, dimana Pak RK menjadi salah satu pembicara. Ternyata beliau tak bisa hadir. Ketika berkeliling, aku berjumpa buku-buku Pak RK  di 2 stand besar. Salah satunya adalah buku #Tetot : Aku, Kamu & Media Sosial yang ramai mengisi stand Sygma. Poster & dummy Pak RK seukuran orang lagi mejeng menambah ramai stand-nya. Buku karya Pak RK ini kini sudah tersedia di pasaran. Pada 18 Januari 2015 lalu, buku ini resmi dilaunching. Aku juga turut hadir dalam acara launchingnya.

Ketika aku mendapat undangan dari Sygma untuk hadir di launching buku ini, kok kebetulan sekali malamnya aku habis nonton video wawancara RK di youtube. Itu lho, wawancara bersama Sule & Andre di NET TV yang benar2 mengocok perut. Juga sewaktu beliau diundang ke acara TV Hitam Putih. Sebagian tentang aktivitas nyosmed Pak RK sempat pula disinggung dalam acara tersebut. Di acara launching buku yang notabene bicara tentang sosmed ini, Pak RK menyampaikan pendapatnya terkait sosmed beserta program-program yang dirancangnya untuk kota Bandung. Dapat ditebak, talkshow kali ini pun lengkap dengan haha-hihi audiens gara-gara si Bapak kerap ngocol dengan bahasa sundanya yang mantap :D.
Poster acara launching buku #Tetot persembahan Sygma
18 Januari 2015 sore aku berangkat menuju Gramedia Merdeka, tempat launching & talkshow buku #Tetot digelar, setelah pada pagi hingga siangnya menghadiri event Arisan Ilmu KEB di Dago. Karena lumayan kecapekan habis ngedance itu, aku menyempatkan pulang ke kosan untuk tidur siang sebentar sebelum lanjut ke Gramed. Begitu aku sampai di tempat acara, talkshow sudah dimulai. Wow, ramai sekali. Kursi-kursi audiens sudah terisi, dikelilingi banyak sekali yang menyimak dengan berdiri. Boro-boro bisa duduk, aku jadi nyempil menyimak di pinggir panggung. That's why cuma bisa jepret foto tampak samping.
Talkshow buku #Tetot bersama Ridwan Kamil di Gramedia Merdeka (dok. Pribadi)
Acara berlangsung lancar & suasananya hangat oleh kocaknya bahasa Pak RK menggambarkan karakteristik warga Bandung. Sebagai contoh, Pak RK membeberkan beberapa fakta tentang Bandung seperti: kota dengan jumlah komunitas terbanyak di dunia, warganya paling senang twitteran, senang selfie narsis, kreatif, dan lain sebagainya. Tak ketinggalan perihal data statistik jomblo Bandung yang dibuatkan Taman Jomblo, lengkap dengan atap jembatan biar gak kehujanan, serta kursi-lursi jomblonya yang punya hierarki (tinggi-rendah tergantung level, ceunah :D).
Jadi ingat ada yg ngetwit gini, "kalau ditanya lagi musim apa di Bandung, jawablah musim selfie" :D
Kalau melihat cover bukunya yang bergambar karakter komik Pak RK plus tulisan "anak twitter yang kebetulan jadi Wali Kota", ini jelas menyiratkan sesuatu. Pak RK kerap menegaskan tentang keaktifannya di twitter, dari dulu sebelum jadi Wali kota beliau sudah aktif twitteran. Ketika jadi Walkot, kebiasaan itu tetap jalan (masih tetap twit sendiri juga, gak pakai admin). Sama seperti kebiasaannya bersepeda ke kantor, ketika jadi Walkot, itu tak berubah. Dengan gaya sersannya Pak RK bilang, "Omat nya... Sayah suka twitteran bukan berarti euweuh gawe. Sayah tetap bekerja kok. Kade nya, tong su'udzhon". Kuncinya membagi waktunya untuk sosmed dengan bijak. Biasanya ketika di perjalanan dalam mobil (terutama jalan tol), daripada bengong. Paling rutin sih malam2 sebelum istirahat, gitu katanya. "Bahkan twitteran pun bisa menjadi bagian dari kerja", tambahnya.

Pak RK melihat sosmed sebagai suatu potensi yang besar, yang bagaimanapun harus disikapi & digunakan dengan bijaksana. Mengambil inspirasi dari Barack Obama dengan peranan sosmednya, Pak RK memandang sosmed dapat menjadi suatu tool untuk perubahan. Sebagaimana sering disinggungnya, bekerja sebagai walkot untuk bebenah Bandung, hanya akan bisa dicapai jika warga pun turut membantu. Sosmed dapat menjadi salah satu media komunikasi efektif dengan warga. Pak RK juga bilang, twitter melatihnya untuk berkomunikasi efektif dalam penjara 140 kata.

Sebenarnya banyak sekali hal menarik yang dapat diceritakan dari perbincangan berdurasi sekitar 1,5 jam ini. Tapi kalau diceritakan semua nanti kepanjangan. Khawatirnya juga kebanyakan spoiler tentang bukunya, padahal resensi buku ini juga menanti giliran. Yang jelas, buku ini hadir berangkat dari twitter pak RK. Ada banyak yang terkait twitnya mengenai berbagai program penataan kota, yang tentu tak semua orang selalu sependapat, bahkan ada yang mengkritik pedas, bahkan tudingan kasar (yang menurut Pak RK perlu klarifikasi), yang kemudian diklarifikasi di buku ini. Orang nyinyir selalu ada. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Gitu wejangan pak RK. Contoh umum, "sayah nampang di media dibilang pencitraan, diem-diem juga dibilang gak kerja, jadi sayah teh kudu kumaha atuh?" Curhatnya.

Maap, Pak, ikut mejeng ya!
Buku #Tetot : Aku, Kamu, dan Media Sosial setebal 364 halaman ini kelihatan fresh, dan agaknya bakal tak boring bacanya. Tahu sendiri, buku ini mengikuti gaya tutur Pak RK yang "sersan". Walaupun ada membahas hal-hal ciusan, namun tiap jeda beberapa halaman bakalan ketemu taburan gambar ilustrasi plus komik kocak yang menggambarkan episode twit tertentu komunikasi 2 arah antara Pak RK dengan twit warga. Lucu-lucu deh. Editor buku ini, Pak Syamsu mengakui bahwa dirinya merasa asyik dalam pekerjaannya mengedit buku ini, sebab selang beberapa halaman ada-ada aja yang lucu bin ngocol. Komik tersebut menjadi daya tarik tersendiri, karena begitu memegang & melihat-lihat buku ini (yups! Aku kebagian rejeki tak terduga mendapatkan buku ini ^_^), sebelum benar-benar membaca, yang pertama dilirik adalah komik-komiknya. Saat kutunjukkan ke adik, itulah yang dilakukannya pula. Langsung bolak-balik halaman sambil cekikikan :D.
Sebelum pulang, mejeng dulu bersama teteh-teteh blogger Bandung
Aku belum membaca buku ini, baru ngintip komiknya ajah :D. Meski begitu, aku rekomendasikan buat warga Bandung, terutama. Biar tahu program-program Pak RK, terutama penting untuk klarifikasi tujuan & penjelasan mengenainya. Kata Pak RK, royalti buku ini akan ditujukan untuk program sosial, yang akan dipikirkan lebih lanjut apa bentuk & eksekusinya bersama pihak penerbit Sygma. Dengan alasan etika, Pak RK tidak akan mengambil keuntungan bisnis.

Pak RK seringkali ditanya tentang program-program untuk Bandung ke depannya. Beliau mengakui, akan rempong kalau menjelaskan satu per satu. Karena ide-idenya masih banyak, ada ratusan, dan masing-masingnya worthy dibuat seminar tersendiri katanya. Kayaknya akan lebih baik kalau dibikin buku lagi untuk menjelaskannya. Baiklah, ditunggu buku-buku berikutnya, Pak...

Komentar

  1. Saya jg ngefans sm bpk walkot bandung yg keren ini mak, meski skg tinggal di bekasi. Akhh da juara memang pak RK mah 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Euheu, banyak fans-nya juga di luar Bandung ya Mak... :D

      Hapus
  2. saya bukan orang bandung tapi masih punya garis keturunan bandung karena orang tua sebenarnya orang bandung. cuma saya lahir di banten dan jadilah orang banten :D
    Meskipun bukan orang bandung asli, tapi saya ngefans sama bapak satu ini. Jadi kayanya bakal beli bukunya. penasaraan. salam kenal ya mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga bukan orang Bandung kok, Mak, meski kerap dikiran begitu. Aku hanya perantau yang udah lama cicing di Bandung :D. Euheu, iklan sayah berhasil rupanyah :D. nanti kalau sudah baca ditunggu reviewnya yah :D

      Hapus
  3. Aku gak inget tuh siapa nama gubernur di provinsiku (minta jitak), tapi kalau Pak Ridwan, aku fans beratnya lho. Kagum aja sama kerjanya doi sebagai gubernur, sekaligus bisa eksis kayak selebritis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ada lagi tuh RK fans club, huehehe... Ralat sedikit, Mbak, Pak RK bukan gubernur, tapi wali kota Bandung :D. Kelihatan ajah kerjanya ya... Kebanyakan yg lain suka entah apa kerjanya :P

      Hapus
  4. Hihihi ngakak baca "Keripik Peas berbumbu Sotoy". Asli, ini akun twitter yang paling seru buat dikepoin. Mendidik dan menghibur sekaligus. :)

    Btw, aku kira Euis asli Bandung, nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ihihi... Dan ngomong-ngomong, kenapa aku jadi seneng pake tambahan huruf "h" didepan kata "saya" & "aja" yah... :D
      Iyaa, ada ilmu & info dibalik kesersanan gaya tuturnya ya...

      Tuh, kan, dikirain orang Bandung lagi :D. Tapi aku asli urang Sunda kok :)

      Hapus
  5. Saya penasaran sama karya Kang Emil, mau cari dulu ah hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo, asal nyarinya di toko buku, ntar gak susah ketemunya :D

      Hapus
  6. pak ridwan kamil memang beda dari peminpin yang lain, dia sangat bersahabat dan memiliki cara2 dia sendiri :)

    BalasHapus
  7. Saya juga ngga dapet tempat duduk hihihihi.... Tapi dapet bukunya udah hepi berat deh..

    BalasHapus
  8. Saya salut sama Pak RK, tentu seneng ya bisa ikut launching buku beliau yang fenomenal itu, Tetot.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, iya Pak... Seru2 dpt ilmu (& buku), hehe :)

      Hapus
  9. pengen bukunya...
    hiks, rugi nih ga dateng acara ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayu dibeli, Teh... Iya, kok Teh Lia gak ikutan... :)

      Hapus
  10. Betul, sosmed pengaruhnya besar sekali, pak RK pinter mengambil manfatnya ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups. Emang harus bijak ya mempergunakannya :)

      Hapus
  11. Bapak walikota anu gahol :D ., eh pas intip isinya ternyata keren, ada ilustrasi gambarnya, jadi niat mau baca

    BalasHapus
  12. penasaran mau baca juga jadinya :)

    BalasHapus
  13. Pak Ridwan Kamil emang keren yaa.. Jelas di tangannya bandung makin kreatif hihihi.. jadi penasaran sama isi bukunya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. *Kaan, penasaran lagi. *tukang kompor bener :D

      Hapus
  14. Pak Ridwan Kamil mah emang hebat. Saya sejajarkan ama Bu Risma deh. :D
    Jadi pengen punya bukunya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa spot di Surabaya juga ada yg hasil desain Pak RK ya Mbak... Senang kalo para pemimpin berkolaborasi utk mewujudkan ide2 ke arah lebih baik :)

      Hapus
  15. Wuaaa, jadi buku tetotnya haha. saya tahu pas 'ngehajar' FA di twitter itu, mbak. asik yah bisa datang ke acaranya. meski nyempil2, higigigi. mbak gak termasuk statistiknya kan?, hoho, bercanda mbak. bikin penasaran bukunya. soalnya beliau cerdas mengutarakan di twitter yang terbatas karakternya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang santer wkt itu di sosmed. Yah, gak tau jg termasuk ga yah. Wkwkw... Aku termasuk yg hrs belajar nih, soalnya selama ini terpenjara 140 kata tuh bagiku gak enak banget... heu

      Hapus
    2. Saya ngikuti, tapi melalui kaskus, mbak. twitter jarang buka :D. masuk deh, biar saya ada temannya :P. saya nyerah dah, beberapa kali mau ngetwit gak ngena, dihapus lagi, aaa.. susah nyampaikan sesuatu :D

      Hapus
    3. Oh, kirain ada akun twitter. Soalnya biasanya blogger punya. Aku jg jd punya twitter bukan buat ngetwit2, awalnya. Gegara buat syarat ikutan GA/lomba, hihi. Juga buat promoin postingan blog :D.

      Hapus
  16. Kudu beli neh bukunya. Jadi pengen pindah kebandung punya pemimpin kayak pa Ridwan Kamil...hehe
    Salam kenal dan sukses selalu
    Liswanti627.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangga atuh, Mak... Heu, harusnya tiap daerah ada pemimpin yg bisa diharapkan... Tapi yah begitulah *apasih
      Salam kenal kembali, terima kasih :)

      Hapus
  17. Seru banget atuuuuh, jd pengen melipir jd warga Bandung... :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Puisi Sapardi, Acep Zamzam, & Bulu Kuduk [Wishful Wednesday #2]

Manfaat Bekerja Sama dengan Digital Marketing Agency Indonesia untuk Bisnis