Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Tanah Suci
Mak
ingin kubawa kau pada rumah mimpimu
yang dari dalamnya terpancar keindahan Ilahi
dan berjuta tanda kebesaran-Nya
Tapi Mak
tanganku terlalu lemah dan daya yang kupunya
seperti hembusan angin melintas celah batu karang
Mak
rumah mimpimu
entah kapan kupersembahkan
tapi ia selalu ada dalam doaku
***
My rating: 3 of 5 stars
Membaca buku ini membuatku bernostalgia. Mengingatkanku saat dulu semasih SMA & kuliah senang banget baca fiksi-fiksi Islami yang saat itu sedang booming-boomingnya. Sudah lama tak membaca buku-buku Asma Nadia. Dan saya tetap suka. Cerpen-cerpen Asma Nadia di buku ini banyak mengangkat wacana realita sosial masyarakat, dibalut dengan tema cinta yang tak habis-habisnya mengalirkan guliran cerita. Cerpen-cerpen yang tersaji di buku ini menghadirkan kisah-kisah cinta yang menyentuh. Entah itu tentang cinta antara ibu-anak sebagaimana dalam cerpen "Emak Ingin Naik Haji", "Laki-laki yang Menyisir Rindu", dan "Bulan Kertas", tentang cinta yang tak sampai sebagaimana dalam cerpen "Cinta Begitu Senja" dan "Sepotong Cinta dalam Diam", maupun cinta mendalam dalam rumah tangga & keluarga di cerpen-cerpen yang lainnya.
Cerpen Emak Ingin Naik Haji, yang menjadi judul kumpulan cerpen ini dan kini sudah difilmkan, adalah cerpen yang paling menarik perhatian. Banyak apresiasi positif mengenai cerpen ini disajikan di lembar-lembar endorsmentnya. Mengangkat kisah seorang Emak yang terus memeluk mimpi untuk pergi ke tanah suci, dengan anaknya yang menanggung perih sebab ketakberdayaan ingin menunaikan mimpi emaknya itu. Cerpen ini mewakili sebagian besar masyarakat muslim Indonesia (terutama rakyat kecil) yang memiliki mimpi untuk berhaji, apa daya tahun demi tahun biayanya terus membumbung tinggi. Disamping itu, cerpen yang memiliki multikonflik ini juga menyoroti kesenjangan yang berlaku di masyarakat: yang kaya bisa haji berkali-kali (makin kaya), yang miskin tetap miskin atau terpuruk. Selain tema, kekuatan cerpen ini terletak juga pada cara penyajian adegan-adegannya yang dipecah-pecah seperti kilasan-kilasan yang flmis.
Seperti yang tampak di cover bukunya, buku terbitan 2009 ini diterbitkan sebagai promo untuk film Emak Ingin Naik Haji yang saat itu masih "segera tayang". Di dalamnya disertakan pula screen shot film seukuran post card dan cerita behind the scene serta asal-usul cerpen ini diangkat menjadi film. Aslinya, Aditya Gumay, sutradara filmnya menemukan cerpen ini di sebuah rubrik majalah lama, dan langsung saja tertarik untuk memfilmkannya. Kebetulan aku sudah nonton filmnya. Berbeda dengan adaptasi filmnya, cerpen Emak Ingin Naik Haji memiliki ending menggantung. Secara keseluruhan, cerpen-cerpen di buku ini memang rata-rata menghadirkan kisah-kisah yang getir. Kedalaman rasa cinta yang dieksplorasi di cerpen-cerpennya, meskipun indah, namun kerap dibalut dengan kepedihan. Beberapa cerpennya berbingkai tragedi tsunami Aceh.
punya buku ini. Lupa taruh dimana :p |
View all my reviews
*Baru baca buku ini akhir 2014. Buku ini salah satu yang kudapatkan dari nukar cerita rekomendasi buku di booth Cerita Buku saat Festival Pembaca Indonesia 2014 lalu.
*Deskripsi buku (dikutip dari goodreads):
...
------
(100% royalti dipersembahkan untuk membantu memenuhi mimpi ke tanah suci, bagi saleh dan salehah yang kurang mampu. Membeli buku ini, berarti bersama-sama membantu mewujudkan mimpi mereka)
Endorsement:
Saya tidak malu mengakui kalau cerita ini membuat saya menangis! Dan langsung menggerakkan saya untuk segera mewujudkannya dalam film layar lebar." -Aditya Gumay
Emak Ingin Naik Haji adalah sebuah cerita sederhana yang membuat kita menyadari arti penting sebuah perjuangan hidup, dan membuat saya semakin mengagumi dan mencintai sosok ibu. - Reza Rahadian, Pemeran Zein, Aktor
Hasrat Emak yang begitu mendalam, sesungguhnya telah mengantar jiwa Emak ke Tanah Suci. Putranya adalah renungan tegas, tentang niat baik yang tidak boleh dinodai dengan laku melanggar iman/hukum. Akibatnya bukan tak mungkin Emak akan merasa bersalah. Pikiran ini yang menteror saya setelah membaca cerpen Emak. Cerpen yang baik adalah sebuah teka-teki batin. - Putu Wijaya
Karya-karya Asma Nadia tidak sekedar menyuguhkan kenikmatan estetik, tetapi juga memancarkan penyadaran, betapa hidup ini begitu indah dan penuh makna jika ditaburi sikap toleran, peduli pada sesama makhluk, dan tidak kikir berbagi cinta pada kebenaran dan kemanusiaan.-Maman S. Mahayana.
Yang Paling Menarik dari Asma Nadia Adalah: Kepekaan sosial yang terus diasahnya dengan semangat mencari sehingga dapat menangkap ekspresi-ekspresi kehidupan dengan cukup jeli, lancar, lugas, membumi... bisa menyentuh harap dan haru pembacanya.-Niniek L. Karim
Sebuah buku yg sangat insiratif ;)
BalasHapusSudah baca?
HapusWuss pagerank nya udah 2 euyy :D mantep bener
BalasHapusudah 2 dari dulu :P
Hapusbuku emak pengen naik haji itu bikin aku melelehkan air mata kalo udah ngebaca :(
BalasHapusSudah baca juga ya... Banyak yang bilang, bikin rindu emak di kampung :)
HapusSaya belum membacanya
BalasHapusTapi sudah pernah melihat filmnya.
Idenya memang sederhana ...namun balutan konflik serta mengkontraskannya dengan keluarga kaya yang bisa berkalu-kali ke Tasnah Suci memang sungguh membuat hati ini teraduk-aduk
Ati Cancer pun pas betul memerankan emak yang taat itu
Salam saya
(4/1 : 1)
Iya, filmnya juga bikin terharu, memang. Coba juga baca cerpennya, Om. Penyajiannya beda, meski spiritnya sama. Cerpennya lebih nyelekit karena dibiarkan menggantung. Tak seperti filmnya yg ujungnya happy ending :)
Hapus