Yang Tak Terkatakan Di Balik Postingan

Desember sudah lewat pertengahan. Pergantian tahun kembali menjelang. Sembari merencanakan 2015 mendatang, perlu pula kiranya menengok sejenak ke belakang, meninjau hal-hal yang sudah silam. Tak terkecuali pada hal-hal yang telah tertuliskan. Tertarik ikut serta GASelf-Reflection: Tengok-tengok Blog Sendiri, kutelusuri postingan-postinganku di tahun 2014 ini. Agak sulit menentukan mana yang paling berkesan, masing-masing punya cerita (the untold story) sendiri-sendiri. Namun kuputuskan memilih 1 postingan yang alasan utamanya lebih ke the untold stories, cerita-cerita yang tak terkatakan di balik yang terkatakan.

Postingan yang kupilih untuk ditinjau kembali berjudul “Dari Bandung ke Bekasi”. Tak ada yang istimewa dengan tulisan itu dari sisi teknis penulisannya. Itu hanyalah sebuah tulisan singkat yang sifatnya curhat dan personal. Saat menulisnya aku menuangkan perasaanku begitu saja, sejauh yang dapat terungkapkan. Namun seperti yang kubilang tadi, aku memilih postingan ini saat menyadari, begitu banyak cerita tak terungkapkan di balik postingan sederhana itu.


Di postingan itu aku bercerita 2 hal yang menjadi garis besar. Pertama, tentang kepindahanku dari Bandung ke Bekasi, memulai hari-hari baru di tempat baru yang kuawali dengan segala hiruk-pikuk perasaan campur-aduk. Kedua, tentang kabar gembira bahwa koleksi bukuku nambah tumpukan lagi, dengan catatan istimewa buku-buku baru tersebut kuperoleh bersama status yang jarang-jarang kusandang: juara 1 lomba blog. Bagi seorang pemula yang baru kali pertama menyandang predikat itu, mudah dipahami jika itu berkesan. Meski sudah berlalu dan setelahnya aku tak pernah menang lagi (dan memang belum pernah ngelomba lagi sih...), aku berharap pengalaman itu bisa menjadi pengingat yang memotivasiku untuk terus menulis. Itu cerita yang mudah ditebak ya... Namun cerita di balik itu sesungguhnya tak hanya itu...

Cerita berikut ini menjadi benang merah bagi 2 hal yang kuceritakan dalam postingan yang kupilih. Paket buku yang beratnya kira-kira lebih dari 2 kg adalah hadiah lomba yang kuperoleh. Paket buku itu, bersama buku-bukuku yang lain turut menyertaiku pindah dari Bandung ke Bekasi. Buku-buku itu hijrah, berumah baru di sekolah tempatku mengajar. Kini, saat aku menulis ini, buku-buku itu tengah bertumpuk lagi di kosanku, bersama kardus-kardus tengah bersiap menanti perjalanan kembali dari Bekasi ke Bandung. Mereka bersiap. Dan aku pun begitu.

Hal terberat saat pindahan bukanlah mengucapkan selamat tinggal, melainkan ini: buku-buku! (Bercanda, tapi ini serius). 
Yang terberat saat pindahan
Rasanya baru kemarin pertemuan, sekarang sudah perpisahan. Tak usah membayangkan perpisahan berurai air mata maupun canda tawa. Semua datar saja. Namun apa yang terkatakan belum tentu mencakup yang tak terkatakan. Ya ampun, postingan yang kupilih mengandung banyak cerita terpendam. Jika harus mengevaluasi, itu bukan soal tulisannya. Ini tentang pengalaman, tentang banyak hal yang dapat kujadikan pembelajaran. Aku mengenal banyak orang baru, lingkungan yang berbeda, rekan-rekan yang memiliki dedikasi menakjubkan sebagai guru, anak-anak yang punya kisah amat beragam, hingga ibu kos yang mau menampungku bahkan jika aku tak punya uang buat bayar sewa! Wow... Begitu banyak kata maaf dan terima kasih yang tak sanggup kuungkapkan.  

Sempat menyaksikan saung yang sekarang sudah tiada.
Kemarin ada sms dari seorang siswaku, bertanya aku takkan datang lagi? Kemarinnya, seorang lagi sms. Katanya cuma kangen. Hehe, tak menyangka. Seorang pemalu yang diam saja saat aku pamitan di kelas hari itu.
***


 

Komentar

  1. Betul juga ... buku ... maksudnya ribet begitu ya?

    Kalo saya merasakannya ribet karena harus diatur bolak-balik, satu per satu :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berat juga, Mak.... Wong tiap hari bawa 1 buku di tas punggung saja sudah berat, apalagi harus ngangkut banyak... :)

      Hapus
  2. hehe sama, setahun setengah lalu saya pindahan dari bogor k ciputat dan bukan perabot yang berisi dus yang kami bawa tapi buku2 saya plus ensiklopedi anak2 ..jadi terpikir mulai koleksi ebook ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sering ngalamin ini, Mbak... Tiap kali pindahan... aduh.... yg paling berat ya ini... :D.
      Entah kenapa meski demikian aku masih lebih memilih koleksi buku dibanding ebook... Mungkin krn blm punya gadget yg memadai :D

      Hapus
  3. Saya juga begitu paling berat jika harus pindah adalah berpisah dengan sebagian buku. Srbab terlalu berat jika diangkut semua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama dong, Mak Evi... Segini tuh yg sekarang diangkut cuma yg blm dibacanya saja, tapi ttp aja udh ada sekardus lebih... hehe :D

      Hapus
  4. Ibu kosnya baik, Mbak. Hihihihi
    aukses ngontesnya, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, iya... Alhamdulillah. Satu dari sekian nikmat yang perlu banyak disyukuri :D.
      Amiin... Terima kasih Mbak Idah :)

      Hapus
  5. Saya pernah ngalamin mak, waktu pindahan, bawa tas yg isinya buku, dan itu beraaat banget, ribet :p Tapi gimana ya, masa gak dibawa, sayang..

    BalasHapus
  6. Saya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
    Terima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
    Semoga sukses

    Salam saya
    #97

    BalasHapus
  7. Saya prnah ngalami beberapa kali pindahan.. pindah rumah jkt-kediri, lalu stlh nikah pindah rumah 2x.. paling rempong memang waktu packing n unpacking buku hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaan, Mbak... Aku juga sering begitu, tiap kali pindah kosan :D

      Hapus
  8. Saya prnah ngalami beberapa kali pindahan.. pindah rumah jkt-kediri, lalu stlh nikah pindah rumah 2x.. paling rempong memang waktu packing n unpacking buku hehehe..

    BalasHapus
  9. Wah, kalau bukunya sebanyak itu, "berat" juga untuk melakukan perpindahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentunya. Meski sebenarnya foto itu kurang akurat, karena foto lama sewaktu beres-beres di kosan lama

      Hapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Mencapai Impian dalam Mengelola Keuangan Secara Efektif dan Efisien

Puisi Sapardi, Acep Zamzam, & Bulu Kuduk [Wishful Wednesday #2]