Putri Sirkus & Lelaki Penjual Dongeng [Wishful Wednesday #8]

Ya ampun, seminggu berlalu, dan terakhir kali update blog seminggu lalu? :(. Padahal banyak banget bahan untuk dituliskan, tapi kelihatannya bingung sendiri gimana memulai :p. Baiklah, wishful wednesday lagi...

Rabu ini aku terkenang sebuah buku yang ingin namun belum kesampaian punya dan baca. Buku lama, terjemahan Indonesia terbitan Mizan dari 2006 lalu. Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng, itulah buku incaranku di Wishful Wednesday ke-8ku ini. Alasanku menginginkan buku ini simpel saja: karena aku penyuka karya-karya Jostein Gaarder. Berapa kali sudah kusebutkan itu? Banyak. Sampai-sampai aku jadi penasaran sama negara Norwegia gara-gara suka baca novel-novel Gaarder :D. Aku selalu penasaran sama karyanya ini yang belum sempat kubaca. Tampaknya topik besarnya kali ini tentang imajinasi? Aku membayangkan akan suka buku ini. Menurut salah satu review pembaca Goodreads, bagi yang tak suka karya-karya khas Gaarder barangkali buku ini bakal membosankan. Namun kuperhatikan tak sedikit pula yang kasih rating 5 atau 4 dari 5 bintang. Tampaknya aku bakal termasuk golongan terakhir ini :D.



Sinopsis:
"Putri Sirkus mengukuhkan status Gaarder sebagai salah seorang penulis Skandinavia paling menonjol, sekaligus sebagai seorang novelis dan pendongeng yang andal."
--The Herald


Novel ini akan mempertemukan Anda dengan Petter "si Laba-Laba." Tokoh ciptaan Gaarder yang paling membuat penasaran setelah Sophie dari Dunia Sophie. Sejak kecil, Petter tak berkawan dan lebih suka menyendiri di dalam dunia yang dia ciptakan. Dia terobsesi dengan cerita-cerita, terutama dengan cerita Panina Manina sang Putri Sirkus yang dikarangnya sendiri.

Hingga dewasa pun, imajinasinya terus merajalela. Tetapi, dia tidak mau memublikasikan cerita-cerita yang dia tulis atas namanya. Dia membenci ketenaran. Dia memilih menciptakan Writers Aid, sebuah program yang didesain untuk menyediakan cerita-cerita bagi pengarang-pengarang internasional yang mengalami kebuntuan ide.

Meskipun programnya ini pada awalnya sangat sukses, segera terbukti bahwa Petter si Laba-Laba akhirnya terjebak dalam jejaring yang ditenunnya sendiri. Skandal memalukan dalam dunia sastra internasional itu perlahan-lahan terkuak dan nyawa Petter terancam oleh pengarang-pengarang besar yang ingin menyelamatkan nama baik mereka. Tak disangka-sangka, kehancuran rencana Petter itu bersumber dari perbuatannya sendiri pada masa lalu..."
***
Duuhh, pengen banget buku ini... Penasaran... Sekarang udah jarang kelihatan di toko-toko buku :(.

Ini ceritaku, apa ceritamu?
* Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
* Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
* Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
* Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Komentar

  1. Baru sekali baca karyanya Gaarder, Bibbi Bokken :))

    Semoga cepat terkabul yaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, Bibbi Bokken saja belum begitu menggambarkan khas Gaarder, karena itu karya kolaborasi dengan Klauss Hagerup kan? *entah bener gak namanya itu :D.

      Amiin... Semoga lekas dapat buku ini :)

      Hapus
  2. Saya jarang baca novel. Tapi kalau sudah baca, bisa menikmati juga. Saat ini saya sedang menunggu novel terbaru Dan Brown: Inferno.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya kebalik, porsi baca novel masih lebih banyak daripada baca buku2 nonfiksi :D. Saya juga lagi ngidam Inferno nih, baru beberapa hari lalu menamatkan The Lost Symbol :)

      Hapus
    2. Mungkin juga karena di lingkungan saya buku nonfiksi lebih sedikit (jarang).

      Hapus
    3. Berarti justru fiksi yg lebih banyak tersedia, namun lebih banyak baca nonfiksi yg jarang malah ya...

      Hapus
    4. Eh kebalik... Maksudnya lebih banyak yang nonfiksi daripada yang fiksi. hehe...

      Hapus
  3. Saya belakangan ini jarang baca buku....
    Buku terakhir yang saya baca Stories of Hope : Kembali Hidup buku non-fiksi... Dikirimi buku dongeng Australia aja belum sempet baca..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, aku mau banget baca dongeng dari Australia. Dapat dari GA Mbak Luckty kah?

      Hapus
  4. Petter, tokohnya bikin penasaran. kalau sudah baca dongennya nanti bagi-bagi yah, mbak. semoga cepat kesampaian :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bikin penasaran. Aku punya bayangan bakalan dahsyat imajinasi Peter & dongeng-dongengnya itu *mengingat reputasi Gaarder sebagai penulis.
      Amiin, semoga lekas dapat :)

      Hapus
  5. Saya jarang baca novel, yang sering buku diktat kedokteran yg tebal2
    Huft

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh... Berat... Calon dokter sepertinya ya, atau emang dokter :D
      Sesekali diseling novel buat refreshing lumayan tuh :)

      Hapus
  6. Aku belum pernah baca karya2 Jostein Gaarder... hehehe kudet banget ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, kalau ada waktu luang cobain deh. Memesona *kata aku sih itumah :D

      Hapus
  7. sepertinya buku yang menarik ni..
    jadi kepingin jugaa
    semoga beruntung yaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Chei belum baca? Kirain aku aja yang belum, hehe...
      Amiin, thanks yaa :)

      Hapus
  8. Sejenis buku anak, harus dimasukkin daftar buku untuk perpustakaan nih :D Semoga terkabul :D Berkunjung juga ke wishlist-ku Wishful Wednesday 9 : The Miraculous Journey of Edward Tulane by Kate DiCamillo

    @asysyifaahs

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, aku tak yakin ini masuk genre buku anak :D. Meski tokoh-tokoh utama Gaarder kerap anak-anak yang beranjak remaja, namun biasanya topiknya agak berat.
      Amiin, terima kasih ya... Bersiap kunjungan balik :)

      Hapus
  9. "...Tetapi, dia tidak mau memublikasikan cerita-cerita yang dia tulis atas namanya..."

    Saya terbiasa membaca tulisan "mempublikasikan" ketika berkirim komentar di blogspot. Ternyata—setelah saya cek di KBBI—bentuk yang baku adalah "memublikasikan" (huruf /p/ luluh ketika mendapat imbuhan mem-). Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sih saya juga sering keceletot pakai ejaan yg gak sesuai EYD. Inginnya sih belajar menulis dengan baik, sesuai kaidah B. Indonesia yg berlaku. Tapi beginilah problem nulis di blog, kita publish sendiri, gak ada ketentuan kriteria penulisan sesuai EYD. Banyak kontes menulis di blog juga gak memasukkan ini ke dalam kriteria penilaian, hehe...

      Hapus
    2. Justru tulisan sampean (memublikasikan) itu yang sesuai dengan EYD, sementara tulisan di blogger (mempublikasikan) yang sering saya lihat malah enggak.

      Hapus
    3. Memang benar. Yg ini emang sesuai EYD. Namun maksudku di tulisan2 yg lain secara umum aku sering keceletot. Misalnya "mempesona", harusnya "memesona". "Apapun" harusnya "apa pun", dll... Sering gak kekontrol :D.

      Hapus
  10. aku pernah baca buku ini tapi udah agak lupa ceritanya gimana.. jadi pengen baca ulang gara2 baca WW mu :)) semoga terkabul yah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe. Segitu banyak yang belum dibaca, yang sudah dibaca pun tak bisa dibilang sedikit. Ampe suka lupa-lupa detail ceritanya :D. Selamat membaca kembali, Mbak :). Amiin...

      Hapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Mencapai Impian dalam Mengelola Keuangan Secara Efektif dan Efisien

Manfaat Bekerja Sama dengan Digital Marketing Agency Indonesia untuk Bisnis