1 Harapan 3 Impian
Kalau ditanya apa 1 harapan yang ingin saya raih, saya akan jawab dengan jawaban klasik: ingin jadi orang yang bermanfaat. Wah, itu sih terlalu universal ya... Siapa pun bisa mengatakan itu. Maka akan ada pertanyaan berikutnya: caranya bagaimana? Nah, kalau yang ini saya punya jawaban yang lebih fokus. Ini berhubungan sama impian saya. Bagi saya, apapun keahlian atau talenta seseorang, sukses itu ukurannya dari segi manfaat. Meski seseorang bisa saja sudah sukses di mata status sosial atau keduniawian, belum tentu orang itu sukses dari segi kebermanfaatan. Maksud bermanfaat yaitu tak hanya untuk diri sendiri & keluarga, melainkan juga kerabat & masyarakat. Saya memandang, orang "biasa-biasa" yang mampu berkontribusi untuk lingkungannya jauh lebih sukses ketimbang seorang kaya nan terkenal berjabatan tinggi yang lingkungannya tak merasakan manfaat apa-apa darinya. Atau jika kontribusinya itu tak berimbang dengan potensi (harta, talenta, kewenangan) yang ia punya. Jadi, mengukur dari segi itu, saya merasa belum apa-apa. Menjadi bermanfaat adalah sebuah harapan yang ingin saya raih secara bertahap sesuai kemampuan.
![]() |
source link |
Saya punya 3 impian yang sedang menggebu-gebu saat ini. Ini terkait cita-cita dan passion yang saya niatkan lewat 3 impian itulah caranya saya ingin bermanfaat.
Impian pertama, cita-cita ingin jadi ilmuwan muslim multitalenta. Inspirasinya dari tokoh-tokoh cendekiawan muslim seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Khawarizmi, dkk. Tinggi ya cita-citanya? Ya iyalah, namanya cita-cita tak elok berrendah-rendah :D. Versi Indonesianya barangkali macam Pak Habibie :). Ini impian jangka panjang, kalau melihat saya sekarang ya masih jauh, hehe. Tapi tentu saya akan belajar secara berproses untuk dapat meraih impian itu. Sejauh ini, langkah yang sudah saya capai adalah mempersiapkan diri dari segi pendidikan. Latar belakang pendidikan saya agak kurang lazim dari yang biasanya. Saya dulu bersekolah di madrasah sejak SD (MI), SMP (MTs), sampai SMA (MA). Ketika masuk MTs & MA, saya memilih jadi santri pondok pesantren saat teman-teman kebanyakan lebih memilih sekolah "bergengsi" jika mampu masuk. Alasannya karena ingin belajar dasar-dasar agama & mengaji. Lulus MA, saya punya mimpi yang "berani": kuliah di universitas negeri jurusan sains atau teknik. Padahal situasi saat itu sangat tak mendukung: ortu tak setuju, gagap informasi ujian masuknya, plus keyakinan lolos yang dipertanyakan mengingat saya "cuma" lulusan madrasah & tidak persiapan lewat bimbel.
Kebanyakan teman santri kuliahnya jurusan agama lagi (atau ke universitas Islam). Ortu & kerabat mikirnya buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, biaya dari mana? Bimbel bagi saya saat itu suatu hal yang mahal & mewah. Sebagai gantinya, saya rajin pinjam buku-buku bank soal milik teman & memfotokopi rumus-rumus cepat yang mereka dapat dari bimbel. Libur setelah lulus UN & masa penantian ujian masuk universitas saya gunakan untuk belajar sendiri, berlatih soal-soal itu. Singkat kata, akhirnya karena saya "ngeyel" & keras kepala pengen mencoba, dengan bantuan beberapa kerabat yang masih mendukung toh saya lolos juga. Akhirnya saya kuliah bidang sains di universitas yang katanya "angker" itu ^_^. Biayanya pake ngusahain beasiswa & keringanan-keringanan sesuai kemampuan ekonomi. Setidaknya, lulus S1 sains sudah membuka sedikit jalan buat menggapai impian. Cakrawala ilmu semakin luas terbuka bagi saya yang orang kampung ini :D. Ke depannya, lanjut S2 & S3 menjadi tahap impian berikutnya yang selalu saya pelihara. Bahkan jika karena sikon & bermacam pertimbangan saya harus menunggu agak lama untuk itu, saya akan setia :). Biarpun mungkin jadinya setelah menikah atau punya anak, hehe. Sekarang saya sedang fokus ke pekerjaan dulu, namun tetap berusaha stay in touch with science. Caranya dengan membagi ilmunya & nyoba-nyoba belajar bidang yang diminati lewat kuliah online gratisan :D.
Impian ketiga berhubungan juga dengan passion. Kali ini kesukaan menulis. Karena saya suka cerita atau fiksi, wajar jadi ingin penulis juga. Saat mahasiswa saya berkenalan sedikit dengan sastra lewat komunitas kepenulisan. Sayang, latihan saya kurang maksimal sampai akhirnya keburu tenggelam dalam kesibukan kerja. Banyak orang nanya udah punya berapa buku diterbitin? Euh, belummm. Kalau nerbitin buku, saya ingin yang gak malu-maluin (ada mutunya). Kan tak mungkin tercapai kalau latihan nulisnya jarang. Untuk itu, tahun 2014 ini saya bikin resolusi nulis yang lebih jelas. Eksekusinya, saya aktif lagi menulis di blog. Mungkin sederhana, tapi ini saya jadikan ajang berlatih. kalau sudah terbiasa, Insya Allah mimpi itu semakin mudah saya dekati. Lagipula, banyak kan yang dari ngeblog jadi terbit buku. Ngeblog itu kan gak kerasa latihan, santai kayak nulis diary. Siapa tahu kelak tulisan-tulisan itu ada yang bisa dipermak ulang, retouch sana-sini buat jadi naskah buku. Yang terpenting, dari ngeblog bisa mulai nyicil jadi orang yang bermanfaat lewat tulisan. Biarpun ngeblog itu bebas, akan bermanfaat jika isinya positif, berbagi ilmu atau inspirasi. Saya suka melakukan "multi-tasking". Maksudnya, lewat ngeblog saya bisa melakukan banyak hal sekaligus: belajar nulis, mengikat sekaligus berbagi ilmu/inspirasi, berkarya, bahkan dapat hadiah (hehe GA maksudnya). Bisa juga untuk stay in touch with your passion. Contohnya saya yang suka sains, buku, & puisi. Saya bisa menulis di blog tentang hal-hal yang saya minati itu.
Semoga 3 impian itu bisa tercapai, serta terpenuhi harapan secara maksimal. Amiin...
Terimakasih sudah ikut GA kami..
BalasHapusSemoga impiannya tercapai.
Salam kenal dari kami ber3
Sama-sama. Amiin... Terima kasih sudah mengadakan GA ini. Jadi dapat inspirasi dari teman-teman peserta lain.
BalasHapusBTW bertiga yah, kirain berdua. Pake anonim sih :D
Makasih ya udah ikutan GA kami... sorry telat respon
BalasHapusOh, iya sama-sama... Tak apa2 :)
BalasHapus