The Chosen One
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab: 21)
Beberapa waktu yang lalu saya
membuka-buka folder di laptop yang sudah lama tak pernah dibuka. Saya tengah
menyusun palylist lagu-lagu yang sudah lama sekali tak saya dengarkan lewat
media player. Teringat lagu-lagunya Maher Zain, saya jadi ingin menambahkannya
ke playlist. Sejak pertama kali mendengarkannya lewat radio bertahun lalu, saya
langsung jatuh cinta pada lagu-lagu Maher sejak pendengaran pertama (love at
the first listening?). Ketika itu popularitas Maher belum begitu booming di
Indonesia, sebelum ia berduet dengan Fadly Padi dan menggelar konser pertamanya
disini. Lagu-lagu di album pertamanya sempat dengan setia menemani saya cukup
lama, hingga puncak kesetiaannya ketika menemani saya bertahan di sebuah lingkungan
tempat saya merasa asing. Kisah yang tampak romantis ini belakangan mengalami
pasang-surut hingga akhirnya bisa dibilang putus.
Sudah lama sekali rasanya, saya
jadi tak hanya ingin dengar lagunya, melainkan kangen melihat videonya.
Dibandingkan dengan mendengarkan lagunya, melihat video klipnya sudah jauh
lebih langka lagi. Tanpa pikir panjang saya masukkan beberapa video yang saya
punya ke playlist. Maka mengalunlah dentingan piano yang khas, musik yang familiar
di telinga saya. The Chosen One menjadi yang pertama...
Semua yang digambarkan di video
klip lagu The Chosen One itu, sebagaimana dinyatakan di dalamnya, terinspirasi
dari Muhammad SAW. Bagi yang sudah pernah membaca riwayat Nabi SAW tentu
mengerti, mozaik-mozaik yang dirangkaikan di video itu mengingatkan kita pada apa.
Detail-detail itu... mengingatkan kita pada mozaik-mozaik kehidupan Nabi
sendiri, beberapa fragmen yang bertebaran di episode kehidupannya.
Saya tidak sedang melankolis atau
apapun yang semacamnya, hanya sedang kangen biasa saja. Namun kok menonton
video itu tiba-tiba saya merasa sesak ya. Ehm, bahkan mata saya berair pada
akhirnya. Mengapa? Ah, entahlah. Barangkali karena menemukan sosok macam The
Chosen One itu semakin langka? Atau, mungkin karena menyadari sifat-sifat Sang
Teladan itu nihil di diri ini? Mungkin karena diam-diam terasa ada jarak
terbentang begitu jauh dengan sesuatu yang seharusnya dekat, bahkan menyatu?
Tak tahu. Mungkin karena semuanya. Mungkin juga karena banyak lagi alasan. Yang
tak terkatakan. Hanya terasakan.
It is your light that we need
You came to teach us how to live
Muhammad Ya Rasul Allah
You were so caring and kind
Your soul was full of light
You are the best of mankind
Muhammad Khaira Khalqillah
Sallu ‘ala Rasulillah, Habib Al Mustafa
Peace be upon The Messenger
The Chosen One
From luxury you turned away
And all night you would pray
Truthful in every word you say
Muhammad Ya Rasul Allah
Your face was brighter than the sun
Your beauty equaled by none
You are Allah’s Chosen One
Muhammad Khaira Khalqillah
Sallu ‘ala Rasulillah, Habib Al Mustafa
Peace be upon The Messenger
The Chosen One
I will try to follow your way
And do my best to live my life
As you taught me
I pray to be close to you
On that day and see you smile
When you see me
Sallu ‘ala Rasulillah, Habibil Mustafa
Peace be upon The Messenger
The Chosen One
Sallu ‘ala Rasulillah, Habibi Mustafa
Peace be upon The Messenger
The Chosen One
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini