Teka-Teki Air Mata
“dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,” (QS An-Najm: 43)
Air mata adalah puisi. Penuh
teka-teki. Butir-butirnya seperti bait-bait singkat yang menyimpan ragam
cerita. Seperti puisi & kata-kata, air mata mengandung makna yang bisa
mendua, bahkan multitafsir. Hanya saja air mata bisa pendiam, bahkan bisu.
Kadang ia berbicara, kadang tak cerita apa-apa kecuali sedikit saja. Air mata
bisa serupa kuburan yang menyimpan rahasia, sejarah singkat atau panjang,
bahkan kearifan manusia. Air mata seperti puisi hujan yang titik-titiknya
meneteskan kesedihan, kegembiraan, rindu yang lengang, misteri kesunyian dalam
bebunyian, juga tasbih & zikir semesta. Manusia terlahir dengan puisi, setidaknya
tangisan adalah puisi pertama kita. Begitulah dosenku pernah berkata.
Apakah aku terlalu puitis? ^_^.
Air mata memang puitis, kukira. Seperti halnya ada berbagai jenis puisi berikut
nuansa yang dikandungnya, air mata banyak jenisnya juga. Ada air mata sedih,
bahagia, rindu, cinta, perjuangan, pemberontakan, empati, miris, melankolis,
cengeng, pedih, nirmakna, sampai air mata buaya. Bisa juga air mata gabungan
perasaan campur-aduk yang sulit diberi nama. Dan seperti halnya puisi yang ditulis
dengan beragam tingkatan keahlian & kedalaman yang berbeda, air mata juga bisa
dangkal, biasa-biasa, atau filosofis dengan kedalaman berbeda-beda.
Seperti puisi, air mata itu
manusiawi. Ia bisa menjelma simbol kerapuhan sekaligus kekuatan manusia. Karena
sering diidentikkan dengan wanita, air mata sifatnya mirip-mirip wanita:
kelihatan rapuh, padahal kekuatannya tak terduga-duga. Lembut, namun bisa
tegas. Air mata bisa melunakkan hati sekeras baja. Seperti hati wanita, air
mata sulit ditebak arah & maknanya :). Barangkali karena terlanjur dilabeli
feminin, simbol kelemahan & kecengengan, banyak laki-laki yang say no to cry, pantang menangis. Padahal
menangis itu kan manusiawi, Tuhan tak hanya menciptakan tawa, melainkan juga
tangis. Pun menciptakan sebab-sebab tawa & tangis.
![]() |
The human tears in the perspective of Hadith Rasulullah SAW |
Menangis tidak sama dengan
cengeng. Menangis sejatinya kata kerja netral, sementara kata sifat cengeng
maknanya denotatif kukira. Cengeng itu menangisi hal-hal yang tak perlu ditangisi,
atau menangis karena sebab yang tak layak ditangisi. Maka cengeng barulah
simbol kelemahan yang sebenarnya. Sebaliknya, menangis pada tempatnya adalah
bijaksana. Sebagaimana tertawa & marah, menangis karena alasan yang tepat,
pada waktu yang tepat, dengan kadar yang sesuai, & tujuan yang benar adalah
bijaksana :). Bijaksana itu kan menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya.
Ada banyak sebab kita menangis. Mungkin
karena sakit hati, kecewa, sedih, susah, marah, bahagia, & banyak lagi. Semuanya
manusiawi, hanya pertanyaannya apakah kita menangis secara bijaksana atau
cengeng belaka? Apakah air mata itu buaya, dangkal, atau bermakna? Apakah air
mata itu membuat kita rapuh berkubang dalam keterpurukan, ataukah membuat dada lapang
& kita bertambah kuat bangkit lagi? Kecengengan adalah air mata yang
mubazir. Lebih parah jika tangis & tawa salah kaprah, kebalik
penempatannya. Maka air mata perlu pula perenungan & pemaknaan.
Sang Pemilik segala sesuatu
menegaskan, “dan bahwasanya kepada Tuhanmulah
kesudahan (segala sesuatu),” (QS
An-Najm: 42). Maka sudah selayaknya air mata ditadaburi sebagai sarana
mendekatkan diri kepada-Nya. Tuntunan-Nya adalah ukuran seberapa cengeng atau
bijakkah kita. Ketika air mata itu bernilai positif di hadapan-Nya, itulah yang
bijak & berkekuatan, bukan bikin down
terus-terusan. Yang salah kaprah, disinggung di QS An-Najm: 60, “Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?” Yakni menertawakan peringatan
Al-Qur’an ketika seharusnya membikin kita menangis. Jadi, menangislah...
senandung tentang tangis & persahabatan :)
Menurut saya, menangis itu menyehatkan jiwa. Palagi tuk cewek, kalo dah nangis tuh legaaaa. Mungkin masalah atau kedukaan tidak begitu saja selesai dengan menangis, at least, agak lega dulu lah... Ya nggak mak ;) Salam kenal :)
BalasHapusArtkielnya menarik, kata-kata yang dirangkai penulis memang indah seperti sebuah syair :)
BalasHapusAir mata sendiri sejatinya memiliki manfaat tersendiri seperti salah satunya mengeluarkan racun dalam tubuh
@Indah S: Iyah, juga menangis itu sekalian cuci mata, & mencuci hati, hihi... Salam kenal kembali :)
BalasHapus@Sie-thi: Terima kasih, hehe ^_^. Iya, saya pernah baca sekilas tentang itu. Intinya, tak mungkin Tuhan menciptakan air mata kalau tak ada manfaatnya. Semuanya ada hikmahnya :).
Terima kasih sudah berkunjung & berkomentar :)
Menangis salah satu cara meringankan beban masalah yang biasa terjadi sama aku, menangis itu tidak salah.
BalasHapusSetuju, Mbak Rinrin. Menangis itu sah2 saja & manusiawi. Malah jadi aneh kalau dinilai benar atau salah. Memangnya soal2 eksakta, bisa mudah dijudge begitu? Melihat orang lain menangis, kita tak pernah tahu apa yang sesungguhnya dialami seseorang & beban apa gerangan yg ingin ia lepaskan. Soal2 beginimah psikolog aja masih suka pusing & butuh waktu utk menggali serpih2 rahasia itu. :)
BalasHapus*kadang2 suka aneh malah: tiba2 ingin menangis, entah kenapa diri sendiri jg gak ngerti :D