Suara-suara yang Tak Hening



 
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raaf: 205)

source: wikipedia

Terlepas dari preferensi seseorang, ada saat kita memerlukan keramaian, ada saat kita membutuhkan ketenangan. Terpujilah Dia yang memberi kita keramaian siang dan ketenangan malam. Namun, keramaian tidak sama dengan kebisingan. Suara bising alias berisik kerap mengganggu aktivitas kita. 

Secara fisik, suara adalah vibrasi atau getaran yang merambat sebagai gelombang mekanik melalui medium tertentu, misalnya udara. Namun pendengaran bukan sekadar sebuah fenomena mekanis perambatan gelombang, melainkan juga sebuah fenomena penginderaan & persepsi. Ketika seseorang mendengar sesuatu, sesuatu itu singgah di telinga sebagai gelombang suara yang merambat lewat udara. Namun di dalam telinga, sesuatu itu ditransformasikan sebagai impuls syaraf yang kemudian dipersepsikan di otak.
source: wikipedia

Sungguh beralasan bahwa suara-suara yang kita dengar memengaruhi kesehatan kita, baik fisik maupun mental. Ada alasan kenapa bayi dalam kandungan perlu dipapar dengan suara-suara yang baik, misalnya dibacakan Al-Qur’an. Ketika saya coba search kata kunci “suara” dalam Al-Qur’an, hasil utamanya adalah ayat-ayat tentang berzikir, berdoa kepada-Nya, etika berbicara kepada Nabi, ayat-ayat tentang siksa, dan sangkakala kiamat. Bicara etika, suara lemah lembut identik dengan kasih sayang, penghormatan, & sejenisnya. Suara keras identik dengan marah, menekan, mengintimidasi, bisa juga tidak sopan atau mengganggu. Bicara siksa & kiamat, Al-Qur’an menyebutkan suara mengguntur yang menakutkan, mematikan, membinasakan.

Saya termasuk orang yang lekas terganggu karena kebisingan, suka sulit konsentrasi & bikin stres. Beberapa hari lalu misalnya. Di warnet, saya masih memaklumi suara musik keras (meski terganggu juga, apalagi jika lagunya tak suka :p). Yang menyebalkan, operatornya sedikit-sedikit berbicara keras entah mengomentari apa, ditambah nama binatang terus-terusan disebut, entah kebiasaan atau umpatan. Berhentinya musik malah digantikan suara-suara kencang terus-terusan, sepertinya suara games berantem memukul-mukul: BHAMM! BHAMMM!! Rasanya seperti diintimidasi :’(. Tak habis pikir, berbisnis kok begini pelayanannyaaa... :P.

Ada artikel menarik tentang 6 cara suara memengaruhi kesehatan kita. Berdasarkan penelitian, kebisingan memengaruhi perkembangan belajar anak, mengurangi produktivitas dalam bekerja, & mengganggu multitask. Musik bisa juga merusak kemampuan mengolah informasi. Menurut laporan WHO, lingkungan berisik juga beresiko membunuh. Suara bertanggungjawab pula pada efek “rumah hantu” yang meremangkan bulu kuduk.

Dampak negatif suara bising tak hanya bagi manusia. Kebisingan merupakan salah satu bentuk polusi bagi keseimbangan lingkungan alami hewan. Di jaman sekarang, kita terkungkung dalam dunia yang bising, dimana keheningan menjadi sesuatu yang mahal. Di jalanan, tak heran kita sering stres karena selain macet, juga oleh bisingnya kendaraan. Artikel tadi (dan banyak sumber) menyebutkan bahwa dalam situasi demikian, mendengarkan musik tidak membuat semuanya lebih baik. Namun banyak orang menjadikan musik sebagai pelarian untuk meredam suara-suara berisik, termasuk saya. Saya sering tuh, dan tetap saja stres kalau bising begitu. Di angkot, bacaan menjadi pelarian yang lebih efektif buat saya. Meski awalnya harus bertarung dengan kebisingan untuk mendapat konsentrasi, sekalinya konsentrasi tertangkap, membaca biasanya menjadi cara yang ampuh untuk “kabur” dari dunia bising ini. Sekalinya hanyut dalam bacaan, kekesalan & bete itu sedikitnya dapat terlupakan. Parah-parahnya, kalau terlalu betah di dunia bacaan, bisa bikin kebablasan tempat tujuan, hehe.

Sayangnya kesempatan kita buat bisa escape dari kebisingan seperti itu sangat kecil. Kebanyakan, kita tak berdaya dan terpenjara. Jika keheningan adalah kemurnian, kemurnian tak dapat tergantikan dengan manipulasi, secanggih apapun.

Komentar

  1. Aku adalah pecinta keheningan mbaakkk tidak suka bising hehehe salam kenal yah n mampir jg di blog saya http://ealisnawatie.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. kalo rumahnya deket sama jalan raya jadi susah nemu keheningan, mba. dulu malah aku pernah rumahnya deket depo lokomotif, jadi setiap saat bs denger suara mesin kereta api. rasanya bising banget :(

    BalasHapus
  3. @Ea: Keheningan itu mahal. Saya juga merindukannya :). Ok, salam kenal juga ya. Terima kasih sudah singgah di blog saya :).

    @Ila: Wah, lingkungan bising seperti itu kurang sehat, Mbak. Perlu sering jalan-jalan ke lingkungan yg lebih ramah. Gak bisa bayangin kalo punya rumah deket rel kereta :(. Tapi kalau bising dari jalan raya memang sudah jadi bagian dari keseharian kita. Susah mau "kabur"nya... :(

    BalasHapus
  4. Ijin share artikel yang sangat bagus, saya juga orang yang sangat mudah terganggu oleh kebisingan, sayangnya di Indnesia tidak ada undang-undang yang mengatur soal kebisingan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan, Mbak...
      Kalau di tempat kerja sih (seperti pabrik, misalnya) sudah ada panduan yg termasuk K3 tentang kebisingan, ada maksimal ukuran desibelnya. Tapi kalau di jalan sepertinya memang gak ada ya... Padahal sama juga, berbahaya...

      Hapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini

Popular Posts

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Budidaya Maggot BSF, dari Solusi Darurat Sampah Hingga Industri Hijau Berkelanjutan

6 Tips Memilih Villa agar Liburan Aman dan Menyenangkan