Pendidikan Non-Stop
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-Dzaariyaat: 56)
Baru selesai baca buku Al-Ghazali
^_^. Setiap kali membaca biografi orang-orang yang dianugerahi ketinggian ilmu,
suka impressed sendiri. Dan saya
masih mau cerita soal topik yang bikin saya terkesan dari buku ini. Lagi-lagi
tentang filosofi pendidikan Islam dimana Al-Ghazali juga menyumbang
pemikirannya. Habis, kalau mau cerita soal pemikiran filsafat & tasawufnya,
duh! Berat euy.
Saya terkesan dengan bahasan mengenai
pendidikan di buku ini karena membuat saya nyadar. Pendidikan yang selama ini
ditempuh ternyata seperti itulah penjelasannya. Sebagai seorang yang kuliah
bukan di perguruan tinggi/jurusan Islam, riwayat pendidikan saya terdahulu
sering bikin orang heran. Saya sekolah bukan di SD melainkan MI (Madrasah
Ibtida’iyah), bukan SMP tapi MTs (Madrasah Tsanawiyah), bukan SMA/SMK, tapi MA
(Madrasah Aliyah). Meskipun artinya sama, hanya pake bahasa Arab, tapi toh
berbeda. Kurikulum pendidikan di madrasah-madrasah lebih kompleks: selain materi
pelajaran umum ditambah pula berbagai pelajaran agama. Ada Aqidah Akhlak,
Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Al-Qur’an Hadits & lain-lain... Ini diperparah
dengan fakta bahwa masa MTs & MA itu sambil belajar di pesantren. Yah, bisa
dibayangkan puyengnya masa-masa ujian. Meski begitu, saya tak bekerja di ranah
pendidikan & jarang baca-baca buku pendidikan. Jadinya saya cuma pelaku/pelajar
sistem pendidikan Islam tanpa nyadar kenapa begini/kenapa begitunya
detail-detail.
Tak heran, ketika dulu ada yang
bertanya/mempertanyakan kualitas islami lulusan pesantren, yang tak semuanya (termasuk saya yang
disindirnya, barangkali) sukses menerapkan ilmu-ilmunya dalam dirinya maupun
masyarakat, saya tak bisa jawab :(. Penjelasan buku ini membantu saya menemukan
jawaban pelan-pelan. Pendidikan itu sebuah proses yang berlangsung sejak lahirnya manusia hingga akhir hayatnya. Maka perlu adanya kurikulum yang tepat untuk
mengenalkan seorang anak kepada ilmu-ilmu, sesuai tahap-tahap periodesasi
perkembangan anak. Ini membuat saya jadi mengingat-ingat lagi gimana saya dulu
belajar di madrasah, lalu ber-ooohhh gitu...
Pendidikan Islam menanamkan
nilai-nilai Al-Qur’an sejak dini. Jika mencermati periodisasi perkembangan pengetahuan
manusia, bisa difahami mengapa madrasah/pesantren “menjejalkan” segitu banyak
bekal ilmu bagi murid-muridnya. Masa itu memang periode ideal buat menanam
benih-benih. Masanya subur untuk belajar, makanya anak-anak terlantar atau
dipaksa bekerja tanpa pendidikan menjadi PR penting buat pemerintah agar masa
depan bangsa tidak suram. Jiwa anak-anak masih suci, membuat mereka mudah menyerap
ilmu & hafalan. Sejalan dengan keagungan ilmu itu sendiri yang takkan masuk
ke dalam jiwa yang kotor. Itu sebabnya ada adab-adab dalam belajar, &
pesantren sangat menekankan ini. Ternyata ini juga alasan kenapa pendidikan
pesantren mengisolasi santri-santrinya dari dunia luar (tinggal di asrama)
& menerapkan aturan-aturan ketat. Maksudnya agar murid terhindar dari
pencemaran selama menuntut ilmu yang dapat mengalihkan konsentrasi. Yah,
berdasarkan pengalaman, teman santri remaja yang “bandel” seringnya kesulitan
dalam belajar, mungkin karena konsentrasinya tercemar (misal hobi pacaran).
So, pendidikan madrasah/pesantren
itu baru tahap persiapan. Mengharapkan lulusan pesantren 100% jadi orang alim
tidaklah bijaksana. Manusia itu kompleks, pendidikannya harus terus sepanjang
masa. Belum lagi ilmu Allah begitu luasnya. Mengandalkan ilmu madrasah yang
cuma beberapa tahun saja tidak cukup untuk mencapai tujuan pendidikan itu
sendiri. Sesudah lulus barulah welcome to
the real world!, dunia nyata yang menuntut terus belajar lagi & lagi.
Para ulama besar saja menghabiskan seluruh hidupnya buat belajar, terus
memperdalam ilmunya & mengamalkannya.
iya emang mbak, pendidikan ah ilmu yang lebih luas itu ada pada masyarakat. selepas dari sekolah.
BalasHapusBetul banget. Dunia "nyata" itu tempatnya bermacam ujian & godaan, itu sebabnya kita perlu belajar terus & terus. Bahkan ujian itu sendiri adalah bentuk pendidikan-Nya. Tapi memang pendidikan dini itu sangat penting jg utk mempersiapkan/menggembleng pribadi2 tahan mental. :)
BalasHapus