Mendekati Petunjuk Jalan
"Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya
ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan
seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS Al-Maidah: 16)
“....Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan” (QS Al-Maidah: 15).
Demikian ayat yang mendahuluinya. Cahaya yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW,
dengan Kitab yang dimaksud adalah Al-Qur’an.
Kitab Al-Qur’an kita tahu
memiliki banyak nama atau julukan. Misalnya yaitu Al-Huda atau Petunjuk. Ehm,
sepertinya fakta bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi jalan kehidupan kita, siapa
pun tahu itu. Semua tahu, tapi masalahnya tak semua yang kita tahu naik tingkat
menjadi kita pahami & selami konsekuensinya. Singkat kata, tahu saja tak
lantas membuatnya sama dengan mengamalkannya. Begitulah kita. Atau, dalam hal
ini akan saya persempit saja menjadi: begitulah aku. Iya, ini sebuah pengakuan
dari saya :(.
Untuk sampai pada tingkat
pengamalan tampaknya jalannya masih jauuuhh sekali. Bagaimanapun, kita tak akan
pernah sampai pada suatu tujuan tanpa terlebih dahulu meniti perjalanan. Dan
kita takkan sampai di tengah jalan tanpa kita mulai bergerak, melangkah,
mendekati tempat tujuan. Mengenai Al-Qur’an ini, langkah awal kita mendekatinya
tentu dengan terlebih dahulu membacanya. Jikapun tak bisa membaca maka belajar
membaca menjadi niscaya.
Demikianlah, di awal tahun ini
saya kecipratan info tentang sebuah ide dari Mbak @primaditarahma bertajuk
#1Hari1Ayat. Berangkat dari ide usaha untuk membudayakan membaca Al-Qur’an
setiap hari, target 1 hari 1 ayat memang bukanlah sesuatu yang wah ataupun
sesuatu yang baru juga. Banyak ustaz sudah pula memberi tips minimal 1 hari 1
ayat ini sebelum ini. Tapi apa yang terjadi? Saya terus saja gagal melakukan
ini :(.
Sementara target baca buku-buku sudah dapat saya tunaikan, ironisnya target
baca Al-Qur’an selalu kedodoran. Baiklah, saya memang aneh. Dan saya semakin
mengamini bahwa musuh dan tantangan terbesar di dunia ini adalah diri sendiri. Memang
memalukan. Namun, jika saya memang keras kepala (dalam konotasi negatif), saya
ingin juga keras kepala untuk coba dan mencoba lagi. Ketakutan terbesar saya
adalah berputus asa dari rahmat-Nya.
Maka saya dengan senang hati
mengikuti ide #1Hari1Ayat-nya Mbak @primaditarahma ini untuk 31 hari ke depan.
Ada banyak harapan dalam tulisan yang sepertinya sepele ini. Seperti tujuannya,
31 hari ini semoga menjadi starter untuk pembiasaan ke hari-hari selebihnya.
Saya baca somewhere di blog seseorang
bahwa konon manusia perlu waktu sekitar 21 hari sampai 2 bulan untuk
beradaptasi terhadap lingkungan baru, kebiasaan baru. Menuliskan cerita atau
blog post apapun yang menyertai #1Hari1Ayat ini hanyalah efek samping belaka,
bukan tujuan utamanya. Tetap saja, ini menjadikannya seru & bermanfaat
untuk membiasakan menulis juga. Seru karena saya bisa baca begitu banyak cerita
teman-teman lain tentang berbagai ayat yang dibacanya. Dan highlight-nya, 1
hari 1 ayat sebenarnya hanyalah sebuah excuse untuk berdekatan dengan Al-Qur’an
dengan memakai kamuflase “mendapatkan untung manfaat dengan usaha minimal”. “Cuma
satuuu saja...” barangkali terdengar ringan bagi jiwa yang malasnya kelewatan.
Ah, tapi itu kan hanya excuse saja, biar menggoda. Nyatanya, sekalinya kita
meraih mushaf dan mulai membaca, tak mungkinlah kita berhenti di 1 ayat saja.
Biasanya malah jadi hanyut sendiri ke dalam ayat-ayat berikutnya. Minimal
1 ‘ain sekali duduk.
Mari tidak main-main lagi dengan Al-Qur’an. Mari tidak
putus-nyambung lagi seperti cinta yang picisan.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini