Manusia Langit
“ Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’: 107)
Belum lama berselang saya membaca
sebuah cerita “langka” yang dibagikan seseorang di fb tentang muslimah yang
dijumpainya. Intinya muslimah tersebut bercerita tentang keputusannya meninggalkan
karir mapan bergaji besar demi komitmen untuk menghormati suaminya. Yang lebih
mengejutkan lagi cerita dibalik komitmennya itu: suaminya seorang pedagang
cendol keliling (kalau tak salah, agak
lupa detailnya) berpenghasilan pas-pasan. Meski demikian, suaminya seorang
yang bertanggung jawab, tak alpa memberikan nafkah dari penghasilannya kepada
istrinya (tipikal suami yang terpilih karena kesholehannya).
Banyak yang komentar ini cerita
inspiratif, namun banyak juga yang komen ini fiktif. Too good to be true, sampai ada yang komen, “ini beneran? Ada wanita
seperti itu, gitu?”. Saya sih tidak mempersoalkan itu fiktif nggaknya, yang
ingin saya garisbawahi disini justru reaksi orang-orang. Mengingatkan saya pada
tokoh Fahri dalam novel Ayat-Ayat Cinta yang dibilang “terlalu malaikat”, tidak
manusiawi. Terlepas dari kelemahan penokohan Fahri itu, saya kurang setuju
kalau alasannya tidak manusiawi. Saya
cenderung percaya bahwa memang ADA orang yang berhati-hati menjaga hatinya,
meski keberadaannya langka. Sebegitu langkanya pribadi demikian jaman sekarang,
sehingga kadang sikap kritis & skeptis bedanya begitu tipis.
Tidakkah Rasulullah SAW adalah
contoh bagi manusia? Bagaimana dengan kisah-kisah teladan dalam hikayat? Mereka
itu juga manusia, hanya sisi malaikatnya lebih dominan daripada sisi iblisnya.
Jadi kata siapa keikhlasan, ketinggian akhlak & keterjagaan hati itu tidak manusiawi?
Bukankah yang tidak manusiawi justru manusia yang lebih menonjolkan sisi
kebinatangannya? Bukankah fitrah awal manusia itu suci? Ini mengingatkan kita
betapa teladan Rasulullah sudah langka sekali... Tugas kita untuk “menghadirkan”
Rasulullah semakin berat (urgent) dengan lingkungan serba skeptis begini :(.
Rasulullah sesungguhnya seorang yang sangat manusiawi.
Beliau mungkin manusia langit, namun beliau sangat membumi. Inspirasi beliau adalah
rahmat bagi semesta alam. Banyak tokoh barat mungkin tak mengakuinya sebagai
manusia langit, namun mereka mengakui kualitasnya sebagai manusia bumi. Beliau
seorang yang mengagumkan di setiap peran: sebagai kepala keluarga, pemimpin,
negarawan, pebisnis, hakim, dll. Beliau tak ubahnya “Al-Qur’an berjalan” yang
mengamalkan setiap ajaran Al-Qur’an di tiap sendi kehidupan. Riwayat hidupnya
pantas diceritakan dengan nada puitis dan pujian setinggi langit seperti dapat
dibaca di kitab Al-Barzanji. Bisa juga diceritakan dari sudut pandang “manusiawi”
tanpa kehilangan esensi seperti dapat dibaca dalam bukunya Martin Lings.
Apa yang sering dibilang orang “tidak
manusiawi” itu sebenarnya ukuran kedekatan seseorang dengan cahaya Ilahi.
Semakin dekat semakin terproteksi. Jadi tak mengherankan kalau ada orang yang “begitu
malaikat”, jika orang itu memang senantiasa menjaga diri karena menghayati
Allah senantiasa mengawasi. Jika membaca penjelasan Ayat Cahaya (QS. An-Nur:
35), perumpamaan Cahaya Allah itu akan membuat kita terpesona. Serius! Dalam
buku Muhammad-nya Martin Lings, ini dibahas mengenai Berbagai Tingkatan Iman
(Bab 81). Jadi ingat, “Javid Namah” menyebutkan nasihat Rumi: hakikat manusia
tak hanya lahir dari tanah yang rendah (ragawi), melainkan mensyaratkan sebuah
kelahiran kedua untuk pembebasan jiwa (ruhani).
Ajaran Nabi Muhammad adalah bagi seluruh umat manusia hingga Hari
Kiamat. Mukjizat yang diberikan kepada beliau tidak sama dengan mukjizat
nabi-nabi terdahulu, yang hanya dapat dilihat & disaksikan umatnya di masa
itu saja. Mukjizat beliau (Al-Qur’an) dapat terus disaksikan & dibuktikan
kebenarannya untuk selama-lamanya. (Al-Qur’an, The Ultimate Truth, hlm. 26)
Bangga sekali menjadi kaumnya Nabi Muhammad ya. Bahkan Aisyah ra. Mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur'an, pantas sekali mendapat sebutan 'manusia langit'.
BalasHapusIya,tentu saja, Ita :). Tak ada role model yang sesempurna akhlak Rasulullah.
BalasHapusTerima kasih kunjungannya ke blog ini ^_^
keren banget inspirasi #1hari1Ayat-nya Mbak... Saya belum berani berkomitmen sharing post #1hari1Ayat eh.. tapi kepengen. Salut buat mbak Euis...
BalasHapusNice share mbak...
Itu yang ngadain Mbak Primadita Rahma, Mak... Setahun lalu, selama bulan Januari *lah, berasa baru kemarin aku ngos-ngosan ikutan challange posting #1Hari1Ayat ini.
HapusKalau ada waktu tulis saja, Mak... Gak harus tiap hari jg kali... :)
keren nih project #1hari1ayat
BalasHapusHehe... Aku udah lama gak posting #1Hari1Ayat lagi. Project setahun lalu ini...
HapusJadi ingat pemenang pertama GA saya Mak ... penulisnya menceritakan ttg ibunya yang berhati malaikat. Sudah diselingkuhi pun sama suaminya, eh dia pula yang minta maaf :')
BalasHapusOh... Wah, gak tahu Mak Mugniar ngadain GA. Sepertinya waktu aku absen bbrp bulan dr jagad blog. *Kan, ada yg begitu... :(
HapusSubhanallah, sesungguhnya Allah ada di hati orang-orang baik ya..Tak heran sikap dan prilaku orang baik menggetarkan siapa saja yang terpapar kebaikannya.Terbayang bagaimana mulianya akhlak Rosulullah ya mba..menggetarkan jagad raya..
BalasHapusIya, Mak... Kalau ingat itu jadi malu *ngaca :)
HapusKalau buat saya masuk akal aja, sih. Istrinya ikhlas karena tau suaminya ada seorang yang sholeh :)
BalasHapusIya, Mak. Gak masuk akal kalau ukurannya cuma materi. Kalau ukurannya akhirat ya beda lagi :))
Hapus