Lapis-lapis Kegelapan & Laut Dalam
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh
ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah
tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS An-Nuur: 40)
Ayat Cahaya tentang perumpamaan
cahaya Ilahi di QS An-Nur: 35, yang adalah cahaya di atas cahaya, sungguh mempesona.
Ayat ini kerap disebut dalam pembahasan mengenai tasawuf dengan analogi
cahaya-Nya yang begitu elegan & indahnya. Dalam beberapa buku yang pernah
saya baca (yang bukan khusus tentang tasawuf), pesona cahaya ini begitu
menggoda sehingga ingin rasanya membaca buku semacam Misykat Al-Anwar karya
Al-Ghazali :’(. Kini saya tertegun lagi karena ayat lain surat An-Nuur
setelahnya, ayat 40, melukiskan perumpamaan yang berlawanan: gelap gulita yang
bertindih-tindih, kegelapan di atas kegelapan. Merinding...
Sebelumnya, ayat ini menerangkan tentang
perumpamaan amal-amal orang-orang kafir yang tidak didasari keimanan, yang
diibaratkan seperti fatamorgana (An-Nuur: 39) atau seperti gelap gulita di lautan
dalam. Kegelapannya tak tanggung-tanggung, berlapis-lapis, karena tanpa
cahaya-Nya, yang ada hanya kegelapan total. Lebih lanjut, terpesonalah lagi
karena ayat ini mengungkapkan sebuah fenomena alam yang baru dapat diketahui
ilmuwan belakangan melalui penelitian panjang & bantuan peralatan teknologi
kelautan. Fenomena itu adalah misteri kegelapan laut dalam.
taken from wikipedia |
Dalam buku Al-Qur’an: TheUltimate Truth dijelaskan, yang dimaksud kegelapan dalam laut ini tidak merujuk
sembarang laut, karena tak semua laut memiliki kegelapan berlapis-lapis seperti
itu. Laut yang dimaksud adalah “laut dalam” (deep sea), lapisan laut terrendah yang karakteristiknya sangat
berbeda dengan lapisan laut di permukaan. Pada kedalaman 200 meter atau lebih,
hanya sedikit (hampir tidak ada) cahaya menembus lautan. Pada sekitar 1000
meter atau lebih, tak ada cahaya sama sekali. Manusia tanpa peralatan khusus
hanya mampu menyelam di laut dangkal, tak mungkin bertahan hidup di laut dalam.
Saking ekstrim kondisinya & sulit secara teknis mengeksplorasinya,
kehidupan organisme di laut dalam masih terselubung misteri. Bahkan sebelum
terbukti kebalikannya, kegelapan abadi, tekanan tak tergambarkan, & dingin
yang ekstrim di bawah 1000 meter tampak sulit dibayangkan dapat menyalakan
kehidupan.
Laut dalam memang memiliki
kegelapan berlapis-lapis. Pertama, sinar matahari terhalang oleh awan, kemudian
sebagian cahaya yang menyentuh permukaan laut akan dipantulkan oleh ombak
permukaan (surface waves). Cahaya
yang tak sempat dipantulkan barulah masuk ke dalam laut. Dari sini kegelapan
berangsur-angsur bertambah-tambah. Cahaya yang masuk terurai menjadi 7 spektrum
warna yang setiap panjang gelombangnya memiliki kemampuan menembus kedalaman
yang berbeda-beda. Ketujuh spektrum warna itu diserap pada 200 meter pertama.
Teratas, lapisan 10 meter pertama menyerap warna merah, sehingga jika seorang
penyelam terluka di kedalaman 30 meter misalnya, merah darahnya takkan terlihat
karena gelombang cahaya merah tak sampai ke situ. Warna biru terakhir diserap
pada kedalaman 200 meter atau lebih.
Selain ombak permukaan, di dalam
laut ada lagi yang dinamakan ombak laut dalam (internal waves), yang terjadi pada pertemuan lapisan-lapisan air
laut yang berat jenisnya (densitasnya) berbeda. Ombak ini tak kasat mata, namun
dapat diukur dan dibedakan (baru diketahui pada tahun 1900-an). Jadilah
kegelapan laut dalam berlapis-lapis sejak cahaya terhalang awan, terpantulkan
ombak permukaan, lalu terselimuti lapisan ombak laut dalam, persis seperti diisyaratkan
di QS An-Nuur: 40.
***
Ketika membaca buku Al-Qur’an TheUltimate Truth, saya agak greget karena gambar-gambarnya kurang jelas. Ternyata
nemu situs ini, yang mengcover sebagian isi buku itu di chapter pertamanya,
dengan gambar-gambar yang sama & jelas, dengan bahasa yang lebih ringkas :).
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini