Mengenang Ibu ^^
Selamat hari ibu!
Sudah jauh-jauh hari tema ibu mendominasi lingkungan sosmed-ku. Twit-twit, lomba-lomba, bertebaran beraroma ibu. Pagi ini, di Bandung Car Free Day Jl. Dago pun terlihat Pak Gubernur bagi-bagi kuntum bunga buat para ibu. Ada poster selamat hari ibu di trotoar dekat perempatan Cikapayang buat foto-foto & bagi2 merchandise. Ada para aktivis gerakan anti-kekerasan bagi perempuan berkampanye di jalanan. Di jalanan itu, di antara hiruk-pikuk musik kencang, para pejalan kaki & pesepeda, serta jajanan yang menggiurkan, di bawah gerimis tipis & awan mendung kami bertiga berjalan-jalan. Kami adalah 3 bersaudari yang sedang (pura-pura) liburan, ceritanya. Memikirkan bahwa kami keluyuran saja, tanpa sebuah persekongkolan mengasyikkan dalam rangka membuat kejutan untuk siapa pun yang bernama ibu, jadi agak menggemaskan. Kejutan apa yang kau siapkan untuk ibu esok? Begitu pertanyaan bersliweran di twitter. Yah, bagiku itu cuma pertanyaan selewat yang tak usah dijawab. Sebab jawabannya terlalu klasik: mendoakan. Itu bukannya tak istimewa, namun tentunya mendoakan ibu bukan hal yang untuk diistimewakan untuk hari ibu saja, kan...
Ini agak menggemaskan, suasana romantis ini bikin kangen yang gak kepalang. Dulu-dulu, hari ibu biasanya cuma kuisi dengan puisi tentang ibu yang sama sekali gak puitis, sama sekali gak bisa mengungkapkan apa-apa. Itu juga menggemaskan. Jadi, hari ibu kali ini aku ingin mencoba menulis hal lain. Aku ingin menuliskan kenangan. Berat kan? Maka aku hanya ingin mencoba mengenang ibu versi ringan saja, versi fun, yang lucu atau menarik. Cerita ini adalah tentang kesan apa yang pertama kali terkenang di benakmu tentang ibu?
Aku sebenarnya kesulitan mengorek-ngorek kenangan tentang ibu. Tapi aku bisa bilang kesan ini cukup melekat di benakku. Kenangan ibu versiku:
1. Diam-diam menghanyutkan
Yah, menurutku ibu bukan tipe ibu-ibu cerewet :D. Kata-katanya cukup hemat menurutku. Aku tak ingat suka dinasehatin ato dimarahin ini-itu. Kalau ada yang ingin beliau sampaikan kepadaku dulu, seingatku, ehm... gimana ya menggambarkannya? Kata-katanya singkat padat, tapi nyambung seolah-olah ada kabel nyetrum di kepalaku menghasilkan nyala lampu *tring! Ya, ya, aku ngerti... Yah, setidaknya itu ketika aku sudah ga terlalu ingusan. Entah akunya yang anak baik, ceilehh... atau pemikiran kita emang mirip, yang jelas ga ada alasan buat ngebantah. Tapi aku ingat waktu aku masih ingusan sih, biasanya aku ga ngerti. Contohnya waktu aku nangis-nangis ga ngerti kenapa aku ga dibeliin mainan ular-tangga sementara teman-temanku pada punya. Ngerti2 pas udah gede aja, heheh... :p. Selain itu, ada juga kasus yang kuingat kuat. Ibu, kalau dikumpulin sama ibu-ibu cerewet tentunya beliau termasuk pendiam, bukan tipikal yang suka nyari masalah lewat omongan. Tapi suatu kali, sekalinya ada tetangga ngegosipin buruk tentang nenek, Duaarrr! Belum tahu, dia! Ibuku langsung mendatangi langsung oknumnya & klarifikasi (aku membayangkan dg gaya singkat-padat-tapi-ngena-nya), jleb... jlebbb... Tepat sasaran membuat si oknum cerewet speechless & meminta maaf. Wow, ibu memang keren :D.
2. Diam yang adalah emas
Masih tentang diam-diam. Aku tak pernah dengar ibu mengeluh di depanku. Dulu aku merasa selalu berkecukupan. Kenyataannya, masalah keuangan rumah-tangga, bayar sekolah, dll pikiran khas orang tua siapa tahu. Tentu sesekali ada kekurangan buat bayar sekolah, misalnya, tahu-tahu beres & jadi prioritas. Belakangan aku tahu, sebenarnya beliau bukannya tak pernah kekurangan. Hanya saja diam-diam tanpa kutahu, beliau mengusahakan entah dari mana pinjam sana-sini. Belakangan lagi, hal ini terbukti mendidik juga. Aku punya pemikiran yang optimis-realistis menghadapi tantangan menuntut ilmu yang berbenturan dengan hantu bernama biaya. Kukira aku berpikiran begitu karena teladan dari ibu. See? Bagiku ibuku adalah "nasehat yang bertutur dalam diamnya". Tentang diam-diamnya ini, ada lagi cerita yang terkenang-kenang. Ibuku bukan orang yang suka gembar-gembor sebelum "nyata hasilnya". Ini cerita romantis. Dulu, kendaraan bapak hanyalah sepeda tua. Bapak seorang guru ngaji yang punya banyak kitab-kitab. Suatu hari, tanpa ada prolog apa-apa, tiba-tiba rumah kedatangan lemari besar sekali. Semua orang bertanya-tanya. Kerjaan siapa lagi kalau bukan ibu? Diam-diam menabung, mungkin. Tadaa! Jadilah kitab-kitab bapak sekarang punya rumah yang layak. Tadaa! Bapak jadi berkendara sepeda motor. Tadaa! giliran kompor gas datang... Begitulah ibu, seorang yang diam-diam ternyata punya banyak cerita yang tanpa prolog.
3. TTS
Kok TTS? Yups, ibuku gemar ngisi TTS alias Teka-Teki Silang. Yang kuingat, selain ngisi TTS koran, ibu juga suka sengaja beli buku kumpulan TTS yang suka dijual loakan :D. Seingatku, kalau satu set TTS selesai diisi ibu, biasanya bolong-bolongnya minim. Biasanya penuh atau hampir penuh diisi. Tak taulah aku dari mana beliau mendapat perbendaharaan kata yang seringkali hanya muncul di KBBI. Yah, karena itu hobinya, tak heran kalau anaknya suka TTS juga. Bedanya, bolong-bolongnya maksimal :P.
4. Kuis kata-kata
Selain nonton sinetron, ibu senang sama kuis bertemakan kata-kata. Yah, dulu tahun berapa itu, 90-an, marak banget ada kuis Kata Berkait, kuis Piramida, Famili 100, apalagi ya... banyak deh pokoknya, lupa... Biasanya sambil nonton sambil ikutan jawab, terutama Kata Berkait tuh. Tentu saja aku jg ikut-ikutan. Aku bersaksi ibu kalo jadi pesertanya jago banget, kayaknya bakal menang deh, hehe. Suka gemes sendiri kan kalau kita udah bisa nebak jawabannya, eh peserta di TV malah susah banget jawabnya :D. Selain kuis di TV, aku inget permainan anak SD yang suka aku mainin di rumah adalah maenan tebak kata, atau nyebutin kata-kata berawalan huruf tertentu dari berbagai kategori: mulai dari kota, negara, buah-buahan, hewan, judul lagu, nama artis, judul film/serial TV, dll. Hihi, mengingatnya pengin ketawa sendiri. Ibuku dengan senang hati & serius ikut permainan ini :D. Ehm, mungkin itu sebabnya aku jadi suka kata-kata? Bahkan blogku ini judulnya "Hamparan Kata", heuheu, bisa jadi :D. Dan buatku, salah satu game komputer yang sangat aku gemari adalah macem-macem word games :D.
5. Tabloid Nova
Ini khas ibu banget. Sekarang aku termasuk orang yang gemar baca buku. Tapi aku terhitung telat, sebab aku bukan orang yang sejak kecil dibacain dongeng fairy tales HC Andersen, Brother Grimms, suka baca buku-buku Enyd Blyton ato majalah Bobo, ato baca Paman Gober & yang sejenisnya. Bacaanku waktu kecil adalah tabloid Nova, heheh... Sebab ya itulah yang tersedia. Ibuku langganan Tabloid Nova, tiap hari pulang dari pasar pasti bawa. Suatu hari ditemukan di dasar lemari baju ibu kumpulan resep masakan dari Tabloid Nova. Entah beliau berencana mau kapan mencobanya. Cuma bisa membayangkan bahwa di dalam hatinya, ibu memendam keinginan untuk bereksperimen dengan resep masakan sepertinya.
6. Bakso
Ini makanan kesukaan ibu. Tak heran kalau anak-anaknya juga penggemar berat bakso. Kalau makan bakso, kecepatan ibu menghabiskannya 3-5 kali lipat kecepatan makanku yang lamban. Inget komentar bapak dulu, "kok sudah habis lagi? Udah Bismillah dulu, gitu?" sementara aku terkaget-kaget dengan semangkok mie yang tiba-tiba raib dalam waktu kurang dari semenit(?). Ibu sih senyum-senyum aja, khasnya.
Apa lagi ya...? Ga bisa dirunut-satu-satu juga. Ini kesan yang paling kuat di benakku. Lagi pula ceritanya udah kepanjangan :D. Thanks to her fun memories, aku sekarang bisa mengenangnya sambil senyum-senyum dalam kangen :).
Selamat hari ibu....
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini