Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

bicara sastra

Gambar
Apa sastra menurutmu? Jujur, apabila pertanyaan itu ditujukan kepada saya, hingga saat saya menuliskan ini pun saya sebenarnya masih bingung mau menjawab apa. Tapi, terlepas dari keawaman saya akan sastra, saya toh mempunyai semacam sedikit ketertarikan terhadapnya. Daripada bingung mendefinisikan apa itu sastra menurut saya, saya kepikiran untuk memulai membicarakan sastra dengan bercerita tentng kilasan-kilasan perasaan subjektif saya tentangnya. Saya mengakui bahwa perasaan ini pun sebenarnya tidak murni muncul dari subjektivitas pribadi, mengingat wawasan saya tentang sastra masih demikian dangkal dan sejatinya saya belum pernah 'mengalami' sastra. Jadinya, membicarakan sastra bagi saya adalah bicara tentang pendapat orang tentang sastra yang saya merasa sepakat dengannya. Saya sepakat dengan pendapat bahwa karya sastra, sebagai sebuah bentuk seni tertulis, jikapun mengambil bentuk fiksi namun tidaklah sepenuhnya fiktif. Sebagai seni, sastra tak luput dari proses memindah

Genangan Tanya

Gambar
Aku ingin memahami kesedihan yang menggenang di matamu seperti banyak hal yang tak kumengerti tentang geletar kekosongan yang dipinjamkan sepi atau tawa singkat pada ingar bingar yang sesaat di antara pergantian siang malam Apa yang kau genggam begitu erat di balik gigil samar tubuhmu kala dingin merayapi hujan kala terik menciptakan bayang-bayang Apa itu letihmu? Kau seperti pertanyaan yang pecah di antara bebunyian tangisan Tapi aku tak kunjung tahu adakah pahit jawaban berdiam di asin air matamu Kita sama-sama tahu diam adalah batu nisan yang mengubur kisah dalam-dalam Aku ingin mengerti mengapa detak detik yang bersahutan menenggelamkanmu dan kata-kata dalam kolam yang menggenang di matamu seperti tanda tanya yang menghujan dan ketololan yang enggan pergi Aku tak kunjung mengerti 18-11-2013

Beatrice & Virgil

Gambar
Beatrice and Virgil by Yann Martel My rating: 3 of 5 stars Ini buku yang mengejutkan. Agak ganjil dan kreatif. Unik. Awalnya narasinya cukup menarik. Dibuka dengan kisah seorang penulis novel terkenal bernama Henry & ide karya keduanya yang ternyata dicampakkan pihak penerbit. Cerita berkembang menjadi agak aneh, terutama ketika cerita monyet peraung bernama Virgil dan keledai sahabatnya yang bernama Beatrice mulai muncul. Kisah Beatrice dan Virgil ini ditulis sebagai kisah sandiwara yang masih sedang digarap oleh seorang taksidermis (pengrajin kulit binatang) yang meminta bantuan Henry. Meski aneh, awalnya kisah ini cukup menyenangkan juga, dan menimbulkan berbagai tanda tanya: adegan Virgil & Beatrice yang sedang membicarakan tentang buah pir. Bagaimana rupa, bau, tekstur, dan rasanya dibahas demikian detail. Deskripsi tentang buah pir ini membuatku tersadar bahwa sebelumnya aku tak pernah berpikir buah pir itu sebegitu menarik ketika dijelaskan dengan kata-kata. Baiklah,

Hikayat Pertemuan

Gambar
: An-Nur Tentang hikayat pertemuan dan perpisahan dalam diri. Dalam ruang. Dalam waktu Bukankah kita pernah begitu mengenal satu sama lain dalam tahun-tahun yang kelabu? Angka-angka rontok dalam kalender menelurkan inci demi inci jarak mengepak hati dalam peti-peti berkunci Jejak karat menandai musim yang berganti-ganti Seperti lembaran kitab yang dulu kita tulisi Kata-kata menguning dalam pengasingan sesunyi hijaiyah dalam perkhalwatan Di dalam kardus usang yang bertumpuk di pojokan di persemayaman debu yang terlupakan Ada kenang-kenangan yang sepi terpenjara sendiri. Apakah itu lantai yang kehijauan masih membingkai ribuan bayangan kelebat kain-kain yang menghijab segala beda dan pergantian? Pertemuan singkat ini adalah cermin purba yang kau peluk dalam tubuh yang menua Di ambang pintumu aku berkaca Ada diriku yang dahulu tanpa belenggu waktu Begitulah, aku tamu asing kali ini dan kutinggalkan kau sekali lagi dalam bingkai lukisan tanpa kenangan yang hanya kupandang dalam jarak se

Waktu dan Perjalanan

Gambar
Waktu seringkali mengejutkanku. Sekali waktu, aku mendapati diriku di sebuah tempat, bercengkerama dengannya, menjadi terbiasa dan terlibat rutinitas di dalamnya. Lalu suatu waktu, saat telah lupa rasanya bertemu, aku mendapati perpisahan di ambang mataku. Rasanya aneh, tapi lalu waktu mengantarkanku ke sebuah tempat lain, mempersembahkanku dengan pertemuan-pertemuan baru. Lalu perpisahan-perpisahan baru. Dengan caranya sendiri, waktu melarikanku ke tempat demi tempat, suasana demi suasana, petualangan demi petualangan. Pelajaran demi pelajaran, jika memang aku seorang murid yang peka. Suatu kali, waktu menempatkanku di sebuah pondok nun jauh di Jawa Tengah, terpencil di sebuah desa yang terletak di dataran tinggi pegunungan. Aku pernah menjadi satu dari ribuan pembelajar yang datang dari berbagai penjuru. Aku pernah merasai lembaran-lembaran kitab kuning bermejakan pangkuan, menulisinya dengan huruf arab kecil-kecil, menggunakan pena yang kadang harus terus dilumuri tinta secara b

A Golden Web

Gambar
A Golden Web by Barbara Quick My rating: 3 of 5 stars Cukup menarik. Berkisah tentang seorang ahli anatomi perempuan pertama bernama Alessandra Giliani , bersetting di Italia pada abad 14-an. Bisa dibayangkan bahwa pada masa itu kaum perempuan masih sangat dibatasi oleh norma-norma umum dan dianggap rendah, yang kapasitasnya hanya sampai pada pekerjaan rumah tangga atau menjadi biarawati. Kaum perempuan pada masa itu juga rentan dicurigai sebagai penyihir yang nasibnya berakhir di tiang pembakaran. Hidup di lingkungan demikian, Alessandra tumbuh di tempat kelahirannya, Persiceto, sebagai remaja yang di luar mainstream saat itu. Berotak cerdas, minatnya terhadap pengetahuan begitu besar. Dalam novel ini, meski berbagai tekanan dan resiko dihadapi Alessandra untuk menggapai ambisinya, yakni belajar kedokteran di Universitas Bologna yang tentu saja hanya untuk laki-laki, namun Alessandra tetap mengambil resiko itu. Dengan menyamar sebagai laki-laki, dia menjadi seorang mahasiswa kedokte