Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Botchan

Gambar
Botchan: Si Anak Bengal by Natsume Sōseki My rating: 4 of 5 stars Blak-blakan. Jujur. Polos. Menohok. Covernya agak nggak matching sama isi bukunya. Ini buku bukan untuk konsumsi anak-anak (covernya menipu). Memang, diceritakan sedikit tentang masa kecil si Botchan yang nakal banget. Tapi seterusnya adalah cerita si Botchan yang sudah tumbuh menjadi seorang guru yang berkepribadian jujur, skeptis, tetap polos, simple-minded, cuek, dan masih tersisa pula sifat pemarah & arogannya. Dituturkan dengan gaya narasi sederhana (tanpa banyak gaya bahasa), mengingatkanku pada buku Jepang lainnya yang beru-baru ini dibaca, Saga No Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga) , gaya tuturnya seperti bercerita dengan celetukan-celetukan sinis dari sudut pandang si Botchan. Menarik ketika guru baru lulus dengan kepribadian seperti ini ditempatkan untuk mengajar di sebuah daerah terpencil dengan murid-murid yang nakalnya juga kelewatan & menyebalkan. Ditambah dengan para guru lain yang masin

titik embun

Gambar
Ada yang tak kumengerti pada titik embun di pucuk-pucuk daun tentang pagi yang rekah oleh matahari terus terlahir kembali seperti bayi waktu ke waktu, dari rahim kegelapan di perut malam yang dicumbui dingin dan hujan   Ada yang tak kumengerti pada bulir-bulir embun yang pecah dan hilang lalu pagi merangkak memanjati anak tangga waktu lekas menua lalu mati untuk dibangunkan lagi esok hari Ada yang lebih tak kumengerti pada bayi pagi dan si tua waktu dan bulir embun yang diberi ruang kenang-kenangan hujan semalam Hari-hari yang kudiami begitu segar sehabis mandi hujan dan matahari sedang di suatu titik pada lingkar inkarnasi ini aku membusuk sendiri. *Taman Cilaki, 8 Desember 2012

di persinggahan

Ibu, Aku menemukanmu kadang-kadang, di tempat-tempat jauh, pada satu-dua persinggahan sementara kala melepas lelah di antara perjalananku yang tak jua purna. Kau di sana, pada kesempatan yang terbilang ketika aku tak meminta meski lapar dan dahagaku lantas terhidang perjamuan sederhana dan kucicipi sedikit apa yang telah hilang dan tertinggal di masa silam. Beginikah adamu? Seandainya aku masih punya tempat pulang? Tapi perjalananku tak kunjung usai Maka begitulah, aku berjalan dan singgah, dan berjalan dan singgah, dan berjalan, tiada putusnya. Atau, haruskah aku berhenti saja? membangun rumah di perjalanan yang belum juga usai? Apa pun, aku berharap menemukanmu di setiap langkah-langkah Menggenapiku, biar ramai perjalananku * 4 Nov '12