Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Javid Namah

Gambar
Javid Namah: Kitab Keabadian by Muhammad Iqbal My rating: 5 of 5 stars Sebuah karya klasik yang keuren sekali... Javid Namah (Kitab Keabadian), karya yang dianggap sebagai "magnum opus" M. Iqbal ini merupakan yang ketiga dari trilogi tentang "The Self", Sang Diri, setelah Asrar-i Khudi (Rahasia Diri) dan Rumuz-i Bekhudi (Misteri Kediarian). Mengambil bentuk poetic drama, bertutur tentang perjalanan seorang penyair dari Bumi menziarahi daerah Bulan, Mercurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan "Di Luar Segala Daerah" hingga kemudian mencapai hadirat Ilahi. Sebuah karya yang lahir dari keprihatinan akan situasi umat Islam yang terpuruk dan tergerus arus modern Barat. Disini Iqbal menyerukan kebangkitan harga diri bangsa Timur lewat regenerasi pribadi-pribadi Muslim yang diawali dari kesadaran tentang hakikat diri insani (human ego). Melalui perenungan dan semangat membangkitkan kesadaran ruhani ini setap pribadi insan membuka potensi yang dianugera

Pencarian

Gambar
Aku mencari-cari puisi di tumpukan basa-basi Mencari-cari sajak di tetimbunan jejak-jejak Seperti keramaian yang kesulitan memeluk sunyi yang di kejelasan senantiasa temukan ruang buat sembunyi  Seumpama mutiara yang tak beranjak dari relung laut ke permukaan riak-riak Jadi dimana lautmu sebab sebatas pantai aku berdiri Dimana detikmu jam-jam yang kugenggam terus berdetak heningmu, dimana? Oh, diamlah saja (!) *20Okt'12

laut

Gambar
Kini hatiku laut pasang-surut riak - ombak berkecamuk bulan mengintai dibalik tirai remang awan dan bayang nyiur meski aku pecah di karang hitam hanyut bersama arus hilang dalam gelombang siapa yang kan menemukan butir-butirku menyatu dengan pasir mengering diam-diam di tepian aku laut menjelma pantai *17Okt'12

Yang Tak Hadir

Gambar
Kerap kusapa angin dan dingin. Lalu dedaun, dan kadang gerimis. Kutapaki jalan-jalan, kusalami awan dan terik matahari.   Tapi, malam yang memutus keriangan siang    dan kelembutan senja     tak jua menampakkan cahaya      bintang-bintang yang kecil.       Meski bulan        menghadiri perjamuan         Pentas langit dan keremangan. Lalu siapa yang 'kan menghadiahiku sebuah kerlipan persahabatan lugu yang tercipta dari imaji gadis cilik yang pulang mengaji di malam-malam yang merangkai sendiri dongeng indah yang melebur dalam tahun-tahun dan tinggal dalam kenangan? Aku melewati malam 'tuk kesekian Mencoba lagi(lagi) mengintip langit dari jendela Hanya kabut dan samar-samar awan berpesta. Maka aku bertanya-tanya, Pada kesunyian, keheningan menghilang. Lalu apa makna kesendirian? Aku mengkerut dalam diam *Taman Gasibu, 14 Oktober 2012