Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Entah

Gambar
Menjelajah hakikat entah dalam gelap dalam senyap seperti tanda tanya yang berkaca di cermin dingin Kita pun pecah dalam noktah-noktah yang diterbangkan angin Dan berhamburan segala entah, segala tanya, segala kita Biarkan saja, Bukankah keutuhan masih dipertanyakan Kala kita mengurai diri sendiri Barangkali kitalah udara yang menghidupi makna-makna arti-arti yang mengisi titik-titik dan celah-celah kekosongan. Kehampaan Mari setia pada perpisahan Menanam benih ketegaran di jalan-jalan yang bercabang-cabang Mari berpisah ke segala arah dan merangkai pertemuan-pertemuan kecil di sudut-sudut yang berpencaran di titik-titik yang lebih entah. Biar saja *gumaman panjang, 17092012

Diam

Seperti gelap yang senyap dan hening yang dingin kata-kata membungkam diam memenjara dirinya sendiri Tetapi sepanjang apakah umur malam dan keterdiaman yang terusik jua kicau pagi Dan matahari yang menerangkan segala yang sembunyi-sembunyi Hingga kalimat mencuat satu per satu Bersama titik koma yang khidmat mengamini doa-doa sunyi seperti puisi yang malu-malu menyusun metaforanya sendiri Masihkah makna tersamar oleh kesetiaan jarak yang menghampar di belantara basa-basi lalu belenggu keterasingan tak bertepi Dimanakah sebuah titik memutuskan tempat berhenti? * kicau-bebas, 17092012

Black Beauty

Gambar
Black Beauty by Anna Sewell My rating: 5 of 5 stars Wow... Suka banget sama buku klasik yang satu ini... Berkisah tentang petualangan seekor kuda dari satu tuan ke tuan yang lain, dari satu rumah ke rumah yang lain. Narasi dituturkan dari sudut pandang seekor kuda, yang bercerita tentang kehidupan kuda-kuda, yang ternyata seperti halnya manusia, perlakuan dan pelatihan di masa mudanya sangat berpengaruh bagi perkembangan watak dan kesehatan kuda tersebut di masa mendatang. Tak hanya tentang kuda, si kuda yang satu ini bercerita tentang macam-macam karakter manusia yang sangat mudah diterka berdasarkan caranya memperlakukan kuda. Betapa tidak, kuda ini mengalami petualangan hidup yang penuh suka-duka, mulai dari mengabdi dari satu tuan yang baik dan perhatian terhadap kuda, lalu nasib membawanya berpindah-pindah majikan yang beda-beda karakternya, termasuk yang cuek dan kejam kepada kuda pula. Nasib yang keras sempat menjadikannya kuda pekerja dan kuda taksi. Di sinilah kuda ini meng

Pekarangan

Gambar
Seperti dedaunan yang melambai di pohon seberang jendela rumah kita (atau yang begitu dulunya) Kita menggantung kenang-kenangan di pekarangan bersama tanam-tanaman sayur mayur pelengkap dapur pepohon jambu, mangga dan pohon-pohon yang tak sempat punya nama Kian hari kian rimbun daunnya Begitu pun rumput-rumput buat kambing kita Suatu hari, di musim yang membingungkan Suara kambing tak terdengar lagi dari kandangnya pohon jambu tinggal satu, pohon mangga tinggal dua tanaman sayur entah kemana, (mungkin mati kekeringan) Ketegaran yang tersisa hanya rerumputan Kita pun saling menjauh dari pekarangan... Lalu lembar-lembar tahun sungguhan melemparkan kita pada wacana, rindu dan tanya, hal-hal yang hilang di pekarangan tempat tinggal angan-angan melukiskan bayangan rimbun pepohonan kita yang tak punya nama Seperti dedaunan, helai-helai usia berguguran memeluk tanah pekarangan kita Menjadi selimut waktu buat bertumpuk kenang-kenangan yang masih jua menggigil sembunyi di sudut-lekuk memori

kehilangan & kekangenan

Gambar
Aku sedang merindui dunia literasi. Kini aku 'kehilangan komunitas' dan aktivitas yang berbau literasi yang dulu sempat aku cicipi (hanya) sedikit. Yang tersisa sekarang adalah: aku hanya seorang pembaca. Pembaca pasif, lagi. Ya, aku masih terus membaca buku, yang antriannya tak pernah habis, namun sebatas itu. Dalam hal ini aku hanya konsumen. Ini kurang seimbang tentu saja, sebab selaiknya buku itu seperti makanan. Tak mengenyangkan memang, namun sejatinya buku itu seperti bahan bakar, yang dicerna untuk kemudian menghasilkan tenaga. Energi.    Pengalaman membaca semestinya memantik percik-percik inspirasi atau ide untuk kemudian ditetaskan dalam wujud tulisan yang ber'isi'. Yang saat ini terjadi justru tidak seperti itu :(. Kenapa ya, kok sepertinya aku kehilangan daya untuk MENULIS? Padahal, baterainya sih ada. Mungkin aku kehilangan charger-nya? Hah, ngomong apa aku ini... Malah kayak lagi ngomongin Hp low-bat... :p   Dari bacaan yang kubaca, aku bahkan t

kangen lagi

Membacamu lagi. Celotehku, yang tergores dari waktu ke waktu. Tahun ke tahun. Yang cukup sedikit itu... Kangen lagi. Pada tarian jari jemari yang tinggal jejak. Kata-kata yang menghampar. Hamparan Kata, diary digitalku yang diam tapi bercerita. Yang bersahaja (masih bersahajakah?). Makna-makna yang kutitip pada bait-bait. Celoteh-celoteh konyol yang seperti membanyol sendiri. Bahkan pula deret-deret kalimat yang hanya berkata-kata tanpa pretensi, tanpa esensi. Apapun itu, hamparan kata ini , membacanya, membangkitkan nostalgia. Kekangenan pada kenangan diri sendiri. Pada tulisan sendiri. Seberapa pun berantakannya, dan tak bermaknanya... Menulisimu lagi. Akankah sama rasanya? Bukankah diri ini terasa sudah tak sama lagi...