Tawanan Benteng Lapis 7

Tawanan Benteng Lapis Tujuh: Novel-Biografi Ibnu Sina (Sajin Qal'ah al-Aswar as-Sab'ah)Tawanan Benteng Lapis Tujuh: Novel-Biografi Ibnu Sina by Husayn Fattahi
My rating: 4 of 5 stars
Tidak Menyesal mengidamkan buku ini. Novel-biografi ilmuwan muslim besar multidisplin, Ibnu Sina (Avicenna) ini dituturkan dengan sederhana dan mengalir saja, cukup enak dibaca. Meski perjalanan hidup Ibnu Sina diwarnai dengan berbagai rintangan dan pelarian akibat iklim pelik politik di zamannya, penuturan kisahnya tak bikin sakit kepala alias tidak berat. Yah, meski bacanya jadi serasa kurang menantang (hah?, semacam kurang dramatis, mungkin) tapi aku suka dengan buku ini. Inti cerita perjalanan hidup Ibnu Sina, segala kejeniusannya, produktivitasnya dalam berkarya, keteguhan pendiriannya, serta penderitaannya akibat tekanan politik dari berbagai penguasa dan oknum-oknum yang dengki kepadanya tersampaikan dengan baik (meski kedetailannya kurang).

Aku jadi membandingkan poin perbedaan terjelas antara buku ini dengan buku novel-biografi ilmuwan muslim lain yang sempat kubaca sebelumnya, yaitu tentang Omar Khayyam yang ditulis oleh Harold Lamb maupun oleh Amin Ma'alouf. Kedua novel tentang Omar Khayyam tersebut dituturkan dengan "cukup bikin sakit kepala" di beberapa bagian, hehe. Poin lainnya, kedua novel tersebut dituturkan dengan gaya "kebarat-baratan" (baca: bagian kisah percintaan dituturkan dengan cukup vulgar). Tidak demikian halnya dengan novel tentang Ibnu Sina ini, gaya bertuturnya sangat ketimuran, kehati-hatiannya mengingatkan saya pada cara bertutur cerita "kitab-kitab Arab" (semacam Ushfuriyyah), sederhana dan tak bikin sakit kepala, hehe.

Buku semacam ini bagus untuk bercermin. Ibnu Sina sungguh produktif, baik dalam artian menghasilkan karya tulis maupun menghasilkan jasa-jasa yang bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya. Aktivitasnya di siang hari berkisar antara bekerja sebagai dokter mengobati orang-orang sakit dan mengajar berbagai disiplin ilmu dan berdiskusi, tentang kedokteran, ilmu manthiq (logika), filsafat, teologi, ushuluddin, astronomi, fisika, matematika, dll. Ilmuwan yang mantap, multitalenta. Bahkan selain menulis tentang berbagai cabang ilmu tersebut, beliau juga menulis tentang musik dan sastra. Karya-karyanya keren (dan aku sangat ingin membacanya :D), diantaranya masterpiece-nya Al-Qanun Fi At-thibb, Asy-Syifa', Hayy Ibn Yaqzhan, Dalil Al-'Aql, Qadha Wa Al-Qadr, dan masih banyak lagi. Beliau begitu sibuk, jadi aktivitas menulis yang superproduktif itu dilakukan pada malam hari.

Seperti kata hal.294 saat Ibnu Sina wafat, "Abu Ali berusia 75 tahun, dan seakan-akan hidup selama 75 ribu tahun". Memang, karya-karyanya abadi dan memberi manfaat bagi peradaban jauh hingga berabad-abad setelah masa hidupnya. Tapi, aku jadi bertanya-tanya, benarkah usianya 75 tahun? Ada yang rancu di buku ini. tercetak disana: Ibnu Sina (908-1037). Apa betul, tak salah cetak? Saya coba cross-check ke buku lain, katanya 980-1037 M. Wah, bagaimana mungkin ini salah cetak? di sinopsisnya dan di muqaddimah tertera lahir tahun 908, dan di hal.294 tertulis usianya 75 tahun! Fatal error nih, padahal ini poin penting, mengingat buku ini sebuah novel biografi. Kecewa, tapi aku tak mau kurangi rating bintangnya...



View all my reviews

Komentar

Popular Posts

Mencapai Impian dalam Mengelola Keuangan Secara Efektif dan Efisien

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

25 Coffee & Kitchen, Cafe Asyik di Arcamanik, Bandung Timur