The Geography of Bliss
My rating: 4 of 5 stars
"Perlu kiranya mempertimbangkan karbon. Kita tidak ada di dunia ini tanpa karbon. Karbon adalah dasar semua kehidupan, bahagia dan sebaliknya. Karbon adalah juga sebuah atom bunglon. Susunlah lagi--dalam deretan yang jalin-menjalin dengan ketat--maka Anda akan mendapatkan sebuah intan. Kumpulkan lagi dengan cara yang lain--Anda akan mendapatkan segenggam arang. Penataanlah yang membedakan."
"Semua negara yang menderita mirip satu sama lain; negara-negara yang bahagia merasakan kebahagiaan dengan caranya sendiri-sendiri."
-hal.485
Begitulah Tutur Eric Weiner di Epilog buku ini, saat mengungkapkan perenungannya tentang berbagai kontradiksi yang diamatinya selama pencarian jalan menuju kebahagiaan dari berbagai negara: Belanda, Swiss, Bhutan, Qatar, Islandia,Moldova, Thailand, Inggris, India, dan Amerika. Ya, buku The Geography of Bliss ini adalah hasil proyek Eric Weiner dalam rangka menemukan tempat yang membahagiakan, hasil perjalanannya keliling dunia untuk tujuan itu. Sebuah ide yang agak aneh dan nyeleneh, diulas Eric di Pendahuluan buku ini: bahwa ia keberatan dengan opini yang didapatkannya dari buku-buku self-help, "kebahagiaan terletak jauh di dalam diri. Jika kita tak bahagia, maka kita tak cukup dalam menggali. Menurutnya itu tak benar. "Kebahagiaan tak hanya berada dalam diri kita, tetapi di luar sana. Atau, lebih tepatnya, garis antara di luar sana dan di dalam sini tidaklah ditentukan setegas seperti yang kita kira" (hal.17).
Maka Eric pun mengeksplorasi "kebahagiaan di luar sana", mencari kebahagiaan yang kerap kita gabungkan dengan geografi, "seakan-akan kebahagiaan adalah tempat di atas atlas, tempat nyata yang dapat kita kunjungi hanya jika kita mempunyai peta yang tepat dan keterampilan navigasi yang benar" (hal.18). Tapi dari mana memulainya? Belanda menjadi titik awal perjalanan Eric. Di sana, ia mulai mengamati dan mengulik informasi dari institusi yang disebut World Database of Happines (WDH) yang dikelola oleh Profesor Riset Kebahagiaan bernama Ruut Veenhoven.
Tentu saja yang dimaksud Eric 'dimana' tak hanya soal lingkungan fisik, tapi juga lingkungan budayanya. Jadi, apa yang membuat orang-orang di sebuah negara bahagia atau murung? Buku unik ini bercerita dan mengeksplorasi soal itu. Seperti kata sinopsisnya, buku ini adalah campuran aneh tulisan perjalanan, psikologi, sains, dan humor. Begitulah, sejak awal buku ini sudah menarik perhatian dengan gagasannya yang unik dan mendorong pembaca untuk membaca lebih lanjut. Di sini, Eric menulis catatan perjalanannya ke berbagai negara, dituturkan dengan santai dan kocak, dibumbui celetukan-celetukannya yang seringkali menimbulkan senyum, kadang mengejutkan dan menarik, kadang konyol. Selain itu, Eric di sini juga membagikan pengetahuannya tentang berbagai riset ilmiah psikologi maupun neurologi dan statistik tentang kebahagiaan, juga opini-opini filosofis yang dikutip dari berbagai tokoh dan buku-buku.
Kebahagiaan ternyata kompleks, atau sederhana, atau dua-duanya. Buku ini menyenangkan (dan mengenyangkan), meski aku selesaikan baca dalam waktu yang cukup lambat. Menurutku buku ini bisa dibilang "bergizi" karena menawarkan "sesuatu yang lain", lain dari opini kebanyakan. Salah satu cirinya adalah aku tak tahan ingin mengutip banyak kutipan-kutipan menarik dari buku tersebut. Penemuan-penemuan Eric tentang apa yang membuat orang-orang di beberapa negara bahagia atau tidak bahagia kadang-kadang cukup menggelitik, sebagaimana tersirat dari tiap judul babnya tentang kebahagiaaan di negara-negara yang dia kunjungi:
Belanda: Kebahagiaan adalah angka
Swiss: Kebahagiaan adalah kebosanan
Bhutan: Kebahagiaan adalah kebijakan
Qatar: Kebahagiaan adalah menang lotre
Islandia: Kebahagiaan adalah kegagalan
Moldova: Kebahagiaan adalah berada di suatu tempat lain
Thailand: Kebahagiaan adalah tidak berpikir
Britania Raya: Kebahagiaan adalah karya yang sedang berlangsung
India: Kebahagiaan adalah kontradiksi
Amerika: Kebahagiaan adalah rumah
Menarik. 4 bintang. Cover bukunya juga bagus.
View all my reviews
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini