Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Omar Khayyam

Gambar
Omar Khayyam by Harold Lamb My rating: 3 of 5 stars Hampir mengira bahwa novel (setengah) biografi ini terlalu fiktif, terutama di bagian tentang para pengikut Hasan Ibn Sabah (Kaum Assasin) dan benteng Alamut, sarang para pembunuh itu, di mana Omar Khayyam pernah terperangkap di dalamnya dan berhasil meloloskan diri. Sebenarnya kisah lika-liku kehidupan Omar Khayyam yang tidak biasa ini menarik. Kisah hidup tokoh termasyhur yang ahli astronomi, matematika, filsuf, sekaligus sufi ini demikian berliku. Tak hanya karena gagasan-gagasannya yang baru menurut jamannya dan aktivitasnya mempelajari ilmu duniawi karya para ilmuwan Yunani membuatnya dianggap kafir oleh para mullah (pemuka agama) yang ortodoks, di sisi lain dipercaya Sultan Maliksyah karena dianggap menguasai rahasia langit dan dapat meramal masa depan, serta dianggap masyarakat umum sebagai seorang yang menguasai ilmu gaib karena kemampuannya mengungkap sesuatu yang tak terpikirkan oleh orang-orang. Semua itu dibingkai p

Sajak Melankolis

Gambar
Malam meredam keramaian. Di antara dinding-dinding waktu kusaksikan pagi menghapus malam. Siang mengganti pagi. Siang menua terpanggang senja. Senja menghangus dilalap tahta gulita. Waktu berkejaran. Di gerbang bulan sunyi mengintai. Gelap dan terang. Tersisip kelabu juga. Bayangan dirimu dibalik tirai jendela. Kadang angin membisik bahwa kamu seperti hari yang sempurna agar aku bisa menyerahkanmu pada waktu, apa adanya. Karenanya aku bisa tersenyum, dan marah, dan kecewa, dan menertawai kekonyolanmu pada saat yang sama. Tetapi waktu tak bisa berhenti. Terus berganti-ganti. Dan aku tak bisa protes pada bayangan. Hitam - putih - kelabu - berwarna-warna. Aku tak bisa menganggapmu pagi. Menjadikanmu siang, atau senja, bahkan malam. Kata angin, biarkan saja dirimu waktu. Aku hampir setuju, ... Kuputuskan dirimu batu. Tak adil menamaimu waktu. Sebab aku ruang, terlalu letih untuk menampung bayang-bayang. Biarkan waktu berlalu-lalang. berkejar-kejaran. Di ti

Hatta: Hikayat Cinta dan Kemerdekaan

Gambar
Hatta, Hikayat Cinta & Kemerdekaan by Dedi Ahimsa Riyadi My rating: 3 of 5 stars "Selalu begitu. Setiap kali berkunjung atau menetap di tempat baru, toko pertama yang menjadi tempat belanjanya adalah toko buku." -hlm.147 "Peti-peti itulah satu-satunya kekayaan Hatta yang paling berharga. Peti-peti itu berisi ribuan judul buku yang selama bertahun-tahun ia kumpulkan, baik ketika sekolah di Jakarta maupun di Rotterdam. (....) Enam belas peti itu terus menemani perjalanannya mulai dari Rotterdam, Belanda, ke Jakarta, hingga akhirnya ia tiba di Tanah Merah--neraka ciptaan Belanda bagi para tokoh pergerakan nasional." -hlm.235 "Buku merupakan sahabat sejatiku yang paling damai... selama memiliki buku, aku bisa hidup di mana pun..." ... "Filosofi hidupku:'terus berjuang selama hidup bebas; ketika seseorang mengikat sayapku, teruslah berjuang untuk meraih pengetahuan.'" -hlm.253 "Tetapi aku mengaguminya. Aku benar-benar mengaguminya.

Adriana

Gambar
Adriana: Labirin Cinta di Kilometer Nol by Fajar Nugros My rating: 3 of 5 stars Apa hubungan cinta dengan sejarah? Sekilas memang ga nyambung, tapi begitulah ramuan yg tersaji di buku ini.Novel tentang cinta, dengan bahasa yang kocak banget ala "anak muda jaman sekarang", tapi terbilang unik karena jalan ceritanya dibangun dengan teka-teki sejarah yang bertebaran. Dialog-dialognya kocak banget, sampai bikin aku senyum-senyum sendiri di bus :D. Demi janji ketemuan aja, tokoh-tokohnya dibawa pada misteri teka-teki yg harus dipecahkan. Kupikir, baik juga buku ini, inti ceritanya sih ringan, hanya agak dibuat rumit dengan misteri teka-teki yg terus bermunculan itu. Baik karena membacanya menambah pengetahuan (pengecualian bagi mereka yg udah jago sejarah ya ^^) tentang sejarah bangunan-bangunan yang ada di jakarta khususnya. Beberapa fakta sejarah yg jarang mengemuka juga disinggung di buku ini. Sejarah bangunan-bangunan seperti: Stadhuisplein (Museum Fatahillah), Patung Panco

Cecilia dan Malaikat Ariel

Gambar
Cecilia dan Malaikat Ariel: Kisah Indah Dialog Surga dan Bumi by Jostein Gaarder My rating: 5 of 5 stars Tuntas dibaca dalam setengah, atau mungkin kurang, perjalanan mudik dalam bis Bandung-Kuningan plus macetnya. Novel yang sangat keren, membuat perjalanan mudik ini tidak menyebalkan dengan macetnya. Ah, novel-novel Gaarder memang selalu sukses membuat saya melihat dunia di sekeliling menjadi terlihat lebih misterius dan indah dibanding biasanya. Apalagi ini diperjalanan, ketika yang bisa kita lakukan tak banyak, (selain tidur :p) hanya bisa melihat ke jendela bis: pohon-pohon, lanskap di latar belakangnya, rumah-rumah, pertokoan, langit, awan, gunung di kejauhan, yang semuanya bergerak seiring laju bis... suatu poin plus untuk merenungi kehidupan ini :). Buku yang terbilang tipis, memang. Hanya 210 halaman. Seperti biasa, tokoh utamanya masih melibatkan anak-anak yang beranjak menuju remaja. Dan seperti biasa pula, karya Gaarder ini masih menyentuh soal-soal filosofis tentang