Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau Aku bukanlah orang Bandung. Kota ini bukanlah kota impianku sewaktu dulu aku hendak merantau untuk kuliah. Saat itu aku tak tahu, bahwa 11 tahun kemudian, saat ini, aku masih berada di kota ini, dan ia telah menjadi rumah. Yah, meski bertahun-tahun tinggal di Bandung ini bertitel sebagai anak kos :D. Kini aku tahu, bahwa aku termasuk ke dalam lingkaran mereka yang datang ke Bandung, jatuh cinta padanya, dan enggan pergi lagi darinya *Tsaahh… Bandung bagiku... by Pidi Baiq Bertahun tinggal di Bandung, jejak kenangan yang ditorehkannya dalam cerita kehidupanku tentu tak terhitung. Jika aku harus menceritakan sebuah kenangan tak terlupakan tentang Bandung, hm… Terlalu banyak malah bingung. Baiknya kuceritakan sebuah kenangan yang masih segar di ingatan tentang sebuah perjalanan. Cerita ini bertanggal 26 Desember 2015, di suatu hari sabtu long weekend, dalam suasana liburan pasca natal jelang tahun baru.
Malam meredam keramaian. Di antara dinding-dinding waktu kusaksikan pagi menghapus malam. Siang mengganti pagi. Siang menua terpanggang senja. Senja menghangus dilalap tahta gulita. Waktu berkejaran. Di gerbang bulan sunyi mengintai. Gelap dan terang. Tersisip kelabu juga. Bayangan dirimu dibalik tirai jendela. Kadang angin membisik bahwa kamu seperti hari yang sempurna agar aku bisa menyerahkanmu pada waktu, apa adanya. Karenanya aku bisa tersenyum, dan marah, dan kecewa, dan menertawai kekonyolanmu pada saat yang sama. Tetapi waktu tak bisa berhenti. Terus berganti-ganti. Dan aku tak bisa protes pada bayangan. Hitam - putih - kelabu - berwarna-warna. Aku tak bisa menganggapmu pagi. Menjadikanmu siang, atau senja, bahkan malam. Kata angin, biarkan saja dirimu waktu. Aku hampir setuju, ... Kuputuskan dirimu batu. Tak adil menamaimu waktu. Sebab aku ruang, terlalu letih untuk menampung bayang-bayang. Biarkan waktu berlalu-lalang. berkejar-kejaran. Di ti
Cukup sering aku menyebut dark spot atau flek hitam saat bahas skincare sebagai salah satu problem kulit yang menjadi concern-ku. Kini setelah sering baca konten seputar skincare, jadi tahu penyebabnya tuh bisa jadi dari kelalaianku memakai sunscreen. Dulu aku emang kurang telaten skincare-an. Udah umur 30++ baru mulai lebih mengeksplor soal skincare. Jujur nyesel banget gak dari dulu telaten menggunakan sunscreen :'(. Padahal sunscreen itu wajib pake untuk melindungi kulit dari efek buruk paparan sinar UV matahari . Kalo flashback mengingat tahun-tahunku yang sudah berlalu tanpa sunscreen, duh beneran nyesel deh. Selama itu aku tiap hari bolak-balik beraktivitas di luar rumah dan terpapar sinar matahari tanpa perlindungan yang memadai. Apalagi sewaktu masih kerja ngantor, banyak waktu kuhabiskan di perjalanan. Belum lagi pas ada kerjaan lapangan yang pastinya berpanas-panasan. Waa… Horor juga yah, pantesan nih flek hitam numpuk :'(. Sekarang ceritanya aku mau tobat, hehe. W
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini