Cuap-cuap tentang The Kite Runner
Nah, mengapa buku ini impressive buatku, itu lebih penting. Baiklah, harus kuakui ungkapan "impressive" sebenarnya mengungkapkan lebih dari sekadar ungkapan mengesankan, karena sebenarnya ia mengungkapkan pula identitas kesan itu sendiri. Oh, oke... mungkin aku keterlaluan, bermain kata-kata sampai begini berputar-putar. Kurasa itu efek yang terbawa setelah aku membaca Dunia Sophie. (haha, ga lucu!). Sekarang, aku harap aku ga akan njelimet lagi, semoga.
The Kite Runner berkisah tentang persahabatan, persaudaraan, pengkhianatan, kepedihan... yang dibingkai dengan jalinan kisah traumatis masa lalu berl`tah)Afghanistan. Mengingat kisah The Kite Runner mengingatkanku pada pemikiran Sigmund Freud (ini juga aku baca di Dunia Sophie lagi!), seorang psikoanalis terkemuka pada masanya yang mengabdikan diri dalam praktik psikoterapi. Setiap peristiwa yang kita alami seluruhnya terekam dalam memori otak kita. Sebagian sering muncul ke permukaan, sebagian lagi--dan lebih banyak-- tersimpan di alam bawah sadar. Nah, kata Freud, semakin seseorang memendam jauh-jauh pengalaman atau pikiran tak menyenangkan (simpelnya, pengalaman traumatis) yang berupa dorongan ego yang dibenci-- dorongan yang tidak pantas diterima menurut kesadaran--sehingga superego ingin membuangnya jauh-jauh, justru semakin ditekan semakin kuat memori itu untuk muncul ke permukaan. Itulah yang terjadi pada Amir, tokoh utama dalam The Kite Runner. Meski, teori Freud sebetulnya lebih diasosiasikan pada memori yang bersifat seksual, sesuai kasus yang banyak terjadi pada masanya.
"Untukmu, yang keseribu kalinya". Kalimat tulus Hasan itu masih jelas terekam oleh Amir. Kesetiaan Hasan terhadap Amir memang tak usah diragukan lagi. Tapi bagi Amir, kenyataan itu justru membuatnya semakin dihantui rasa bersalah yang terus membayangi selama hidupnya. Bayangan pengalaman traumatis masa kecil itu kerap muncul di benak Amir, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu dan bermil-mil jauhnya dari negeri masa kecilnya, Afganistan. Hingga dewasa Amir tak bisa memaafkan dirinya sendiri atas pengkhianatannya terhadap Hassan.
Jalinan kisah yang dirangkai oleh Khaled Khosseini memang mengesankan. Banyak sekali pilihan kalimat yang membuat keutuhan cerita semakin kuat. Latar belakang yang membangun image para tokoh pun dikemas sedemikian rupa dengan detail sehingga memperkokoh bangunan cerita. Kilasan-kilasan penggalan kisah yang menjadi kenangan Amir pun semakin membuat emosi pembaca tersentuh. Suatu contoh, bagaimana Hassan kecil pernah mengancam untuk menembakan ketapelnya ke mata Assef saat membela Amir, lalu bertahun-tahun kemudian Sohrab, anak Hassan benar-benar melakukannya karena tak tahan melihat Assef menyiksa Amir saat berada di markas Taliban.
Banyak sekali konflik batin yang melanda Amir yang menarik dikaji secara psikologis. Latar belakang hubungan ayah-anak yang renggang, rasa minder hingga rasa iri dan menyalahkan diri sendiri yang menyulut tindakan jahat yang justru membuat diri sendiri semakin tak tentram. Tak hanya konflik psikologis yang membangun kisah kehidupan Amir yang berhasil dirangkai dengan indah, Khosseini juga berhasil menggambarkan latar belakang negeri Afganistan yang terkoyak oleh perang, beserta latar budaya masyarakatnya yang multietnis. Isu kemanusiaan yang terkoyak dalam kondisi perang juga berhasil menyentuh emosi kala membaca karya novel ini. Tak kalah menariknya konflik psikologis anak-anak yang melanda Sohrab, yang menjadi korban perang dan harapannya untuk mendapat perlindungan yang kerap terkecewakan akibat kondisi negeri yang rumit.
Buatku pribadi, rugi kalau tak baca karya sebagus ini. Tentu tak semuanya sempurna. Ada bagian tengah kisah yang menceritakan Amir dewasa dan ayahnya di San Fransisco, yang menurutku membosankan karena ceritanya kurang fokus, semacam gambaran kehidupan Amir saat itu namun membuatku tak sabar menyimaknya.
Banyak juga kalimat dalam novel ini yang mengesankan buatku. Diantaranya berikut ini, yang aku kopas dari versi English-nya aja yang udah ada ^_^'.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini