Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau Aku bukanlah orang Bandung. Kota ini bukanlah kota impianku sewaktu dulu aku hendak merantau untuk kuliah. Saat itu aku tak tahu, bahwa 11 tahun kemudian, saat ini, aku masih berada di kota ini, dan ia telah menjadi rumah. Yah, meski bertahun-tahun tinggal di Bandung ini bertitel sebagai anak kos :D. Kini aku tahu, bahwa aku termasuk ke dalam lingkaran mereka yang datang ke Bandung, jatuh cinta padanya, dan enggan pergi lagi darinya *Tsaahh… Bandung bagiku... by Pidi Baiq Bertahun tinggal di Bandung, jejak kenangan yang ditorehkannya dalam cerita kehidupanku tentu tak terhitung. Jika aku harus menceritakan sebuah kenangan tak terlupakan tentang Bandung, hm… Terlalu banyak malah bingung. Baiknya kuceritakan sebuah kenangan yang masih segar di ingatan tentang sebuah perjalanan. Cerita ini bertanggal 26 Desember 2015, di suatu hari sabtu long weekend, dalam suasana liburan pasca natal jelang tahun baru.
Kenapa sih kita harus peduli sampah? Sampah itu limbah yang dihasilkan mulai dari level individu. Setiap orang bisa menghasilkan sampah setiap harinya. Bisa dibilang, sampah itu isu lingkungan yang paling dekat di keseharian. Makanya, persoalan sampah bukan hanya urusan petugas sampah, pemerintah, maupun pihak tertentu saja, melainkan urusan kita semua. Seluruh aktivitas kita, besar ataupun kecil, memiliki dampak bagi lingkungan. Termasuk isu persampahan, sebagaimana menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Betul, gak? Semua lapisan masyarakat perlu ikut andil, baik di level individu, rumah tangga, komunal, juga pelaku industri dan pemerintah, semua pihak deh. Pernah dengar tentang permasalahan pencemaran sampah plastik di laut? Bayangkan, cepat atau lambat akan ada lebih banyak sampah daripada ikan di laut, kalau kondisinya gak segera dibenahi. Ngeri ya... Sampah plastik, termasuk botol plastik, bisa berdampak luas terhadap ekosistem laut dan kesehatan manusia. Dan hi
Milea: Suara dari Dilan Judul buku: Milea: Suara dari Dilan Penulis: Pidi Baiq Penerbit: pastel Books Cetakan ke: II, September 2016 Jumlah halaman: 357 Kamu mungkin sudah mendengar tentang Dilan & Milea? Namanya mendadak populer setelah Pidi Baiq menulis kisah percintaan mereka masa SMA tahun 1990-an. Novel Milea: Suara dari Dilan adalah buku ketiga yang baru naik cetak belum lama ini, melengkapi 2 kisah terdahulu berjudul Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991. Jika di kedua buku pendahulunya kisah Dilan-Milea diceritakan dari sudut pandang Milea, di buku ketiganya ini giliran Dilan yang bersuara. Di awal-awal bab buku ini, Dilan bercerita memperkenalkan dirinya, latar belakang keluarganya, dan bagaimana ia tumbuh menjadi seorang remaja. Ditekankannya bahwa informasi ini penting mengingat karakternya di masa remaja yang agak "nyeleneh", anti mainstream. Seperti kita tahu, bagaimana seseorang tumbuh turut dip
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu kala mampir di sini