Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2007

Yang Kupinta

Petakan untukku kejujuran rasa Jika kau inginkanku, Apa maumu yang terhijab bungkus-bungkus Kata yang mngalir entah dari mana ke mana Kau bicara Dan aku berbicara tentang entah apa Segenggam tanya yang senantiasa ada di semua benda Jika kau benda hidup, Aku tak bertanya pada semua yang mati di sekelilingmu Yang kutanya adalah nurani yang kau miliki Bolehkah aku berbincang dengannya? Buat beriku jawab tentang entah yang kutanya Karena entahku tak mau berujung entah Atau termanipulasi selubung jawab yang fana Alirkan sajalah kejujuran yang kupinta Petakan untukku untuk kutahu Aku ini apa…? 28 November 2007

Yang Mengalir Tanpa Henti

: Kucari muara dari sungaimu yang mengalir itu Tapi aku sampai pada aku Adakah kutersesat dalam diriku? 28 November 2007

Tak

Tak ingin hanya Yang ada Tak berada Tak bermuka Tak bernuansa Tak nyata Tak kuingini yang sekedar maya Tak mau segala hanya menggantung tanya Tapi tak mengapa yang tak ada Yang tak meniadakan hadirnya rasa Agar ku tak terjebak pada apa Antara ada dan tiada Tak mau lagi terucap kata: Tak menemukanmu dimana-mana 28 November 2007

Sudahkah Anda Resah Hari Ini?

Sekelumit tentang motivasi menulis Kortim Salman, 22 November 2007 Sore ini seneng banget dateng ke pertemuan FLP ada Kang Irfan Hidayatullah. Udah lama pengen menimba ilmu dari beliau, eh, taunya sore ini beliau datang. Kamisan kali ini kita sharing tentang motivasi untuk menulis. Insya Allah banyak yang didapet dari sharing sore ini. Kalau kita bertanya "sudahkah kita menulis hari ini?" Maka kata Kang Irfan kita ga boleh lepas dengan pertanyaan: "sudahkah kita resah hari ini?" Karena sesungguhnya menulis itu adalah menumpahkan keresahan. Keresahan itu bisa dikatakan 'ruh' atau 'software'-nya menulis, sedangkan hardware-nya ya bentuk tulisan yang ditulis. Kalau keresahan itu sudah ada, biasanya lebih mudah bagi kita untuk menulis, lebih mengalir. Para penulis yang berhasil menghasilkan karya yang monumental biasanya berangkat dari adanya motif keresahan dalam dirinya. Sebut saja misalnya, Ahmad Tohari, beliau itu awalnya bukan penulis, tapi seor

Mencari?

Apa yang kau cari? Apa yang kucari? Adakah kita saling mencari? Ataukah kita tengah berlomba mencari? Yakinkah, apa yang dicari adalah suatu hal yang pasti? Ataukah kita hanya tengah bermain dalam hal-hal yang nisbi? Tolong carikan jawabmu disana, Dan kucoba mencari jawabku disini

Sepotong Coklat

Gambar
Aku menjumpaimu lagi Sebuah rasa, sebuah warna, sebuah aroma, Sebuah rindu yang lama Pada sepotong coklat yang kubeli sore ini Kunikmati keterpaduanmu yang alami Kembalikanku pada sudut-sudut memori Tentang rasa, tentang warna, tentang aroma yang sama Di lain masa, Kucari kamu dalam rindu yang padu Tapi kamu tak ada Di toko-toko yang tersedia 15 November, 2007

Nyanyian Bintang Kecil

Gambar
La...la...la... nyanyian si bintang kecil Na…na…na… berkerlipan di langit sana Jangan menunggu aku menjadi besar Aku tak mau membuatmu lelah Terima aku seperti adanya Saat ini Tak perlu menanti waktu bergulir pergi La...la...la... Nyanyian si bintang kecil Na…na…na… berkerlipan di langit sana Akulah titik cahaya Yang berkerlip di hitamnya lautan malam Biarkan aku tetap sekecil ini Di matamu, ku tak kan beranjak besar Karena kecilku aku ada Dengan besarku, aku tiada La...la...la... Nyanyian si bintang kecil Na…na…na… berkerlipan di langit sana Tak peduliku pada redupku Karena disanalah tersimpan indah maknaku 2 November 2007

Fragmen Kecil Selepas Maghrib Yang Bersahaja

Gadis kecil pemimpi hendak mengaji Menyimpan rindu di dada pada bait-bait Imrithi Kini mimpinya telah sampai di langit tinggi Di antara kerlip permata malam yang meriah namun sunyi Ini secuil riwayat tentang rutinitas yang sama di suatu masa Setiap ba’da maghrib yang bersahaja Gadis kecil melangkah mencari dua permata Satu di langit, satu di dalam ruangan bangunan tua Langkah kecil lambat-lambat menikmati aroma malam Tersenyum kecil menemukan bintang-bintang di ketinggian Ekor mata menari lincah hingga tertumbu di tiga titik yang dirindukan Tiga sekawan! Teriak gadis kecil dalam senyuman Berjejer indah dalam kerlip persahabatan Berkumpul dengan sahabat di ruangan bangunan tua Menyapa dan meraba perjalanan memori merambah deretan aksara Bait-bait hapalan Imrithi dalam kepala Telah sampai mana kau mengembara? Gadis kecil berlari keluar dari kelasnya Tak mau lewat kesempatan sebelum datang gurunya Menyongsong saat yang amat dinikmatinya Men

Membaca Laskar Pelangi

Gambar
Pada saat membaca ini aku seperti tertarik dari dunia di sekelilingku, tenggelam di lautan kata-kata dan terdampar di pulau Belitong nun jauh disana, di ‘sub’-dunia yang diciptakan oleh sebuah buku yang terbuka di hadapanku. Aku menyadari ini ketika pada suatu jeda yang singkat aku beralih sejenak dan tertarik untuk sekilas memandang jam. Saat itu aku terkejut mendapati ternyata 3 jam telah berlalu tanpa terasa. Rasa pegal-pegal di punggung dan leherku mengkonfirmasi hal ini. Tapi kemudian aku tak begitu ambil peduli dan kuputuskan untuk menamatkan bacaanku karena beberapa alasan tertentu. Aku hanya ingin bercerita tentang apapun yang ada di kepalaku setelah selesai membaca Laskar Pelangi, meski hanya sebagian kecil saja. Saat ini aku sedang tidak tertarik untuk belajar membuat resensi. Aku hanya ingin mengalirkan apa yang ada di kepalaku, mungkin salah satu efek samping setelah membaca karya Andrea ini. Ketika aku menuliskan sesuatu tentang buku yang baru saja kubaca, memang sel

Hargailah Karya Sendiri

Baru-baru ini aku mendapatkan sebuah kabar yang membuatku senang sekaligus menyesal. Pagi itu sebuah sms masuk, nomornya tak dikenal. Setelah dibuka, ternyata dari panitia sebuah lomba yang aku ikuti pada bulan Ramadhan kemarin. Pertamanya aku heran, ada apa ya? Kan acaranya sudah lama berlalu, lagipula jelas-jelas aku tidak menang kaligrafi. Selanjutnya aku semakin heran karena itu adalah ucapan selamat. Lanjut lagi, ternyata… menang puisi. O, menang puisi? Ya ampun, baru ngeh deh. Puisi yang tak henti2 aku caci-maki itu? Puisi yang sesaat setelah selesai mengetik dan membaca ulang, langsung aku bilang, “Ih, naon ieu teh? ini puisi aneh, ga jelas, jelek… bla…bla….”. Masih ingat pada waktu itu aku bertekad ingin mengirimkan puisi, meskipun pada kenyataannya entah kenapa setiap kali akan menulis ataupun mengetik, ga ada inspirasi yang nyangkut sama sekali. Selama bulan ramadhan aku memang tak berhasil membuat 1 puisi pun yang bertemakan ramadhan, ya, kecuali puisi yang satu

Pencarianku

Kuterjebak dalam gelap Kuterperangkap dalam senyap Kutersekap dalam hampa tak berjejak Kutersesat dalam ruang sunyi tak berjarak Aku ingin menangis kala suara hati berteriak dari jauh Sampai di telingaku seperti sayup bisikan angin yang membelai Mencoba memanggilku pulang Dan aku ingin pulang meski aku tak jua beranjak Meski kucoba menapak jalan yang tak henti kau tunjukkan Tapi tak jua aku menemukanmu Kubertanya adakah perjalananku ini masih jauh Selangkah lagi aku di depanmu, begitu selalu jawabmu Aku melangkah, dan belum juga mendapatimu Meski kudengar lirih suaramu seperti berbisik di telingaku Kau dimana? Aku dimana? Ingin kupercaya bahwa kita tak berjarak Tapi di sini adalah entah Jarak dan waktu mungkin tak lagi berarti Tereliminasi oleh kenyataan ruang yang tak lagi berdimensi Ah, kita dimana? Maksudku, aku dimana, kau dimana? Karena kenyataannya kau tak ada Aku sendiri di sini Mencoba menemukan jalanmu dalam gelap tak be