Puisi Cinta Sang Fisikawan
Archimedes dan
Einstein dan
Pertama kali bayanganmu jatuh tepat di fokus hatiku…
Nyata, tegak, dan diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak Millikan jatuh di ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan Avogadro…
Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu berinterferensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa
Bagai kopel
Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi
Energi potensial cintaku tak terpengaruh oleh tetapan
Energi kinetik cintaku = ½ mv2
Hukum kekekalan energi tak dapat menandingi kekekalan di antara kita
Lihat hukum cinta kita: Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik equilibrium yang sempurna
Dengan inersia tak terhingga
Takkan terenyahkan impuls atau momentum
Inilah resultan momentum cinta kita
By. Anonymous
-------------------------
Hmmm… sebuah puisi cinta yang ‘fisika banget’. Puisi ini entah siapa penulisnya, aku mendapatkannya ketika puisi ini dibahas di pertemuan rutin FLP. Begitu membacanya, aku tersenyum-senyum sendiri… hehehe… fisikawan yang romantis???
Ketika membahas puisi ini, aku sadar bahwa aku jauh lebih antusias mengikutinya dibandingkan biasanya. Mungkin karena aku memang menyukai sastra yang bergaya atau berbahasa saintifik? Terhadap novel sains fiksi, jelas sekali aku maniaknya. Sayangnya, tak banyak muncul novel bergenre seperti ini, apalagi karya science fiction dalam negeri. Bahkan, akhir-akhir ini nampaknya kreasi novel seperti ini sedang sepi ya? Jika novel saja jarang, apalagi puisi yang bergaya saintifik, jarang sekali aku menemukannya.
Sejak dulu aku sudah termotivasi untuk dapat membuat puisi bergaya saintifik, meski sampai sekarang belum satu pun yang berhasil kutulis, hehehe =(. Membaca puisi ini aku merasa diingatkan kembali akan ‘PR’ dari diriku sendiri. Rasanya seperti mendapatkan energi tambahan untuk mengaktivasi reaktan-reaktan imajinasi dan inspirasi di kepalaku untuk dapat bereaksi menghasilkan produk berupa puisi. Halah… kok aku jadi ketularan ngomongin reaksi kimia sih? Hehehe…
Aku setuju sekali dengan pernyataan bahwa menjadi penyair atau untuk dapat membuat karya sastra tidak perlu harus kuliah jurusan sastra: Siapapun kita tetaplah berpotensi untuk berkreasi. Bagiku puisi itu lahir dari kedalaman rasa, pikiran, jiwa, hati, atau bahkan hanya dari jejak memori. Toh, inspirasi itu ada dimana-mana. Sebagaimana dalam buku “Dunia Kata”nya M. Fauzil Adhim disebutkan,
“Seperti listrik, inspirasi tak pernah berhenti mengalir. Kalau lampu dalam diri kita tidak menyala, itu karena saluran yang terganggu atau memang putus sama sekali. Maka, jika engkau ingin inspirasi itu hidup, siapkan jiwamu untuk menyambutnya.”
Bahkan salah seorang dosenku berkata bahwa pada dasarnya manusia lahir dengan puisi, setidaknya tangisan adalah puisi pertama kita =).
Berhubung aku bukan orang berlatar belakang sastra, tapi selalu suka dan ingin bisa berkarya dalam ranah sastra (meski masih jauh…), tak heran kalau aku berbicara begini ^_^. Apalagi aku ini orang MIPA, yang mungkin bagi sebagian orang akan menilai aneh dengan interestku yang begitu tak nyambung ini: di satu sisi bergelut dengan dunia eksakta, sementara di sisi lain nyemplung juga di dunia yang abstrak, maya, antah berantah, imajinatif, ah… entah apapun itu namanya (dan maaf kalo istilah yang kugunakan untuk menamai dunia sastra ini salah. Ingat loh, aku sama sekali ga pakar soal kesusasteraan…).
Anyway, kembali pada puisi diatas, kok aku ngerasa kurang nyaman ya, dengan kalimat di baris ketiga pada puisi tersebut. Rasanya kalimat yang itu agak mengganggu, entahlah… cuma komentar subyektif, loh.
Boleh deh lain kali ada Puisi Cinta Sang Kimiawan, Matematikawan, Sejarawan, Bakwan, Tekwan, Sariawan, ups… hehehe…=D
Tertarik berkarya dan berpuisi ria sesuai siapa Anda dan apa bidang Anda?
Yuuukkk… kita berkarya!
6 September 2007
yup,,, siapapun itu, apapun backgroundnya psti punya sisi romantis
BalasHapussaya yakin, segala cabang ilmu dapat menjadi teks Sastra, termasuk fisika.
BalasHapussalam kenal.
www.areapanas.blogspot.com