Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2007

Nol

Nol Tertarik aku akan lengkung penuhmu Misteri yang terkurung dibalik bentuk fisikmu Keutuhan yang tak utuh, Ah, kau mengingatkanku tentang dongeng-dongeng tua Di suatu negeri tempat berdiri megah sebuah istana yang di dalamnya terkurung sebuah kata: Hampa Nol Sungguh aku suka gayamu yang sederhana itu di antara tarik-menarik yang melelahkan Kau sentral Kau netral Adamu meniadakan kutub-kutub yang bertentangan Teguhmu yang tak terpengaruh Penerimaanmu yang lapang dada akan tamu-tamu yang mengisimu, meniadakanmu Nol Aku benci kamu Kebusukanmu menyembunyikan hakikatmu yang tiada arti Dibalik topeng lengkung utuhmu yang berpura-pura Nilaimu yang tak ada Kosong! Nol Tampunglah rasa suka dan benci ini Biar dalam hampamu kau tak lagi sepi Mencoba hadir dalam ketiadaan ini Nol Tetap pesonakanku dengan diammu yang bercerita Adakah di dunia ini suatu hal yang sempurna? Ruang 9115, 19 September 2007

Aku Ingin Terdekomposisi

Aku tak ingin ada disini Kala aku menghadap-Mu, aku ingin hilang Tak ingin aku statis di atas sajadah ini Aku mendamba sebuah perjalanan singkat untuk sampai di titik leburku Seperti teleporter yang memfasilitasi transportasi dari satu titik ke titik lain Aku ingin lebur tak hanya karena tingginya temperatur Ruangku. Menjadi sebuah sistem tertutup, Agar tak ada materi duniawi yang dipertukarkan antara sistem dan lingkunganku Lalu aku bisa menyerap energi dari gaung adzan-Mu Urailah aku satu per satu, Katalisislah reaksi penguraian endotermik jiwaku Biar aku terdekomposisi seperti molekul-molekul kompleks yang terurai menjadi bentuk sederhana atom-atom Saat aku sampai di Iftitah dan Al-Fatihah-Mu, aku ingin menjadi atom tereksitasi Biarkan elektronku berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi Karena absorpsi cahaya-Mu Hingga saat kembali ke keadaan dasar, Tertinggallah jejak spektrumku 7 September 2007

Puisi Cinta Sang Fisikawan

Archimedes dan Newton takkan mengerti Medan magnet yang berinduksi di antara kita Einstein dan Edison tak sanggup merumuskan E = mc 2 Pertama kali bayanganmu jatuh tepat di fokus hatiku… Nyata, tegak, dan diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum Bagai tetes minyak Millikan jatuh di ruang hampa Cintaku lebih besar dari bilangan Avogadro… Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium Amplitudo gelombang hatimu berinterferensi dengan hatiku Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi Energi potensial cintaku tak terpengaruh oleh tetapan gaya Energi kinetik cintaku = ½ mv 2 Hukum kekekalan energi tak dapat menandingi kekekalan di antara kita Lihat hukum cinta kita: Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu Menjadikan cinta kita sebagai titik equilibrium yang sempurna Dengan inersia tak terhingga Takkan terenya

Tak Cukup Hanya Mentari

Kita sama tlah rasai rengkuhan hangat mentari Tersenyum menyapa di cerah pagi Hingga berenang di kelembutan nuansa senja Yang merah, yang emas, yang megah Bahkan kita yang berkawan angin dan awan Tak lagi gentar menantang siang Yang membakar, yang terik, yang pijar Tiap malam kita merindu esok Merindu pagi bermentari Di kegelapan malam kita berlomba meraba-raba cahaya Bulan, bintang, lampu kamar, lampu jalan Atau sekalian tenggelam, mata berpejam Gumamkan doa agar bersua cahaya kala terjaga Dan kita sama berujar, itulah fitrah. Tapi mengapa kala mendung menyapa langit, kita sibuk Panik merayu awan agar terus menahan hujan Berlomba mengumpat hujan menyaing halilintar? Sedang kita sibuk mengemis hujan kala kemarau terlampau panjang Lalu apa yang kita sebut indah, :mentarikah? Hujankah? Sedang spektrum warna-warni berseni terpahat di lengkung pelangi Dan kita sepakat pada indahnya, berdecak memuji Sedang mentari saja takkan mampu melukis: Mentari dan