Labirin

Benar katamu. Hidup laksana labirin yang dapat menyesatkanmu berkali-kali. Ada banyak jalan yang bisa ditempuh tuk membebaskanmu dari kungkungan ini. Tapi terlalu banyak pilihan. Sementara hanya ada satu jalan yang dapat membimbingmu keluar dengan selamat.

Memang mudah menemukannya, katamu lagi. Tapi bahkan kabut tertipis yang merayap mampu membutakan matamu, menyamarkan segalanya. Dan kau menggapai-gapai mencari seberkas cahaya. Retinamu mulai merindukannya. Begitulah kau terhempas lagi dalam labirin yang sama. Menemukan titik nol di kisi yang berbeda, hingga kau sangka setiap ruang adalah lingkaran sempurna.

Maka satu lagi perjuangan menghentakmu untuk berpikir dengan logika. Kau mengurut berderet angka

Tanya. Memetakan persamaan-persamaan, mencoba mengurai jawaban-jawaban. Setiap jawaban adalah nisbi, kau tahu itu. Maka kau mengawali deretan aproksimasi. Dari keacakan pikiran, tekadmu temukan keteraturan.

Aku belum temukan jawaban final, bisikmu akhirnya

Tapi sebagian jawaban mengingatkanmu pada rangkaian keteraturan sederhana. Lagi-lagi nol, lalu awal, lalu akhir. Setidaknya kau temukan patokan tuk memulai petualangan besar aproksimasimu:

Berasal dari manakah aku?

Kemanakah aku berakhir?

Dan kau temukan lagi sebuah labirin dalam labirin

Komentar

Popular Posts

Novel Milea: Suara dari Dilan

Mozaik Bandung: Liburan yang Kacau & Jalan Panjang ke Pondok Hijau

Kecil-kecil Cabe Rawit! 7 Pilihan Lampu Bohlam Rumah Ini Gak Bikin Boros Listrik, Loh!